Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)
9 Feb 2021
Berikut ini adalah berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK). Download file format PDF.
Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK) |
Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)
Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK) ini diterbitkan oleh Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2020.
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK):
DIGITALISASI PENDIDIKAN
Pendidikan terkadang dipandang sebagai sektor yang resisten terhadap perubahan, namun pada saat yang sama dihadapkan pada krisis produktivitas dan efisiensi. “Inovasi” dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan lebih banyak keuntungan dalam kondisi tekanan anggaran dan permintaan (demand) yang meningkat. (OECD)
TERJADINYA revolusi industri yang terus berkembang mendorong perubahan pada teknologi digital. Perkembangan dunia digital sangat dinamis, tidak hanya “mempengaruhi”, bahkan “mengubah” gaya hidup masyarakat dengan tanpa dan sulit dihindari sehingga bermuara pada tuntutan inovasi di berbagai sektor.
Digitalisasi pendidikan merupakan sebuah inovasi sistem pendidikan yang merujuk pada transformasi atau perubahan sistem ke arah digital dengan menggunakan teknologi. Digitalisasi pendidikan sebagai sebuah inovasi sangat diperlukan karena hal-hal berikut:
- Meningkatkan hasil belajar. Tren baru dalam pembelajaran saat ini sangat bergantung pada cara-cara baru mengatur sekolah dan penggunaan TIK.
- Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kesetaraan, dan inovasi membantu meningkatkan kesetaraan dalam akses pendidikan, juga kesetaraan dalam hasil pembelajaran.
- Merangsang penyediaan layanan (pendidikan) secara lebih efisien dalam meminimalisir biaya dan memaksimalkan kekuatan serta peluang.
- Pendidikan harus tetap relevan dalam menghadapi perubahan cepat pada masyarakat dan perekonomian nasional.
Jadi, digitalisasi pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan/pembelajaran sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/ industri.
Lebih lanjut ada tiga pilar utama dalam rangka mensukseskan digitalisasi pendidikan yaitu infrastruktur, infokultur dan infostruktur (Adella, 2019):
Pertama, infrastruktur merupakan perangkat pendukung digitalisasi pendidikan yang terkait dengan teknologi digital. Dukungan infrastruktur ini setidaknya harus sampai memadai karena dapat mendukung proses pembelajaran sehingga menjadi lebih lancar.
Kedua, infokultur berkaitan dengan karakteristik informasi yang cenderung beredar sangat cepat, hal tersebut mengakibatkan perubahan pada “student centred learning” karena pendidik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran.
Ketiga, infostruktur berkaitan dengan “muatan” data yang tersebar di dunia digital sebagai sumber informasi (big data).
Kehadiran ketiga pilar di atas memungkinkan pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan konstruktif yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.
New Learning untuk Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 atau disebut juga era disrupsi teknologi, revolusi digital, atau revolusi industri generasi ke-4 ditandai adanya pengkolaborasian antara teknologi cyber dan teknologi otomasi dengan konsep penerapan berpusat pada otomasi yang dilakukan teknologi. Kondisi ini memberi peluang dan tantangan baru pada kehidupan manusia, termasuk pada dunia pendidikan.
Pada dasarnya terdapat 9 macam teknologi yang menjadi pilar revolusi industri 4.0 yaitu:
a. Internet of Thing (IoT) merupakan suatu sistem yang terhubung & terintegrasi antara satu dengan yang lainnya melalui jaringan internet. Internet of Things (IoT) memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif, misalnya dalam meningkatkan interaktifitas antara pendidik, peserta didik dan berbagai sumber belajar.
b. Artificial intelligence merupakan merupakan teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia sehingga membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Begitu pula dalam pendidikan, artificial intelligence membuat proses belajar menjadi lebih efektif di mana peserta didik jadi lebih mudah memahami apa yang telah dijelaskan guru.
c. Cloud computing merupakan teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi dan komputer diberikan hak akses (login) untuk bisa konfigurasi server melalui internet.
d. Big data merupakan istilah yang menggambarkan volume data yang besar dan kompleks (baik data yang terstruktur maupun data yang tidak terstruktur). Pemanfaatan big data di sektor pendidikan yaitu diperolehnya informasi mendalam tentang kondisi peserta didik, proses pembelajaran dan informasi lainnya yang mendukung pengambilan keputusan untuk membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik maupun lembaga.
e. Augmented reality merupakan teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Dallam dunia pendidikan, teknologi augmented reality ini dimanfaatkan untuk memvisualisasikan konsep abstrak dan mendeskripsikan struktur suatu objek demi pemahaman peserta didik baik dengan ada atau tidaknya pendidik secara langsung.
f. Cyber security merupakan upaya untuk melindungi informasi dari adanya cyber attack yang meliputi hardware, software, data pribadi maupun data lembaga/ institusi.
g. Simulation atau simalasi merupakan cara untuk menduplikasi ciri, tampilan dan karakteristik dari sesuatu yang nyata. Berkaitan dengan perkembangan digital yang terjadi saat ini, simulasi yang dimaksud adalah simulasi digital. Simulasi digital dalam pembelajaran digunakan sebagai metode pembelajaran yang menggunakana teknologi informasi dan komunikasi melalui pengembangan bahan ajar berbasis web.
h. Additive manufacturing atau 3D printing merupakan proses pembuatan benda padat tiga dimensi dari file digital. Pencetakan 3D memungkinkan untuk menghasilkan bentuk yang kompleks (fungsional) dan unik dengan menggunakan lebih sedikit bahan daripada metode pabrikan tradisional.
i. System integration merupakan rangkaian yang menggabungkan komponen sub sistem dalam satu sistem yang menjamin setiap fungsi dapat berfungsi sebagai kesatuan dari sebuah sistem. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan saat ini mengubah kondisi di berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan.
Mutu SDM merupakan jawaban dari tantangan revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini, dan pendidikan memiliki andil yang besar dalam mencetak SDM unggul. Sejumlah pakar mengemukakan skill yang harus dimiliki di era industri 4.0 ini yaitu sebagai berikut:
a. Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills) yang meliputi berpikir kritis & pemecahan masalah (critical thinking & problem solving), kreativitas & inovasi (creativity & innovation) dan komunikasi & kolaborasi (communication & collaboration).
b. Keterampilan teknologi, media dan informasi (information, media & technology skills). Keterampilan ini meliputi literasi informasi (information literacy), literasi media (media literacy) dan literasi TIK (information, communications & technology literacy).
c. Keterampilan hidup & karir (life & career skills). keterampilan ini meliputi fleksibilitas & adaptasi (flexibility & adaptability), inisiatif & pengarahan diri sendiri (initiative & self-direction), keterampilan sosial & lintas budaya (social & cross-cultural skills), produktivitas & akuntabilitas (productivity & accountability) dan kepemimpinan & tanggung jawab (leadership & responsibility).
Perkembangan teknologi digital dan tuntutan keterampilan abad 21 ini berimplikasi pada pergeseran pelaksanaan pembelajaran yang merupakan core business dunia pendidikan yaitu pergeseran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran baru (new learning).
1. New learning sebagai wujud penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran perlu dikembangkan karena dapat mendukung dan meningkatkan mutu pendidikan serta mempersiapkan generasi muda untuk bekerja di sektor/ pekerjaan baru yang tercipta di masa depan.
Pada dasarnya new learning yang sering juga diidentikan dengan e-learning merupakan suatu kontinum yang dikategorikan pada 3 hal berikut (Noirid, 2007):
- Adjunct yaitu pembelajaran tatap muka (tradisional) yang ditunjang dengan sistem penyampaian secara daring.
- Mixed/blended yaitu pembelajaran yang menempatkan sistem secara daring sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan.
- Fully daring yaitu proses pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya secara daring.
Dari kategori-kategori di atas, pelaksanaan e-learning yang selanjutnya disebut dengan new learning dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, kemampuan menggunakan media pembelajaran juga ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendidikan.
Dari kategori-kategori di atas, pelaksanaan e-learning yang selanjutnya disebut dengan new learning dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, kemampuan menggunakan media pembelajaran juga ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendidikan.
Standar dan penilaian (standards and assessment) berkaitan dengan penerapan prinsip keseimbangan dari penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif; menekankan umpan balik yang berguna untuk kinerja peserta didik dalam pembelajaran sehari-hari; menerapkan keseimbangan teknologi yang disempurnakan dengan mengukur penguasaan peserta didik; serta mengembangkan portofolio pekerjaan peserta didik yang menunjukkan penguasaan keterampilan abad ke-21.
Kurikulum dan proses pembelajaran (curriculum and instruction) berkaitan dengan mengajarkan keterampilan abad ke-21, berfokus pada penyediaan kesempatan untuk menerapkan keterampilan abad ke-21 di seluruh wilayah konten dan pendekatan berbasis kompetensi untuk belajar; menerapkan metode pembelajaran inovatif yang mengintegrasikan penggunaan teknologi; dan mendorong integrasi sumber daya masyarakat.
Pengembangan profesionalisme pendidik (professional development) berkaitan dengan dorongan kepada pendidik atau guru untuk menangkap peluang dalam mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam proses pembelajaran; menerapkan pembelajaran berbasis proyek; menerapkan pemahaman yang mendalam dalam pembelajaran sehingga peserta didik memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan abad ke-21 lainnya; menjadi model di kalangan peserta didiknya dalam mempromosikan keterampilan abad ke-21; mengidentifikasi gaya belajar, kecerdasan, kelebihan dan keterbatasan peserta didiknya; menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lingkungan belajar yang kondusif; mengevaluasi secara terus menerus pengembangan keterampilan abad 21 pada peserta didik; berbagi pengetahuan di antara komunitas praktisi baik dengan tatap muka, virtual maupun daring; terakhir pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Kurikulum dan proses pembelajaran (curriculum and instruction) berkaitan dengan mengajarkan keterampilan abad ke-21, berfokus pada penyediaan kesempatan untuk menerapkan keterampilan abad ke-21 di seluruh wilayah konten dan pendekatan berbasis kompetensi untuk belajar; menerapkan metode pembelajaran inovatif yang mengintegrasikan penggunaan teknologi; dan mendorong integrasi sumber daya masyarakat.
Pengembangan profesionalisme pendidik (professional development) berkaitan dengan dorongan kepada pendidik atau guru untuk menangkap peluang dalam mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam proses pembelajaran; menerapkan pembelajaran berbasis proyek; menerapkan pemahaman yang mendalam dalam pembelajaran sehingga peserta didik memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan abad ke-21 lainnya; menjadi model di kalangan peserta didiknya dalam mempromosikan keterampilan abad ke-21; mengidentifikasi gaya belajar, kecerdasan, kelebihan dan keterbatasan peserta didiknya; menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lingkungan belajar yang kondusif; mengevaluasi secara terus menerus pengembangan keterampilan abad 21 pada peserta didik; berbagi pengetahuan di antara komunitas praktisi baik dengan tatap muka, virtual maupun daring; terakhir pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Lingkungan belajar (learning environment) berkaitan dengan kolaborasi antar pendidik untuk berbagi praktik terbaik dalam mengintegrasikan keterampilan abad ke-21 pada proses pembelajaran; mendorong peserta didik untuk belajar secara relevan dengan konteks abad 21 misalnya melalui pembelajaran berbasis proyek; memberikan akses yang merata untuk alat belajar yang berkualitas, teknologi dan SDMnya; menyediakan desain arsitektur dan interior abad 21; memperluas dukungan masyarakat dan keterlibatan internasional dalam belajar, baik secara luring maupun daring.
2. Karakteristik New Learning
New learning disiapkan dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0. Adanya new learning ini dapat meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran melalui konten atau sumber belajar yang bervariatif, juga model pembelajaran guru yang menarik, sehingga hal tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Beberapa karakteristik new learning yaitu:
a. Student centred learning merupakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai “pusat” pada proses belajar. Dalam pembelajaran student centred learning, peserta didik aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, bertanggung jawab dan berinisiatif dalam mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya dan dalam batas-batas tertentu peserta didik bisa memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya. Dalam sebuah penelitian dari Asoodeh dkk (2012) ditemukan bahwa adanya pengaruh siginifikan dari penerapan model student centred learning terhadap prestasi akademik dan keterampilan sosial dasar peserta didik.
b. Penggunaan multimedia. Penggunaan multimedia dalam pebelajaran dapat menciptakan suasana belajar kreatif dan inovatif tanpa mengurangi tujuan belajar yang sesungguhnya dan tentunya dapa menciptakan suasana belajar yang menarik bagi peserta didik. Dengan menarik perhatian peserta didik pada proses pemmbelajaran, tentulah motivasi belajar akan meningkat demikian pula dengan pemahaman akan konsep materi pelajaran, yang tentu hal tersebut berdampak pada kualitas pembelajaran yang meningkat pula (Surasmi, 2016).
c. Collaborative work atau di dunia pendidikan dikenal juga dengan colaborative learning (pembelajaran kolaboratif) yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang melibatkan kelompok peserta didik untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau membuat produk (Gerlach, 1994). Pendekatan colaborative learning memiliki beberapa keungguan di antaranya yaitu membantu dalam meningkatkan prestasi belajar, memperdalam pemahaman, menciptakan belajar yang lebih menyenangkan, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, meningkatkan sikap positif, meningkatkan harga diri, belajar secara inklusif, menanamkan rasa saling memiliki dan mengembangkan keterampilan masa depan.
d. Information exchange. Dalam new learning, pemanfaatan teknologi digital memudahkan proses pengolahan dan pertukaran informasi bahkan dalam jarak jauh sehingga menciptakan interkoneksi antar manusia dan memudahkan mencari informasi dengan jangkauan yang lebih luas dari berbagai sumber. Hal tersebut berimplikasi pada kecenderungan pendekatan pembelajaran yang lebih menggunakan student centred learning dengan peran pendidik sebagai fasilitator.
e. Critical thinking. Informasi yang beredar di era ini sangat melimpah ruah maka untuk dapat menjaring informasi yang akurat diperlukan kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan berpikir secara jernih dan rasional dalam mengolah informasi serta memahami hubungan logis antar gagsan. Secara sederhana kemampuan ini diperlukan supaya para generasi terhindar dari berita-berita hoaks dan di sisi lainnya mereka mampu menghadapi situasi dan kondisi yang penuh ketidak pastian di masa depan.
f. Decision making. Kemampuan mengambil keputusan menjadi sangat krusial di saat informasi yang tersebar berlimpah ruah (big data), karena tidak hanya diperlukan kemampuan berpikir logis atau rasional, lebih dari itu pengolahan informasi harus mengahasilkan keputusan (decision making) sebagai solusi dari masalah yang sedang dihadapi dan/ atau tujuan yang akan dicapai..
Dengan karakteristik new learning sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kumulatif, konstruktif, diarahkan pada tujuan, diagnostik, reflektif, berorientasi pada penemuan, kontekstual, berorientasi pada masalah, sosial dan motivasi intrinsik dan menghasilkan lulusan/ output pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/ industri (DU/DI).
3. Pembelajaran SMK berbasis Digital
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada level menengah di dunia usaha/ industri (DU/DI). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dijelaskan bahwa deskripsi kualifikasi pada level 2 (capaian pembelajaran lulusan pendidikan menengah) meliputi (1) Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya; (2) Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul; (3) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain.
Seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era revolusi industri 4.0, terjadi perubahan permintaan lulusan SMK dari dunia usaha dan industri (DU/DI). Hal tersebut berdampak pada proses pembelajarannya, selain upaya link and match kurikulum sekolah dengan dunia usaha/ industri (DU/DI), pengadaan program teaching factory, magang (on the job training), hal yang tidak bisa dihindari adalah perubahan paradigma pembelajaran di SMK yaitu pergeseran dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran berbasis digital atau disebut juga new learning.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis digital (new learning) merupakan proses pembelajaran yang memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, kolaborasi, interkoneksi antar individu, berpikir kritis, kemampuan pengambilan keputusan dan pemanfaaatan multimedia dalam pembelajaran. Dengan karakteristik tersebut, pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat di antaranya menampilkan informasi/ materi belajar dengan cara baru dan menarik yaitu dengan menggunakan perangkat teknologi, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk belajar, efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara maupun peserta didik (dalam hal ini biaya transportasi dan akomodasi), juga dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dan lain-lain.
Pada umumnya pola pembelajaran berbasis digital atau yang disebut Riyana (tt) sebagai pembelajaran bermedia menekankan pada peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran ini memberikan keleluasan lebih kepada media untuk secara langsung berinteraksi dengan peserta didik, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan evaluator pembelajaran.
Sebagaimana sistem pembelajaran berbasis digital pada umumnya, pembelajaran berbasis digital di SMK juga dapat dideskripsikan dalam sebuah alur dari input, proses dan output.
Dari jenis-jenis setting (pembelajaran) yang ada pada tahap proses, pembelajaran bisa dilakukan dengan sinkron langsung, sinkron maya, asinkron mandiri dan asinkron kolaboratif (Ramadhan dkk, 2018). Berikut penjelasannya:
Selain itu, dalam praktik pembelajaran berbasis digital di pendidikan kejuruan pada sebuah negara, keberhasilan pembelajaran berbasis digital ini tidak terlepas dari enam elemen berikut ini:
Lebih lanjut, mengingat mata pelajaran di SMK terdiri dari beberapa kelompok mata pelajaran (kelompok normatif, adaptif dan produktif), sangat disarankan untuk melakukan kombinasi dalam pembelajaran di SMK antara setting pembelajaran sinkron dengan asinkron (blended learning).
Pembelajaran blended (blended learning) merupakan salah satu bentuk e-learning atau pembelajaran berbasis digital (Chaeruman, 2017). Menurut Piskurich (2006) blended learning merupakan kombinasi komponen dari aspek pembelajaran sinkron dan asinkron dengan tujuan tercapainya efektifitas belajar yang maksimum. Sementara Throne (2003) mendefinisikan blended learning sebagai suatu peluang dalam mengintegrasikan kemajuan inovasi dan teknologi yang ditawarkan secara daring dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut blended learning menjadi penting diterapkan di SMK, karena kelemahan dari setting pembelajaran yang satu dapat diatasi dengan kelebihan setting pembelajaran lain, begitu juga sebaliknya.
DIGITALISASI SARPRAS
DALAM Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, sarana dan prasarana adalah bagian standar nasional yang mendukung penyelenggaraan pendidikan.
Di era revolusi industri 4.0 ini, teknologi telah menciptakan lingkungan belajar global terstandar yang menempatkan peserta didik di tengah proses pembelajaran yang dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Sebagaimana pelaksanaan new learning atau e-learning yang menjadi tipe pembelajaran di era digital sangat terkait erat dengan pemanfaatan media digital sebagai sarana pendukung. Oleh karena itu, demi menjaga dan meningkatkan kondusifitas pelaksanaan new learning, Pemerintah RI menginisiasi “digitalisasi sarpras”. Tujuannya adalah untuk mereformasi proses belajar mengajar, bahkan lebih jauh lagi meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tentu tidak terlepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.
1. Sarpras dan Era Digital Di era digital, dunia seolah dalam genggaman, karena memungkinkan setiap orang untuk mengakses informasi dan melakukan semua aktivitasnya hanya dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan jaringan internet. Efek perubahan seperti ini tidak terkecuali terjadi pada dunia pendidikan, terutama dalam masalah pembelajaran yang menjadi core business pendidikan yaitu perubahan dari pembelajaran konvensional kepada pembelajaran jarak jauh berbasis daring (online) atau dalam hal ini disebut dengan new learning.
New learning memungkinkan pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka langsung di kelas, melainkan pendidik dan peserta didik berada dalam waktu dan tempat berbeda (setting pembelajaran asinkron) dan proses interaksi dalam pembelajaran dihubungkan dengan media digital. Hal inilah yang mendorong dilakukannya digitalisasi sarpras.
Digitalisasi sarpras merupakan proses alih media (sarpras pendidikan) dari bentuk fisik menjadi bentuk digital sehingga dapat mendukung proses pembelajaran baru (new learning).
Digitalisasi sarpras dalam kelas maya memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat diakses kapanpun dan di manapun selagi ada jaringan internet misalnya dengan menggunakan platform e-learning atau aplikasi pembelajaran daring.
Selian itu, digitalisasi sarpras juga dapat mendukung akses informasi yang sangat luas dan cepat oleh peserta didik baik melalui media pembelajaran digital dan/atau sumber-sumber belajarnya.
Lebih jauh lagi, digitalisasi sarpras di SMK dapat memfasilitasi kegiatan praktikum peserta didik ruang praktik dan laboratorium virtual. Dari riset teknik ditemukan bahwa laboratorium virtual dapat membantu mengatasi beragai permasalahan di SMK terutama untuk mata pelajaran produktif kejuruan dengan peralatan yang mahal dan berbahaya.
Digitalisasi sarpras ini juga tidak terlepas dari infrastruktur digital semacam perpustakaan digital (e-library). Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang sebagian koleksi maupun keseluruhnya dalam bentuk digital dan dapat diakses secara online. Dengan sifatnya yang demikian perpustakaan digital dapat diakses kapan saja, sehingga memudahkan pengguna dalam mencari sumber belajar dan/ atau referensi.
Begitu pula untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikannya bisa dibuat ruang kerja virtual yang dapat memudahkan kerja jarak jauh, mengelola jadwal kerja dan tetap terhubung dengan tim sehingga pekerjaan dapat terkontrol dengan baik.
2. Urgensi Digitalisasi dalam Sarpras Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelaksanaan new learning di SMK menuntut adanya digitalisasi sarpras sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran, karena sarana dan prasarana pendidikan menjadi komponen integral dari kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian Miski (2005) mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kondisi sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik. Begitu pula penelitian dari Cuyvers & Weerds (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok dalam tingkat kepuasan antara peserta didik yang bersekolah dengan infrastruktur berkualitas baik dibandingkan dengan sekolah yang memiliki infrastruktur buruk.
Dengan kata lain, integrasi teknologi digital ke dalam sarpras pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Minimnya sarpras yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berdampak pada proses pembelajaran yang monoton dan membuat peserta didik menjadi kalah bersaing di dunia industri nantinya. Dari sinilah terlihat urgensi digitalisasi sarpras di SMK.
Adapun tujuan dan manfaat digitalisasi sarpras di SMK yaitu:
Sedangkan manfaatnya yaitu menciptakan proses pembelajaran di SMK yang kreatif, interaktif, mandiri, produktif dan berwawasan abad 21 sehingga menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing.
3. Standar Sarpras untuk DUDI Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri dijelaskan bahwa program keahlian di SMK harus disesuaikan dengan kebutuhan industri yang kurikulumnya disusun berbasis kompetensi mengacu pada SKKNI bidang industri, standar nasional/ atau standar khusus. Berdasarkan peraturan menteri tersebut, penyelengaraan SMK harus link and match dengan kebutuhan Dunia Usaha/ Industri.
Untuk bisa mewujudkan link and match tersebut diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai untuk praktek dan latihan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan.
Sebagai gambaran apa saja pembahasan lengkap dari Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK), bisa dilihat dari Daftar Isi, berikut ini:
DAFTAR ISI
BAGIAN 1 | DIGITALISASI PENDIDIKAN
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis digital (new learning) merupakan proses pembelajaran yang memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, kolaborasi, interkoneksi antar individu, berpikir kritis, kemampuan pengambilan keputusan dan pemanfaaatan multimedia dalam pembelajaran. Dengan karakteristik tersebut, pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat di antaranya menampilkan informasi/ materi belajar dengan cara baru dan menarik yaitu dengan menggunakan perangkat teknologi, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk belajar, efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara maupun peserta didik (dalam hal ini biaya transportasi dan akomodasi), juga dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dan lain-lain.
Pada umumnya pola pembelajaran berbasis digital atau yang disebut Riyana (tt) sebagai pembelajaran bermedia menekankan pada peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran ini memberikan keleluasan lebih kepada media untuk secara langsung berinteraksi dengan peserta didik, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan evaluator pembelajaran.
Sebagaimana sistem pembelajaran berbasis digital pada umumnya, pembelajaran berbasis digital di SMK juga dapat dideskripsikan dalam sebuah alur dari input, proses dan output.
- Input pembelajaran terdiri dari peserta didik (baik siswa maupun mahasiswa) yang menjadi “subyek belajar” (individu yang memiliki kesadaran kritis yang diharapkan mampu membangkitkan kesadaran untuk peduli dan kritis terhadap berbagai macam persoalan yang terjadi lingkungan sosial).
- Proses. Pelaksanaan new learning di SMK memiliki variasi sesuai dengan setting pembelajaran yang digunakan di antaranya yaitu pembelajaran sinkron (synchronous learning) dan asinkron (asynchronous learning) (Naidu, 2006).
- Output. Dengan menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna (mata pelajaran sebagai alat bukan tujuan) dengan pemilihan setting pembelajaran yang sesuai, diharapkan SMK dapat menghasilkan output/ lulusan unggul. Lebih detail lagi berkaitan dengan era revolusi industri 4.0 ini, lulusan SMK dapat memenuhi standar keterampilan abad ke-21 sehingga individu dapat survive dan berhasil di masa sekarang maupun masa depan.
Dari jenis-jenis setting (pembelajaran) yang ada pada tahap proses, pembelajaran bisa dilakukan dengan sinkron langsung, sinkron maya, asinkron mandiri dan asinkron kolaboratif (Ramadhan dkk, 2018). Berikut penjelasannya:
- Sinkron Langsung (SL) adalah pembelajaran yang dilakukan dalam situasi di mana pendidik dan peserta didik dalam lokasi/ ruang dan waktu yang sama atau pembelajaran tatap muka langsung misalnya dalam praktik lapangan, workshop dan sebagainya.
- Sinkron Maya (SM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara peserta didik dan pendidik berada pada waktu yang sama tetapi tempat berbeda-beda satu sama lain, ini dapat dilakukan melalui teknologi sinkron. Aktivitas dalam setting pembelajaran Sinkron Maya (SM) ini bisa berupa web based seminar (webinar), konferensi audio, konferensi video dan kelas virtual.
- Asinkron Mandiri (AM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi belajar mandiri secara daring, aktivitas pembelajaran ini diantaranya adalah membaca, mendengar (audio, audiocast), menonton (video, webcast), mensimulasikan, studi daring, publikasi/ jurnal (wiki, blog, dll) dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan.
- Asinkron Kolaboratif (AK) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi kolaboratif yang melibatkan lebih dari satu orang antara peserta didik dengan peserta didik lainnya atau orang lain sebagai narasumber. Aktivitas dalam setting pembelajaran Asinkron Kolaboratif (AK) di antaranya partisipasi dalam diskusi melalui forum diskusi daring, mengerjakan tugas individu/ kelom pok melalui penugasan daring, ublikasi individu atau kelompok (melalui wiki, blog, dll) dan sebagainya.
Selain itu, dalam praktik pembelajaran berbasis digital di pendidikan kejuruan pada sebuah negara, keberhasilan pembelajaran berbasis digital ini tidak terlepas dari enam elemen berikut ini:
- Infrastruktur meliputi software, hardware dan administrator sistem khusus.
- Kepemimpinan dan praktik tata kelola meliputi dukungan dari pimpinan sekolah dan penyusunan program secara eksplisit dalam rencana strategis.
- Kolaborasi dan jaringan meliputi penggunaan platform pembelajaran daring, Wi-Fi dan penyimpanan berbasis cloud.
- Konten dan kurikulum meliputi mutu guru, hak milik digital & kebijakan keamanan jaringan dan penggunaan repositori open-sources oleh guru.
- Praktik belajar mengajar meliputi komitmen dalam pembelajaran digital dan penggunaan situs media sosial sebagai sarana komunikasi.
- Penilaian meliputi assessment yang dilakukan di sistem manajemen pembelajaran melalui penggunaan alat dan fasilitas online.
Lebih lanjut, mengingat mata pelajaran di SMK terdiri dari beberapa kelompok mata pelajaran (kelompok normatif, adaptif dan produktif), sangat disarankan untuk melakukan kombinasi dalam pembelajaran di SMK antara setting pembelajaran sinkron dengan asinkron (blended learning).
Pembelajaran blended (blended learning) merupakan salah satu bentuk e-learning atau pembelajaran berbasis digital (Chaeruman, 2017). Menurut Piskurich (2006) blended learning merupakan kombinasi komponen dari aspek pembelajaran sinkron dan asinkron dengan tujuan tercapainya efektifitas belajar yang maksimum. Sementara Throne (2003) mendefinisikan blended learning sebagai suatu peluang dalam mengintegrasikan kemajuan inovasi dan teknologi yang ditawarkan secara daring dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut blended learning menjadi penting diterapkan di SMK, karena kelemahan dari setting pembelajaran yang satu dapat diatasi dengan kelebihan setting pembelajaran lain, begitu juga sebaliknya.
DIGITALISASI SARPRAS
DALAM Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, sarana dan prasarana adalah bagian standar nasional yang mendukung penyelenggaraan pendidikan.
Di era revolusi industri 4.0 ini, teknologi telah menciptakan lingkungan belajar global terstandar yang menempatkan peserta didik di tengah proses pembelajaran yang dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Sebagaimana pelaksanaan new learning atau e-learning yang menjadi tipe pembelajaran di era digital sangat terkait erat dengan pemanfaatan media digital sebagai sarana pendukung. Oleh karena itu, demi menjaga dan meningkatkan kondusifitas pelaksanaan new learning, Pemerintah RI menginisiasi “digitalisasi sarpras”. Tujuannya adalah untuk mereformasi proses belajar mengajar, bahkan lebih jauh lagi meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tentu tidak terlepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.
1. Sarpras dan Era Digital Di era digital, dunia seolah dalam genggaman, karena memungkinkan setiap orang untuk mengakses informasi dan melakukan semua aktivitasnya hanya dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan jaringan internet. Efek perubahan seperti ini tidak terkecuali terjadi pada dunia pendidikan, terutama dalam masalah pembelajaran yang menjadi core business pendidikan yaitu perubahan dari pembelajaran konvensional kepada pembelajaran jarak jauh berbasis daring (online) atau dalam hal ini disebut dengan new learning.
New learning memungkinkan pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka langsung di kelas, melainkan pendidik dan peserta didik berada dalam waktu dan tempat berbeda (setting pembelajaran asinkron) dan proses interaksi dalam pembelajaran dihubungkan dengan media digital. Hal inilah yang mendorong dilakukannya digitalisasi sarpras.
Digitalisasi sarpras merupakan proses alih media (sarpras pendidikan) dari bentuk fisik menjadi bentuk digital sehingga dapat mendukung proses pembelajaran baru (new learning).
Digitalisasi sarpras dalam kelas maya memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat diakses kapanpun dan di manapun selagi ada jaringan internet misalnya dengan menggunakan platform e-learning atau aplikasi pembelajaran daring.
Selian itu, digitalisasi sarpras juga dapat mendukung akses informasi yang sangat luas dan cepat oleh peserta didik baik melalui media pembelajaran digital dan/atau sumber-sumber belajarnya.
Lebih jauh lagi, digitalisasi sarpras di SMK dapat memfasilitasi kegiatan praktikum peserta didik ruang praktik dan laboratorium virtual. Dari riset teknik ditemukan bahwa laboratorium virtual dapat membantu mengatasi beragai permasalahan di SMK terutama untuk mata pelajaran produktif kejuruan dengan peralatan yang mahal dan berbahaya.
Digitalisasi sarpras ini juga tidak terlepas dari infrastruktur digital semacam perpustakaan digital (e-library). Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang sebagian koleksi maupun keseluruhnya dalam bentuk digital dan dapat diakses secara online. Dengan sifatnya yang demikian perpustakaan digital dapat diakses kapan saja, sehingga memudahkan pengguna dalam mencari sumber belajar dan/ atau referensi.
Begitu pula untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikannya bisa dibuat ruang kerja virtual yang dapat memudahkan kerja jarak jauh, mengelola jadwal kerja dan tetap terhubung dengan tim sehingga pekerjaan dapat terkontrol dengan baik.
2. Urgensi Digitalisasi dalam Sarpras Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelaksanaan new learning di SMK menuntut adanya digitalisasi sarpras sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran, karena sarana dan prasarana pendidikan menjadi komponen integral dari kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian Miski (2005) mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kondisi sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik. Begitu pula penelitian dari Cuyvers & Weerds (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok dalam tingkat kepuasan antara peserta didik yang bersekolah dengan infrastruktur berkualitas baik dibandingkan dengan sekolah yang memiliki infrastruktur buruk.
Dengan kata lain, integrasi teknologi digital ke dalam sarpras pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Minimnya sarpras yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berdampak pada proses pembelajaran yang monoton dan membuat peserta didik menjadi kalah bersaing di dunia industri nantinya. Dari sinilah terlihat urgensi digitalisasi sarpras di SMK.
Adapun tujuan dan manfaat digitalisasi sarpras di SMK yaitu:
- Menyiapkan generasi Indonesia berdaya saing di era industri 4.0;
- Meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik;
- Memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan perkembangan IPTEK;
- Meningkatkan kompetensi guru guna dukung tujuannya dalam pembelajaran; Mendukung terlaksananya program-program PSMK dalam menyediakan ruang belajar, kelas industri, teaching factory, dan meningkatkan kompetensi peserta didik.
Sedangkan manfaatnya yaitu menciptakan proses pembelajaran di SMK yang kreatif, interaktif, mandiri, produktif dan berwawasan abad 21 sehingga menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing.
3. Standar Sarpras untuk DUDI Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri dijelaskan bahwa program keahlian di SMK harus disesuaikan dengan kebutuhan industri yang kurikulumnya disusun berbasis kompetensi mengacu pada SKKNI bidang industri, standar nasional/ atau standar khusus. Berdasarkan peraturan menteri tersebut, penyelengaraan SMK harus link and match dengan kebutuhan Dunia Usaha/ Industri.
Untuk bisa mewujudkan link and match tersebut diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai untuk praktek dan latihan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan.
Sebagai gambaran apa saja pembahasan lengkap dari Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK), bisa dilihat dari Daftar Isi, berikut ini:
DAFTAR ISI
BAGIAN 1 | DIGITALISASI PENDIDIKAN
- New Learning untuk Revolusi Industri 4.0
- Karakteristik New Learning
- Pembelajaran SMK berbasis Digital .
BAGIAN 2 | DIGITALISASI SARPRAS .
- Sarpras dan Era Digital
- Urgensi Digitalisasi dalam Sarpras SMK
- Standar Sarpras untuk DUDI
- Computational Thinking (CT) dan Pembelajaran STEM
- Pilar Revolusi Industri 4.0
- Pemanfaatan Virtual Laboratory Untuk Memperkuat Penguasaan
- Simulator VR Di Sekolah
- Optimalisasi Peralatan TIK Sekolah Dalam Mendukung Pembelajaran Modern
- Pengembangan Fasilitas Sekolah Untuk Menyiapkan Digital Talent dan Employability Skills
- Sarpras Untuk Meningkatkan Skill Pemikiran Komputasi
SMK Raden Umar Said Kudus
SMK PGRI 2 Ponorogo
DAFTAR PUSTAKA
Download Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:Download Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK).pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK). Semoga bisa bermanfaat.