Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)

Berikut ini adalah berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK). Download file format PDF.

Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)
Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)

Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)

Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK) ini diterbitkan oleh Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2020.

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK):

DIGITALISASI PENDIDIKAN 

Pendidikan terkadang dipandang sebagai sektor yang resisten terhadap perubahan, namun pada saat yang sama dihadapkan pada krisis produktivitas dan efisiensi. “Inovasi” dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan lebih banyak keuntungan dalam kondisi tekanan anggaran dan permintaan (demand) yang meningkat. (OECD) 

TERJADINYA  revolusi  industri  yang  terus  berkembang  mendorong perubahan  pada  teknologi  digital.  Perkembangan  dunia  digital  sangat dinamis,  tidak  hanya  “mempengaruhi”,  bahkan  “mengubah”  gaya  hidup masyarakat  dengan  tanpa  dan  sulit  dihindari  sehingga  bermuara  pada tuntutan inovasi di berbagai sektor. 

Digitalisasi  pendidikan  merupakan  sebuah  inovasi  sistem  pendidikan  yang merujuk  pada  transformasi  atau  perubahan  sistem  ke  arah  digital  dengan menggunakan  teknologi.  Digitalisasi  pendidikan  sebagai  sebuah  inovasi sangat diperlukan karena hal-hal berikut: 
  • Meningkatkan hasil belajar. Tren baru dalam pembelajaran saat ini sangat bergantung pada cara-cara baru mengatur sekolah dan penggunaan TIK.
  • Pendidikan  dianggap  sebagai  sarana  untuk  meningkatkan  kesetaraan, dan  inovasi  membantu  meningkatkan  kesetaraan  dalam  akses pendidikan, juga kesetaraan dalam hasil pembelajaran.
  • Merangsang penyediaan layanan (pendidikan) secara lebih efisien dalam meminimalisir biaya dan memaksimalkan kekuatan serta peluang. 
  • Pendidikan  harus  tetap  relevan  dalam  menghadapi  perubahan  cepat pada masyarakat dan perekonomian nasional.

Jadi, digitalisasi pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini sangat diperlukan untuk  meningkatkan  mutu  pendidikan/pembelajaran  sehingga  dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/ industri. 

Lebih  lanjut  ada  tiga  pilar  utama  dalam  rangka  mensukseskan  digitalisasi pendidikan yaitu infrastruktur, infokultur dan infostruktur (Adella, 2019): 

Pertama,  infrastruktur  merupakan  perangkat  pendukung  digitalisasi pendidikan yang terkait dengan teknologi digital. Dukungan infrastruktur ini setidaknya  harus  sampai  memadai  karena  dapat  mendukung  proses pembelajaran sehingga menjadi lebih lancar.  

Kedua, infokultur berkaitan dengan karakteristik informasi yang cenderung beredar sangat cepat, hal tersebut mengakibatkan perubahan pada “student centred  learning”  karena  pendidik  bukan  lagi  sebagai  satu-satunya  sumber informasi dalam proses pembelajaran.  

Ketiga, infostruktur berkaitan dengan “muatan” data yang tersebar di dunia digital sebagai sumber informasi (big data).  

Kehadiran  ketiga  pilar  di  atas  memungkinkan  pembelajaran  menjadi  aktif, kreatif dan konstruktif yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. 

New Learning untuk Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 atau disebut juga era disrupsi teknologi, revolusi digital, atau  revolusi  industri  generasi  ke-4  ditandai  adanya  pengkolaborasian antara  teknologi  cyber  dan  teknologi  otomasi  dengan  konsep  penerapan berpusat  pada  otomasi  yang  dilakukan  teknologi.  Kondisi  ini  memberi peluang dan tantangan baru pada kehidupan manusia, termasuk pada dunia pendidikan. 

Pada  dasarnya  terdapat  9  macam  teknologi  yang  menjadi  pilar  revolusi industri 4.0 yaitu:  

a.  Internet  of  Thing  (IoT)  merupakan  suatu  sistem  yang  terhubung  & terintegrasi  antara  satu  dengan  yang  lainnya  melalui  jaringan  internet. Internet of Things (IoT) memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam mendukung  proses  pembelajaran  yang  lebih  efektif,  misalnya  dalam meningkatkan interaktifitas antara pendidik, peserta didik dan berbagai sumber belajar. 

b.  Artificial  intelligence  merupakan  merupakan  teknologi  komputer  atau mesin  yang  memiliki  kecerdasan  layaknya  manusia  sehingga  membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Begitu pula dalam pendidikan, artificial  intelligence  membuat  proses  belajar  menjadi  lebih  efektif  di mana peserta didik jadi lebih mudah memahami apa yang telah dijelaskan guru. 

c.  Cloud computing merupakan teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat  pengelolaan  data  dan  aplikasi dan  komputer  diberikan  hak  akses (login) untuk bisa konfigurasi server melalui internet.  

d.  Big data merupakan istilah yang menggambarkan volume data yang besar dan  kompleks  (baik  data  yang  terstruktur  maupun  data  yang  tidak terstruktur).  Pemanfaatan  big  data  di  sektor  pendidikan  yaitu diperolehnya informasi mendalam tentang kondisi peserta didik, proses pembelajaran  dan  informasi  lainnya  yang  mendukung  pengambilan keputusan  untuk  membantu  meningkatkan  keberhasilan  peserta  didik maupun lembaga.  

e.  Augmented  reality  merupakan  teknologi  yang  menggabungkan  benda maya  dua  dimensi  ataupun  tiga  dimensi  ke  dalam  sebuah  lingkungan nyata lalu  memproyeksikan  benda-benda  maya  tersebut  dalam  waktu nyata.  Dallam  dunia  pendidikan,  teknologi  augmented  reality  ini dimanfaatkan  untuk  memvisualisasikan  konsep  abstrak  dan mendeskripsikan  struktur  suatu  objek  demi  pemahaman  peserta  didik baik dengan ada atau tidaknya pendidik secara langsung.  

f.  Cyber security merupakan upaya untuk melindungi informasi dari adanya cyber attack yang meliputi hardware, software, data pribadi maupun data lembaga/ institusi.  

g.  Simulation  atau  simalasi  merupakan  cara  untuk  menduplikasi  ciri, tampilan  dan  karakteristik  dari  sesuatu  yang  nyata.  Berkaitan  dengan perkembangan digital yang terjadi saat ini, simulasi yang dimaksud adalah simulasi  digital.  Simulasi  digital  dalam  pembelajaran  digunakan  sebagai metode  pembelajaran  yang  menggunakana  teknologi  informasi  dan komunikasi melalui pengembangan bahan ajar berbasis web.  

h.  Additive  manufacturing  atau  3D  printing  merupakan  proses  pembuatan benda padat tiga dimensi dari file digital. Pencetakan 3D memungkinkan untuk menghasilkan bentuk yang kompleks (fungsional) dan unik dengan menggunakan lebih sedikit bahan daripada metode pabrikan tradisional.  

i.  System  integration  merupakan  rangkaian  yang  menggabungkan komponen  sub  sistem  dalam  satu  sistem  yang  menjamin  setiap  fungsi dapat berfungsi sebagai kesatuan dari sebuah sistem. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan saat ini mengubah kondisi di berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan.

Mutu  SDM  merupakan  jawaban  dari  tantangan  revolusi  industri  4.0  yang terjadi  saat  ini,  dan  pendidikan  memiliki  andil  yang  besar  dalam  mencetak SDM unggul. Sejumlah pakar mengemukakan skill yang harus dimiliki di era industri 4.0 ini yaitu sebagai berikut:

a.  Keterampilan  belajar  dan  inovasi  (learning  and  innovation  skills)  yang meliputi berpikir kritis & pemecahan masalah (critical thinking & problem solving),  kreativitas  &  inovasi  (creativity  &  innovation)  dan  komunikasi  & kolaborasi (communication & collaboration). 

b.  Keterampilan  teknologi,  media  dan  informasi  (information,  media  & technology skills). Keterampilan ini meliputi literasi informasi (information literacy),  literasi  media  (media  literacy)  dan  literasi  TIK  (information, communications & technology literacy).

c.  Keterampilan hidup & karir (life & career skills). keterampilan ini meliputi fleksibilitas  &  adaptasi  (flexibility  &  adaptability),  inisiatif  &  pengarahan diri sendiri (initiative & self-direction), keterampilan sosial & lintas budaya (social & cross-cultural skills), produktivitas & akuntabilitas (productivity & accountability)  dan  kepemimpinan  &  tanggung  jawab  (leadership  & responsibility).  

Perkembangan  teknologi  digital  dan  tuntutan  keterampilan  abad  21  ini berimplikasi  pada  pergeseran  pelaksanaan  pembelajaran  yang  merupakan core  business  dunia  pendidikan  yaitu  pergeseran  dari  pembelajaran konvensional ke pembelajaran baru (new learning).  

1. New learning sebagai wujud penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam  pembelajaran  perlu  dikembangkan  karena  dapat  mendukung  dan meningkatkan mutu pendidikan serta mempersiapkan generasi muda untuk bekerja di sektor/ pekerjaan baru yang tercipta di masa depan. 

Pada  dasarnya  new  learning yang  sering  juga diidentikan  dengan  e-learning merupakan  suatu  kontinum  yang  dikategorikan  pada  3  hal  berikut  (Noirid, 2007): 
  • Adjunct  yaitu  pembelajaran  tatap  muka  (tradisional)  yang  ditunjang dengan sistem penyampaian secara daring.
  • Mixed/blended  yaitu  pembelajaran  yang  menempatkan  sistem    secara daring sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan. 
  • Fully  daring  yaitu  proses  pembelajaran  yang  dilakukan  sepenuhnya secara daring.  

Dari  kategori-kategori  di  atas,  pelaksanaan  e-learning  yang  selanjutnya disebut dengan new learning dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi peserta  didik, kemampuan  menggunakan  media  pembelajaran  juga ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendidikan.  

Dari  kategori-kategori  di  atas,  pelaksanaan  e-learning  yang  selanjutnya disebut dengan new learning dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi  peserta  didik,  kemampuan  menggunakan  media  pembelajaran  juga ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendidikan.  

Standar dan penilaian (standards and assessment) berkaitan dengan penerapan prinsip keseimbangan dari penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif; menekankan umpan balik yang berguna untuk kinerja peserta didik dalam pembelajaran sehari-hari; menerapkan keseimbangan teknologi yang disempurnakan dengan mengukur penguasaan peserta didik; serta mengembangkan portofolio pekerjaan peserta didik yang menunjukkan penguasaan keterampilan abad ke-21.

Kurikulum dan proses pembelajaran (curriculum and instruction) berkaitan dengan mengajarkan keterampilan abad ke-21, berfokus pada penyediaan kesempatan untuk menerapkan keterampilan abad ke-21 di seluruh wilayah konten dan pendekatan berbasis kompetensi untuk belajar; menerapkan metode pembelajaran inovatif yang mengintegrasikan penggunaan teknologi; dan mendorong integrasi sumber daya masyarakat.

Pengembangan profesionalisme pendidik (professional development) berkaitan dengan dorongan kepada pendidik atau guru untuk menangkap peluang dalam mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam proses pembelajaran; menerapkan pembelajaran berbasis proyek; menerapkan pemahaman yang mendalam dalam pembelajaran sehingga peserta didik memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan abad ke-21 lainnya; menjadi model di kalangan peserta didiknya dalam mempromosikan keterampilan abad ke-21; mengidentifikasi gaya belajar, kecerdasan, kelebihan dan keterbatasan peserta didiknya; menggunakan beragam strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lingkungan belajar yang kondusif; mengevaluasi secara terus menerus pengembangan keterampilan abad 21 pada peserta didik; berbagi pengetahuan di antara komunitas praktisi baik dengan tatap muka, virtual maupun daring; terakhir pengembangan keprofesian berkelanjutan.

Lingkungan belajar (learning environment) berkaitan dengan kolaborasi antar pendidik  untuk  berbagi  praktik  terbaik  dalam  mengintegrasikan keterampilan  abad  ke-21  pada  proses  pembelajaran;  mendorong  peserta didik untuk belajar secara relevan dengan konteks abad 21 misalnya melalui pembelajaran  berbasis  proyek;  memberikan  akses  yang  merata  untuk  alat belajar  yang  berkualitas,  teknologi  dan  SDMnya;  menyediakan  desain arsitektur  dan  interior  abad  21;  memperluas  dukungan  masyarakat  dan keterlibatan internasional dalam belajar, baik secara luring maupun daring. 

2.  Karakteristik New Learning 

New  learning  disiapkan  dalam  rangka  menghadapi  revolusi  industri  4.0. Adanya  new  learning  ini  dapat  meningkatkan  minat  peserta  didik  dalam pembelajaran  melalui  konten  atau  sumber  belajar  yang  bervariatif,  juga model  pembelajaran  guru  yang  menarik,  sehingga  hal  tersebut  berdampak pada  peningkatan  hasil  belajar  peserta  didik.  Beberapa  karakteristik  new learning yaitu:  

a.  Student  centred  learning  merupakan    model  pembelajaran  yang menempatkan peserta didik sebagai “pusat” pada proses belajar. Dalam pembelajaran  student  centred  learning,  peserta didik  aktif  dan  mandiri dalam  proses  belajarnya,  bertanggung  jawab  dan  berinisiatif  dalam mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk  dapat  menjawab  kebutuhannya,  membangun  serta mempresentasikan  pengetahuannya  berdasarkan  kebutuhan  serta sumber-sumber  yang  ditemukannya  dan  dalam  batas-batas  tertentu peserta  didik  bisa  memilih  sendiri  apa  yang  akan  dipelajarinya.  Dalam sebuah  penelitian  dari  Asoodeh  dkk  (2012)  ditemukan  bahwa  adanya pengaruh  siginifikan  dari  penerapan  model  student  centred  learning terhadap prestasi akademik dan keterampilan sosial dasar peserta didik. 

b.  Penggunaan  multimedia.  Penggunaan  multimedia  dalam  pebelajaran dapat  menciptakan  suasana  belajar  kreatif  dan  inovatif  tanpa mengurangi  tujuan  belajar  yang  sesungguhnya  dan  tentunya  dapa menciptakan  suasana  belajar  yang  menarik  bagi  peserta  didik.  Dengan menarik  perhatian  peserta  didik  pada  proses  pemmbelajaran,  tentulah motivasi belajar akan meningkat demikian pula dengan pemahaman akan konsep  materi  pelajaran,  yang  tentu  hal  tersebut  berdampak  pada kualitas pembelajaran yang meningkat pula (Surasmi, 2016). 

c.  Collaborative  work  atau  di  dunia  pendidikan  dikenal  juga  dengan colaborative  learning  (pembelajaran  kolaboratif)  yaitu  sebuah pendekatan  pembelajaran  yang  melibatkan  kelompok  peserta  didik untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau membuat produk (Gerlach, 1994). Pendekatan colaborative learning  memiliki  beberapa  keungguan  di  antaranya  yaitu  membantu  dalam meningkatkan prestasi belajar, memperdalam pemahaman, menciptakan belajar  yang  lebih  menyenangkan,  mengembangkan  keterampilan kepemimpinan,   meningkatkan  sikap  positif,  meningkatkan  harga  diri, belajar  secara  inklusif,  menanamkan  rasa  saling  memiliki  dan mengembangkan keterampilan masa depan. 

d.  Information exchange. Dalam new learning, pemanfaatan teknologi digital memudahkan  proses  pengolahan  dan  pertukaran  informasi  bahkan dalam jarak jauh sehingga menciptakan interkoneksi antar manusia dan memudahkan  mencari informasi  dengan  jangkauan yang  lebih  luas  dari berbagai  sumber.  Hal  tersebut  berimplikasi  pada  kecenderungan pendekatan  pembelajaran  yang  lebih  menggunakan  student  centred learning dengan peran pendidik sebagai fasilitator.  

e.  Critical thinking. Informasi yang beredar di era ini sangat melimpah ruah maka  untuk  dapat  menjaring  informasi  yang  akurat  diperlukan kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan berpikir secara jernih dan rasional  dalam  mengolah  informasi  serta  memahami  hubungan  logis antar gagsan. Secara sederhana kemampuan ini diperlukan supaya para generasi  terhindar  dari  berita-berita  hoaks  dan  di  sisi  lainnya  mereka mampu  menghadapi  situasi  dan  kondisi  yang  penuh  ketidak  pastian  di masa depan. 

f.  Decision  making.  Kemampuan  mengambil  keputusan  menjadi  sangat krusial di saat informasi yang tersebar berlimpah ruah (big data), karena tidak hanya diperlukan kemampuan berpikir logis atau rasional, lebih dari itu  pengolahan  informasi  harus  mengahasilkan  keputusan  (decision making)  sebagai  solusi  dari  masalah  yang  sedang  dihadapi  dan/  atau tujuan yang akan dicapai..  

Dengan karakteristik new learning sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kumulatif, konstruktif, diarahkan  pada  tujuan,  diagnostik,  reflektif,  berorientasi  pada  penemuan, kontekstual,  berorientasi  pada  masalah,  sosial  dan  motivasi  intrinsik  dan menghasilkan lulusan/ output pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/ industri (DU/DI). 

3.  Pembelajaran SMK berbasis Digital 

Sekolah  Menengah  Kejuruan  (SMK)  adalah  salah  satu  lembaga  pendidikan yang  bertujuan  untuk  memenuhi  kebutuhan  tenaga  kerja  pada  level menengah di dunia usaha/ industri (DU/DI). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik  Indonesia  Nomor  8  Tahun  2012  Tentang  Kerangka  Kualifikasi Nasional  Indonesia  dijelaskan  bahwa  deskripsi  kualifikasi  pada  level  2 (capaian  pembelajaran  lulusan  pendidikan  menengah)  meliputi  (1)  Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya; (2) Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik,  sehingga  mampu  memilih  penyelesaian  yang  tersedia  terhadap masalah  yang  lazim  timbul;  (3)  Bertanggung  jawab  pada  pekerjaan  sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain. 

Seiring dengan perkembangan zaman yang memasuki era revolusi industri 4.0, terjadi perubahan permintaan lulusan SMK dari dunia usaha dan industri (DU/DI). Hal tersebut berdampak pada proses pembelajarannya, selain upaya link and match kurikulum sekolah dengan dunia usaha/ industri (DU/DI), pengadaan program teaching factory, magang (on the job training), hal yang tidak bisa dihindari adalah perubahan paradigma pembelajaran di SMK yaitu pergeseran dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran berbasis digital atau disebut juga new learning.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis digital (new learning) merupakan proses pembelajaran yang memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, kolaborasi, interkoneksi antar individu, berpikir kritis, kemampuan pengambilan keputusan dan pemanfaaatan multimedia dalam pembelajaran. Dengan karakteristik tersebut, pembelajaran berbasis digital memberikan banyak manfaat di antaranya menampilkan informasi/ materi belajar dengan cara baru dan menarik yaitu dengan menggunakan perangkat teknologi, meningkatkan kemampuan belajar mandiri, memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk belajar, efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara maupun peserta didik (dalam hal ini biaya transportasi dan akomodasi), juga dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dan lain-lain.

Pada umumnya pola pembelajaran berbasis digital atau yang disebut Riyana (tt) sebagai pembelajaran bermedia menekankan pada peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran ini memberikan keleluasan lebih kepada media untuk secara langsung berinteraksi dengan peserta didik, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan evaluator pembelajaran.

Sebagaimana sistem pembelajaran berbasis digital pada umumnya, pembelajaran berbasis digital di SMK juga dapat dideskripsikan dalam sebuah alur dari input, proses dan output.
  • Input pembelajaran terdiri dari peserta didik (baik siswa maupun mahasiswa) yang menjadi “subyek belajar” (individu yang memiliki kesadaran kritis yang diharapkan mampu membangkitkan kesadaran untuk peduli dan kritis terhadap berbagai macam persoalan yang terjadi lingkungan sosial).
  • Proses. Pelaksanaan new learning di SMK memiliki variasi sesuai dengan setting pembelajaran yang digunakan di antaranya yaitu pembelajaran sinkron (synchronous learning) dan asinkron (asynchronous learning) (Naidu, 2006).
  • Output. Dengan menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna (mata pelajaran sebagai alat bukan tujuan) dengan pemilihan setting pembelajaran yang sesuai, diharapkan SMK dapat menghasilkan output/ lulusan unggul. Lebih detail lagi berkaitan dengan era revolusi industri 4.0 ini, lulusan SMK dapat memenuhi standar keterampilan abad ke-21 sehingga individu dapat survive dan berhasil di masa sekarang maupun masa depan.

Dari jenis-jenis setting (pembelajaran) yang ada pada tahap proses, pembelajaran bisa dilakukan dengan sinkron langsung, sinkron maya, asinkron mandiri dan asinkron kolaboratif (Ramadhan dkk, 2018). Berikut penjelasannya:
  • Sinkron Langsung (SL) adalah pembelajaran yang dilakukan dalam situasi di mana pendidik dan peserta didik dalam lokasi/ ruang dan waktu yang sama atau pembelajaran tatap muka langsung misalnya dalam praktik lapangan, workshop dan sebagainya.
  • Sinkron Maya (SM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara peserta didik dan pendidik berada pada waktu yang sama tetapi tempat berbeda-beda satu sama lain, ini dapat dilakukan melalui teknologi sinkron. Aktivitas dalam setting pembelajaran Sinkron Maya (SM) ini bisa berupa web based seminar (webinar), konferensi audio, konferensi video dan kelas virtual.
  • Asinkron Mandiri (AM) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi belajar mandiri secara daring, aktivitas pembelajaran ini diantaranya adalah membaca, mendengar (audio, audiocast), menonton (video, webcast), mensimulasikan, studi daring, publikasi/ jurnal (wiki, blog, dll) dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan.
  • Asinkron Kolaboratif (AK) adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi kolaboratif yang melibatkan lebih dari satu orang antara peserta didik dengan peserta didik lainnya atau orang lain sebagai narasumber. Aktivitas dalam setting pembelajaran Asinkron Kolaboratif (AK) di antaranya partisipasi dalam diskusi melalui forum diskusi daring, mengerjakan tugas individu/ kelom pok melalui penugasan daring, ublikasi individu atau kelompok (melalui wiki, blog, dll) dan sebagainya.

Selain itu, dalam praktik pembelajaran berbasis digital di pendidikan kejuruan pada sebuah negara, keberhasilan pembelajaran berbasis digital ini tidak terlepas dari enam elemen berikut ini:
  • Infrastruktur meliputi software, hardware dan administrator sistem khusus.
  • Kepemimpinan dan praktik tata kelola meliputi dukungan dari pimpinan sekolah dan penyusunan program secara eksplisit dalam rencana strategis.
  • Kolaborasi dan jaringan meliputi penggunaan platform pembelajaran daring, Wi-Fi dan penyimpanan berbasis cloud.
  • Konten dan kurikulum meliputi mutu guru, hak milik digital & kebijakan keamanan jaringan dan penggunaan repositori open-sources oleh guru.
  • Praktik belajar mengajar meliputi komitmen dalam pembelajaran digital dan penggunaan situs media sosial sebagai sarana komunikasi.
  • Penilaian meliputi assessment yang dilakukan di sistem manajemen pembelajaran melalui penggunaan alat dan fasilitas online.

Lebih lanjut, mengingat mata pelajaran di SMK terdiri dari beberapa kelompok mata pelajaran (kelompok normatif, adaptif dan produktif), sangat disarankan untuk melakukan kombinasi dalam pembelajaran di SMK antara setting pembelajaran sinkron dengan asinkron (blended learning).

Pembelajaran blended (blended learning) merupakan salah satu bentuk e-learning atau pembelajaran berbasis digital (Chaeruman, 2017). Menurut Piskurich (2006) blended learning merupakan kombinasi komponen dari aspek pembelajaran sinkron dan asinkron dengan tujuan tercapainya efektifitas belajar yang maksimum. Sementara Throne (2003) mendefinisikan blended learning sebagai suatu peluang dalam mengintegrasikan kemajuan inovasi dan teknologi yang ditawarkan secara daring dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut blended learning menjadi penting diterapkan di SMK, karena kelemahan dari setting pembelajaran yang satu dapat diatasi dengan kelebihan setting pembelajaran lain, begitu juga sebaliknya.

DIGITALISASI SARPRAS

DALAM Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, sarana dan prasarana adalah bagian standar nasional yang mendukung penyelenggaraan pendidikan.

Di era revolusi industri 4.0 ini, teknologi telah menciptakan lingkungan belajar global terstandar yang menempatkan peserta didik di tengah proses pembelajaran yang dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Sebagaimana pelaksanaan new learning atau e-learning yang menjadi tipe pembelajaran di era digital sangat terkait erat dengan pemanfaatan media digital sebagai sarana pendukung. Oleh karena itu, demi menjaga dan meningkatkan kondusifitas pelaksanaan new learning, Pemerintah RI menginisiasi “digitalisasi sarpras”. Tujuannya adalah untuk mereformasi proses belajar mengajar, bahkan lebih jauh lagi meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tentu tidak terlepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.

1. Sarpras dan Era Digital Di era digital, dunia seolah dalam genggaman, karena memungkinkan setiap orang untuk mengakses informasi dan melakukan semua aktivitasnya hanya dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan jaringan internet. Efek perubahan seperti ini tidak terkecuali terjadi pada dunia pendidikan, terutama dalam masalah pembelajaran yang menjadi core business pendidikan yaitu perubahan dari pembelajaran konvensional kepada pembelajaran jarak jauh berbasis daring (online) atau dalam hal ini disebut dengan new learning.

New learning memungkinkan pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka langsung di kelas, melainkan pendidik dan peserta didik berada dalam waktu dan tempat berbeda (setting pembelajaran asinkron) dan proses interaksi dalam pembelajaran dihubungkan dengan media digital. Hal inilah yang mendorong dilakukannya digitalisasi sarpras.

Digitalisasi sarpras merupakan proses alih media (sarpras pendidikan) dari bentuk fisik menjadi bentuk digital sehingga dapat mendukung proses pembelajaran baru (new learning).

Digitalisasi sarpras dalam kelas maya memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat diakses kapanpun dan di manapun selagi ada jaringan internet misalnya dengan menggunakan platform e-learning atau aplikasi pembelajaran daring.

Selian itu, digitalisasi sarpras juga dapat mendukung akses informasi yang sangat luas dan cepat oleh peserta didik baik melalui media pembelajaran digital dan/atau sumber-sumber belajarnya.

Lebih jauh lagi, digitalisasi sarpras di SMK dapat memfasilitasi kegiatan praktikum peserta didik ruang praktik dan laboratorium virtual. Dari riset teknik ditemukan bahwa laboratorium virtual dapat membantu mengatasi beragai permasalahan di SMK terutama untuk mata pelajaran produktif kejuruan dengan peralatan yang mahal dan berbahaya.

Digitalisasi sarpras ini juga tidak terlepas dari infrastruktur digital semacam perpustakaan digital (e-library). Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang sebagian koleksi maupun keseluruhnya dalam bentuk digital dan dapat diakses secara online. Dengan sifatnya yang demikian perpustakaan digital dapat diakses kapan saja, sehingga memudahkan pengguna dalam mencari sumber belajar dan/ atau referensi.

Begitu pula untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikannya bisa dibuat ruang kerja virtual yang dapat memudahkan kerja jarak jauh, mengelola jadwal kerja dan tetap terhubung dengan tim sehingga pekerjaan dapat terkontrol dengan baik.

2. Urgensi Digitalisasi dalam Sarpras Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelaksanaan new learning di SMK menuntut adanya digitalisasi sarpras sebagai pendukung pelaksanaan pembelajaran, karena sarana dan prasarana pendidikan menjadi komponen integral dari kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil penelitian Miski (2005) mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kondisi sarana dan prasarana terhadap hasil belajar peserta didik. Begitu pula penelitian dari Cuyvers & Weerds (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok dalam tingkat kepuasan antara peserta didik yang bersekolah dengan infrastruktur berkualitas baik dibandingkan dengan sekolah yang memiliki infrastruktur buruk.

Dengan kata lain, integrasi teknologi digital ke dalam sarpras pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Minimnya sarpras yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berdampak pada proses pembelajaran yang monoton dan membuat peserta didik menjadi kalah bersaing di dunia industri nantinya. Dari sinilah terlihat urgensi digitalisasi sarpras di SMK.

Adapun tujuan dan manfaat digitalisasi sarpras di SMK yaitu:
  • Menyiapkan generasi Indonesia berdaya saing di era industri 4.0;
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik;
  • Memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan perkembangan IPTEK;
  • Meningkatkan kompetensi guru guna dukung tujuannya dalam pembelajaran;  Mendukung terlaksananya program-program PSMK dalam menyediakan ruang belajar, kelas industri, teaching factory, dan meningkatkan kompetensi peserta didik.

Sedangkan manfaatnya yaitu menciptakan proses pembelajaran di SMK yang kreatif, interaktif, mandiri, produktif dan berwawasan abad 21 sehingga menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing.

3. Standar Sarpras untuk DUDI Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri dijelaskan bahwa program keahlian di SMK harus disesuaikan dengan kebutuhan industri yang kurikulumnya disusun berbasis kompetensi mengacu pada SKKNI bidang industri, standar nasional/ atau standar khusus. Berdasarkan peraturan menteri tersebut, penyelengaraan SMK harus link and match dengan kebutuhan Dunia Usaha/ Industri.

Untuk bisa mewujudkan link and match tersebut diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai untuk praktek dan latihan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan.

Sebagai gambaran apa saja pembahasan lengkap dari Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK), bisa dilihat dari Daftar Isi, berikut ini:

DAFTAR ISI
BAGIAN 1 | DIGITALISASI PENDIDIKAN
  1. New Learning untuk Revolusi Industri 4.0
  2. Karakteristik New Learning
  3. Pembelajaran SMK berbasis Digital .
BAGIAN 2 | DIGITALISASI SARPRAS .
  1. Sarpras dan Era Digital
  2. Urgensi Digitalisasi dalam Sarpras SMK
  3. Standar Sarpras untuk DUDI
  4. Computational Thinking (CT) dan Pembelajaran STEM
BAGIAN 3 | PANDUAN DESAIN DIGITALISASI SARPRAS
  1. Pilar Revolusi Industri 4.0
  2. Pemanfaatan Virtual Laboratory Untuk Memperkuat Penguasaan
  3. Simulator VR Di Sekolah
  4. Optimalisasi Peralatan TIK Sekolah Dalam Mendukung Pembelajaran Modern
  5. Pengembangan Fasilitas Sekolah Untuk Menyiapkan Digital Talent dan Employability Skills
  6. Sarpras Untuk Meningkatkan Skill Pemikiran Komputasi
BAGIAN 4 | PRAKTIK BAIK DIGITALISASI SARPRAS
SMK Raden Umar Said Kudus
SMK PGRI 2 Ponorogo
 DAFTAR PUSTAKA

    Download Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK)

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Download Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Strategi Digitalisasi Sarpras (Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana SMK). Semoga bisa bermanfaat.

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel