Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia (PDF)

Berikut ini adalah berkas Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia. Download file format PDF.

Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia PDF

Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia, mudah-mudahan bisa menjawab pencarian Anda terkait dengan metode penelitian kualitatif contoh, metode penelitian kualitatif pdf, bab 3 metode penelitian kualitatif, buku metode penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif sugiyono, metode penelitian kualitatif menurut para ahli, macam metode penelitian kualitatif, metode penelitian deskriptif kualitatif, dan lain-lain.

Kurun waktu dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan semakin maju dengan pesatnya. Kemajuan itu, selaras dengan dinamika kehidupan dan perkembangan budaya masyarakat yang semakin modern dan syarat dengan berbagai permasalahannya. Dalam konteks ini, penelitian sebagai salah satu sumber pengetahuan ilmiah memiliki kedudukan dan fungsi yang amat penting. Khususnya untuk menghasilkan teori-teori untuk menjawab berbagai permasalahan dan memberikan klarifikasi, serta prediksi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan.

Metode penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang dewasa ini semakin berkembang dan banyak diimplementasikan dalam berbagai bidang keilmuan, terutama dalam bidang-bidang ilmu sosial humaniora, budaya, psikologi, komunikasi, dan pendidikan. Dalam penerapannya, peneliti kualitatif perlu memahami prosedur pelaksanaannya, dan memahami fungsi penelitian kualitatif tersebut sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, diharapkan buku ini dapat menjadi panduan bagi para peneliti untuk dapat melaksanakan penelitiannya dengan prosedur yang benar, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Manfaat buku ini antara lain adalah: (1) sebagai dasar pemahaman terhadap metode penelitian kualitatif; (2) sebagai dasar pemahaman terhadap penerapan metode penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan bahasa; (3) sebagai dasar pemahaman tentang kontribusi penelitian kualitatif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan mutu pendidikan.

Sejalan dengan urgenitas-nya, pada dasarnya buku ini memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui penelitian kualitatif dapat dilahirkan teori-teori baru sebagai sumbangan pemikiran untuk menjawab berbagai permasalahan kehidupan di era modern yang semakin kompleks.

Mengingat pentingnya pemahaman terhadap metode penelitian kualitatif ini bagi masyarakat ilmiah, maka disarankan selain memahami materi yang disajikan dalam buku ini, pembaca buku ini sebaiknya juga mengembangkan wawasannya melalui berbagai buku rujukan atau referensi yang ditunjukkan dalam daftar pustaka, atau melalui sumber-sumber lain yang berkualitas, baik berupa buku, artikel dalam jurnal, makalah dalam seminar, dan sebagainya.

Konsep Dasar Penelitian Kualitatif

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ciri yang menandainya adalah kemampuannya untuk berpikir. Dari proses berpikir itulah maka manusia ingin mengetahui segala yang ada dan terjadi pada dirinya dan sekitarnya. Boleh dikatakan bahwa rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang baru merupakan sifat yang paling hakiki bagi manusia. Akal pikiran yang mendorong rasa ingin tahu itu merupakan anugerah tertinggi dari Tuhan yang Maha Pencipta kepada manusia sebagai makhluk ciptaannya. Pada akhirnya, melalui akal pikirannya itu manusia dapat menciptakan dan memperoleh pengetahuan.

Pada awalnya, manusia memperoleh pengetahuan melalui sumber pemberitahuan dan pengalaman. Selanjutnya, dengan didasari rasa ingin tahu yang tinggi, maka manusia dapat mengembangkan pengetahuannya dengan cara-cara yang lain. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi penentu arah bagi pengembangan pengetahuan selanjutnya. Menurut Bungin (2011:2), bahwa sebagai produk berpikir, rasa ingin tahu manusia tidak kunjung berhenti. Setelah terpenuhi kebutuhan ingin tahunya, selalu timbul kebutuhan ingin tahu yang lainnya. Hal itulah yang akhirnya mendorong manusia terus berpikir untuk menjawab rasa ingin tahunya. Akhirnya muncullah berbagai ilmu pengetahuan, sebagai hasil dalam menjawab rasa ingin tahu tersebut.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah seharusnya memahami hakikat ilmu yang sebenarnya, bahwa pengetahuan itu tidak bertepi. Sebagai manusia yang harus mengabdi kepada penciptanya, hendaknya menyadari bahwa kebenaran itu tidak hanya dapat diperoleh melalui ilmu pengetahuan. Masih banyak sumber pengetahuan lain, yang memiliki andil dalam kebenaran, antara lain, agama, filsafat, seni, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam memburu jawaban dari rasa ingin tahunya, manusia perlu membatasi diri, dengan mengingat bahwa masih banyak sumber kebenaran selain ilmu pengetahuan. Dengan kesadaran demikian, maka manusia tidak mudah tersesat dalam mencari kebenaran.

Manusia memiliki banyak cara dalam memperoleh suatu pengetahuan untuk mendapatkan jawaban dari semua masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Berbagai alternatif cara yang dapat ditempuh dalam memperoleh suatu pengetahuan itu, antara lain adalah melalui sumber-sumber sebagai berikut.
(1) coba-coba (trial and error); 
(2) kekuasaan atau otoritas;
(3) pengalaman pribadi;
(4) jalan pikiran atau akal sehat; 
(5) wahyu dari Tuhan;
(6) intuisi atau kata hati; 
(7) penelitian ilmiah.

Berbagai cara untuk menemukan pengetahuan itu (kecuali penelitian ilmiah), semuanya akan menghasilkan pengetahuan yang mengandung kebenaran, namun tentunya kebenaran itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, karena cara memperolehnya tidak melalui langkah-langkah seperti dalam penelitian ilmiah.

Melalui penelitian ilmiah akan diperoleh kebenaran yang bersifat ilmiah, karena pada prinsipnya Penelitian ilmiah itu merupakan suatu upaya yang dilakukan peneliti untuk mencari jawaban secara ilmiah dari suatu masalah melalui metode, prosedur atau langkah yang sistematis.

Prosedur atau langkah yang sistematis dalam penelitian ilmiah tersebut, meliputi tahapan berikut.
(1) pengumpulan data; 
(2) pengolahan data; 
(3) penyajian data;
(4) analisis data.

Dengan memperhatikan berbagai tahapan dalam penelitian ilmiah itu, dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan suatu usaha sistematis yang dilakukan peneliti untuk tujuan meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan dan diuji oleh peneliti lain pada waktu yang lebih kemudian. Lebih lanjut, dapat pula disampaikan bahwa ciri-ciri penelitian ilmiah itu antara lain adalah sebagai berikut.
(1) Pengkajian masalah secara sistematis dan cermat. 
(2) Pengumpulan data secara objektif.
(3) Pemecahan masalah dengan mengolah dan menganalisis data.
(4) Temuan penelitian dikemukakan secara logis dan sistematis.
(5) Mempunyai tujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran ilmu pengetahuan.

Penelitian sebagai sistem pengetahuan memainkan peran penting dalam pembangunan ilmu pengetahuan. Bungin (2011:6) menjelaskan, bahwa penelitian menempatkan posisi yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan, yaitu untuk mengembangkan dan melindunginya dari kepunahan. Dalam posisi fungsi ini, penelitian memiliki kemampuan untuk mengupgrade ilmu pengetahuan sehingga tetap up-to-date, canggih, aplicated, dan aksiologis bagi masyarakat.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan itu terus berkembang, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Selama manusia itu hidup dan berkembang di muka bumi ini, maka beragam fenomena baru akan terjadi.

Untuk memahami berbagai fenomena baru tersebut diperlukan ilmu pengetahuan baru yang dilahirkan melalui penelitian dengan menggunakan metodologi yang tepat. Dalam posisi yang demikian itulah metode penelitian kualitatif sangat dibutuhkan dalam rangka perkembangan ilmu pengetahuan.
Menurut Basrowi & Suwandi, (2008:2), melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang dialami subjek dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat dalam konteks, dengan situasi dan setting fenomena alami sesuai yang sedang diteliti. Setiap fenomena merupakan sesuatu yang unik, yang berbeda dengan lainnya karena berbeda konteksnya.

Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi.

Dalam beberapa bidang, sesungguhnya sifat masalah yang diteliti lebih tepat apabila dikaji dengan pendekatan atau metode kualitatif. Seperti misalnya ketika ingin mengungkapkan bagai- mana pengalaman orang yang merasakan sakit, ketergantungan obat, depresi, peningkatan semangat belajar, tumbuhnya minat, sikap positif, dan motivasi terhadap suatu objek, dan sebagainya. Dalam kasus semacam itu, metode kualitatif dapat mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang tidak diketahui sebelumnya. Metode kualitatif ini juga dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit ditangkap dan diungkapkan melalui metode kuantitatif.

Penelitian kualitatif atau qualitative research merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya. Menurut Strauss dan Corbin (2007:1), penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor (1992:21), bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif ini dimungkinkan untuk diperoleh pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif.

B. Perkembangan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Pada masa pra-positivisme, sekitar abad ke 17 mula-mula orang masih berpandangan bahwa apa saja yang terjadi itu bersifat alamiah. Dalam pandangan semacam ini, peneliti bersifat pasif, hanya mengamati secara pasif apa yang terjadi dan tidak dengan sengaja melakukan percobaan dengan melakukan manipulasi terhadap lingkungan.

Dalam perkembangannya, terdapat perubahan pandangan yaitu pada masa positivisme sekitar abad ke 18. Pada masa ini berkembang anggapan bahwa peneliti dapat mengadakan perubahan dengan sengaja terhadap lingkungan sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen. Dari perubahan pandangan ini muncullah metode ilmiah (scientific method)yang selanjutnya ditemukan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip umum tentang dunia kenyataannya, baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial.

Menurut Basrowi &Suwandi (2008:2). dalam paradigma positivisme, realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang bersifat tunggal, statis, dan konkrit. Syamsudin dan Damaianti (2009:129) menyampaikan bahwa dalam pandangan positivisme, realitas tersebut dapat dipecah menjadi bagian-bagian, dan hukum yang berlaku pada setiap bagian juga berlaku bagi keseluruhan. Pengalaman bersifat objektif dan dapat diukur, realitasnya hanya satu yang mempunyai hukum dan ciri-ciri tertentu yang dapat diselidiki.

Pandangan positivisme ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif agar dapat diberi hubungan di antara berbagai variabel.
(2) Mencari hukum universal yang dapat meliputi semua kasus, walaupun dengan pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampling untuk generalisasi.
(3) Netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala- gejala yang dapat diamati dan diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Pandangan positivisme ini dalam bidang penelitian dikenal sebagai pandangan kuantitatif.

Menurut Kartodirdjo (dalam Syamsudin dan Damaianti, 2009:129), pada sekitar tahun 1950 an, beberapa pakar mulai meragukan pendekatan positivisme dalam ilmu sosial. Muncul pendapat bahwa data statistik hanya dapat mendeskripsikan fenomena yang telah diakui. Akan tetapi statistik tidak dapat membuat prediksi fenomena baru, atau fenomena yang sedang berubah. Selain itu, muncul pandangan bahwa pengalaman itu begitu kompleks, sehingga tidak dapat diikat hanya oleh satu teori tertentu. Pada dasarnya teori itu harus bersifat open ended, dan non dogmatic.

Gerakan yang mengkritik pendekatan positivisme ini disebut dengan post-positisme. Dalam pandangan ini penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar atau dalam latar alami (natural setting), maka modelnya disebut dengan metode naturaistic. Karena pengumpulan datanya bersifat kualitatif maka penelitiannya sering juga disebut dengan pendekatan kualitatif (qualitative design), yang pada hakikatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, dan memahami dunia sekitarnya.

Metode penelitian kualitatif ini muncul pada masa post-positisme, yang ditandai dengan adanya perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas atau fenomena. Kualitatif merupakan sebuah pendekatan yang didasari oleh filsafat fenomenologis dan humanistis. Pendekatan kualitatif ini berseberangan dengan tradisi pemikiran positivisme dalam pendekatan kuantitatif. Menurut sejarah, penelitian dengan pendekatan kualitatif lahir untuk memenuhi kebutuhan dalam menjawab rasa ingin tahu manusia yang terus ada, meskipun pada awalnya penelitian dengan pendekatan kualitatif ini, selalu dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif.

Semula penelitian kuantitatif lebih populer untuk kegiatan penelitian pada semua bidang ilmu. Sementara itu, penelitian kualitatif dipandang sebagai suatu kegiatan penelitian yang tidak bisa dipercaya dan bahkan tidak ilmiah. Namun dengan terbuktinya kekuatan pada masing-masing, pertentangan orang tentang kedua jenis metodologi penelitian dengan pendekatan yang berbeda tersebut mulai mereda. Dewasa ini, metodologi penelitian kualitatif telah menduduki posisi yang sepadan dengan metodologi penelitian kuantitatif. Pendekatan kualitatif telah diakui oleh para pakar sebagai alternatif metodologi yang layak untuk digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Bahkan kini kedua jenis metodologi penelitian itu dapat digunakan untuk saling membantu dalam memperkuat hasil dari suatu penelitian.

Dalam perkembangannya, banyak istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk penelitian dengan pendekatan kualitatif ini, antara lain: penelitian naturalistik, pascapositivistik, etnografik, fenomenologis, subjektif, studi kasus, humanistik, dan sebagainya. Menurut Lincoin & Guba (dalam Sutopo, 2006:1), istilah-istilah itu muncul atas dasar pandangan yang berbeda mengenai perspektif dan sifat yang paling penting, yang kemudian menjadikan dasar untuk memilih istilah khusus guna membedakan azas tertentu dari azas yang lainnya.

Pada umumnya, istilah penelitian naturalistik digunakan dalam bidang sosiologi, etnografi digunakan untuk penelitian bidang antropologi, sementara itu, studi kasus digunakan dalam penelitian bidang psikologi, dan kritik seni digunakan untuk penelitian bidang humaniora.

Bogdan dan Taylor (1975:5), mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh), tidak mengisolasi individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Sejalan dengan pendapat itu, Kirk dan Miller (dalam Moeleong, 1990:3), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.

Istilah kualitatif menurut Kirk dan Miller (dalam Moeleong,1990:2) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang bertentangan dengan pengamatan kuantitatif. Kuantitatif menunjuk pada jumlah, atau angka dan penghitungan, sedangkan kualitatif menunjuk pada segi alamiah, kualitas, dan tidak mengadakan penghitungan. Menurut Denzin dan Lincoln (2009:16) kata kualitatif mengisyaratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya.

Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, serta hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti dan tekanan situasi yang membentuk penelitian. Peneliti kualitatif mementingkan sifat penelitian yang syarat dengan nilai-nilai. Peneliti kualitatif mencari jawaban atas pertanyaan yang menyoroti tentang cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya. Sebaliknya, penelitian kuantitatif menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab akibat antara bermacam-macam variabel, bukan mementingkan prosesnya. Penelitian dipandang berada dalam kerangka yang bebas nilai.

Menurut Strauss dan Corbin (2007:1), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Meskipun datanya dapat dihitung dan disampaikan dalam angka-angka sebagaimana dalam sensus, analisis datanya bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merujuk pada analisis data non-matematis. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh melalui data-data yang dikumpulkan dengan beragam sarana, antara lain wawancara, pengamatan, dokumen atau arsip, dan tes.

Dalam tradisi kualitatif, proses penelitiannya tidak sesederhana penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, sebelum hasil penelitian dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, perlu melampaui tahapan proses berpikir kritis-ilmiah, yaitu proses berpikir secara induktif untuk menangkap fakta dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lapangan melalui pengamatan. Hasil pengamatan itu merupakan temuan yang perlu dianalisis, untuk selanjutnya menjadi dasar dalam melakukan teorisasi.

Terdapat beberapa alasan mengapa orang melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Salah satunya karena ada kemantapan peneliti berdasarkan pengalamannya. Menurut Strauss dan Corbin (2007:5), beberapa peneliti yang berlatar belakang bidang pengetahuan antropologi, atau yang terkait dengan filsafat seperti fenomenologi, pada umumnya disarankan untuk menggunakan pendekatan kualitatif guna mengumpulkan dan menganalisis datanya.

Alasan yang lainnya adalah karakteristis dari sifat masalah yang diteliti. Dalam beberapa bidang studi, sesungguhnya lebih tepat apabila diteliti dengan pendekatan atau metode kualitatif. Seperti misalnya ingin mengungkapkan bagaimana pengalaman dari orang yang merasakan sakit, berganti agama, ketergantungan obat, peningkatan semangat belajar, tumbuhnya motivasi, dan sebagainya. Dalam kasus semacam itu, metode kualitatif dapat mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang belum diketahui. Metode ini juga dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit ditangkap dan diungkapkan melalui metode kuantitatif.

C. Penyusunan Teori dalam Penelitian Kualitatif

1. Batasan Teori

Semua kajian ilmiah pasti membutuhkan teori sebagai landasan pijakan dalam kerangka berpikir dan pengembangan metode penelitiannya. Oleh sebab itu, posisi teori dalam kajian ilmiah adalah sebuah keniscayaan.

Menurut Wiersma (dalam Basrowi & Suwandi, 2008:37), yang dimaksud dengan teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Sementara itu, menurut Snelbecker (dalam Moleong, 2006:57) yang dimaksud dengan teori adalah perangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan lainnya melalui data atas dasar yang bisa diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.

Selanjutnya disampaikan bahwa, teori memiliki 4 fungsi, yaitu: (1) mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian; (2) menjadi pendorong untuk penyusunan hipotesis, dan membimbing peneliti memperoleh jawaban; (3) membuat ramalan atas dasar penemuan; dan (4) menyajikan penjelasan- penjelasan.

Dari seluruh uraian tentang teori di atas, dapat disampaikan batasan pengertiannya bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis yang mentatakan hubungan antara dua konsep atau lebih yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena yang ada dan terjadi secara sistematis.

2. Kepekaan Teoretik Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, sangat diperlukan adanya kepekaan teoretik peneliti. Kepekaan teoretik mengacu pada kualitas keilmuan bagi pribadi peneliti. Kualitas yang dimaksud adalah adanya kesadaran akan peliknya makna data dan fungsinya bagi penelitian kualitatif. Semua orang dapat melakukan penelitian, namun tingkat kepekaan teoretiknya relatif berbeda, antara peneliti yang satu dengan yang lainnya bergantung pada latar belakang keluasan wawasan pengetahuan dan pengalamannya masing-masing. Pada umumnya, kepekaan teoretik peneliti dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya dalam penelitian, baik berkaitan ataupun tidak dengan suatu bidang tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, kepekaan teoretik dapat dikembangkan melalui berbagai pengalaman yang dilalui oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung.

Kepekaan teoretik berkaitan dengan kemampuan peneliti dalam memberikan makna bagi data, dan memahami, serta memisahkan data-data yang berhubungan dari data-data yang tidak berhubungan, atau pun yang kurang terpercaya dan yang terpercaya serta ajeg (valid dan reliabel). Dengan latar belakang kepekaan teoretiknya yang terlatih, peneliti dapat melakukan penelitiannya dengan lebih cepat dan cermat, bila dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengalaman.

Kepekaan teoretik bisa diperoleh dari sejumlah sumber. Di antaranya ialah pengalaman profesi, pengalaman pribadi, proses analisis, dan literatur. Dengan pengalaman profesi selama beberapa tahun berkiprah di lapangan, peneliti dapat memperoleh pemahaman tentang bagaimana suatu fenomena terjadi, dan mengapa serta apa yang akan terjadi di dalamnya pada kondisi tertentu. Pengetahuan itu, sekalipun tersirat, dapat digunakan dalam situasi penelitian. Pengalaman profesi dapat memperlancar peneliti dalam memahami peristiwa dan tindakan yang terlihat dan terdengar, serta menelitinya secara lebih cepat. Sebagai contoh, seorang guru atau dosen mengkaji bagaimana mengajar di kelas, akan memiliki wawasan yang lebih luas daripada siapa pun yang melakukan penelitian di sekolah atau di kampus. Semakin banyak pengalaman profesi, semakin banyak pula landasan pengetahuan dan wawasan yang tersedia untuk melakukan penelitian. Di sisi lain, perlu diwaspadai bahwa jenis pengalaman profesi ini juga dapat menghambat peneliti dalam melihat sesuatu yang telah menjadi rutinitas atau yang telah dipandang jelas, karena seringnya dihadapi dalam pengalamannya sehari-hari sesuai profesi yang digeluti.

Pengalaman pribadi juga merupakan sumber lain dari kepekaan teoretik. Sebagai contoh, pengalaman tentang gagalnya seorang pendidik dalam membina peserta didiknya yang bermasalah, sehingga menyebabkan peserta didiknya tersebut tidak lulus ujian. Pengalaman semacam itu dapat membuat pendidik menjadi peka terhadap kegagalan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Dengan menggunakan pengalaman tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas untuk membina peserta didiknya yang bermasalah itulah, maka seorang pendidik dapat menghasilkan konsep-konsep tentang kegagalan. Namun, sebaiknya peneliti berhati-hati untuk tidak berasumsi bahwa pengalaman orang lain tidak berbeda, atau bahkan sama dengan pengalaman yang dirasakan peneliti.

Toleransi terhadap perbedaan tanggapan pada masing-masing pribadi tentang suatu peristiwa yang dialami itu dapat bermanfaat bagi variasi analisis yang dilakukan dalam penelitian.

Proses analisis juga memberikan sumber tambahan bagi kepekaan teoretik. Wawasan dan pahaman tentang fenomena akan meningkat ketika peneliti berinteraksi dengan data. Wawasan dan pahaman ini bisa didapatkan dari pengumpulan dan pengajuan pertanyaan tentang data, pembandingan, pemikiran tentang apa yang terlihat, penentuan hipotesis, dan penyusunan kerangka kecil teoretik tentang konsep-konsep beserta keterkaitannya. Pada saatnya, peneliti dapat menggunakan proses analisis ini untuk memeriksa kembali data- datanya, dengan melakukan peninjauan kembali pada data yang telah terkumpul dengan lebih cermat, guna memberikan makna bagi kata-kata yang tampaknya belum bermakna, dan berusaha untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi pada subjek yang diteliti.

Banyak teknik analisis yang bersifat kreatif dan imajinatif yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengembangkan kepekaan teoretik, namun perlu dilakukan penyeimbangan antara kreativitas peneliti dengan realitasnya, dengan melakukan langkah berikut.
(1) Menanyakan, apakah yang sebenarnya terjadi.
(2) Mempertahankan sikap penuh pertimbangan terhadap kategori atau hipotesis penelitian, dan mengabsahkannya dengan data.
(3) Mengikuti prosedur pengumpulan dan analisis data yang benar.
(4) Memperhatikan bahwa teori yang baik dihasilkan melalui hubungan timbal balik antara kreativitas dan keterampilan.

Menurut Strauss & Corbin (2007:39), literatur merupakan sumber kepekaan teoretik yang penting bagi peneliti. Literatur ini meliputi semua bacaan tentang teori, penelitian, yang berupa berbagai macam jenis dokumen, seperti buku biografi, koran, majalah, jurnal, dan sebagainya. Dengan mengenali beberapa media cetak tersebut, peneliti akan memiliki banyak informasi tentang latar belakang yang menjadikannya peka terhadap fenomena yang diteliti.
Literatur memiliki peranan penting dalam penelitian kualitatif. Literatur yang dimaksud meliputi literatur teknis dan non teknis. Literatur teknis antara lain, laporan tentang kajian
13
penelitian, karya tulis profesional atau makalah. Kesemuanya dapat dipakai sebagai bahan pembanding ataupun rujukan bagi analisis data-data yang dikumpulkan dalam penelitian. Adapun literatur nonteknis antara lain biografi, buku harian, dokumen, naskah, catatan, katalog, dan materi lainnya yang dapat digunakan sebagai data utama atau pendukung dalam penggalian data di lapangan.
Bagi peneliti kuantitatif, literatur memiliki kegunaan yang sangat istimewa, antara lain sebagai berikut.
(1) Memungkinkan untuk mengidentifikasi penelitian terdahulu, dan mengungkap adanya kesenjangan pemahaman;
(2) Menawarkan kerangka teoretik dan konseptual yang bisa digunakan untuk memandu proyek penelitian kuantitatif serta untuk memahami temuan-temuannya;
(3) Membantu peneliti menggambarkan variabel-variabel penting dan menunjukkan keterkaitannya;
(4) Membantu peneliti dalam menguji hubungan antar variabel, atau menentukan pengelompokan variabel tersebut.
(5) Mengetahui variabel yang akan digunakan, dan bagaimana menginterpretasikan temuan melalui pengujian yang baku dengan menerapkan rumus-rumus statistik.


Sementara itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti bertujuan untuk menemukan kategori-kategori dan hubungan yang relevan antar kategori, bukan menguji hubungan antar variabel. Oleh sebab itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti berkepentingan untuk menyusun kategori dengan cara-cara baru, ketimbang cara-cara baku. Jika peneliti memulainya dengan sederet variabel (kategori) yang teridentifikasi, peneliti dapat memasuki tahap penemuan dengan menggunakan berbagai literatur bukan sebagai dasar interpretasi temuannya, namun sebagai bahan pertimbangan atau rujukan dalam analisisnya.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan terjadinya suatu fenomena atas dasar kerangka teoretik yang tersusun selama penelitian berlangsung. Dengan demikian peneliti tidak perlu terhambat oleh keharusan untuk mengikuti teori yang terdapat dalam berbagai literatur yang telah dibangun sebelumnya. Sebab mungkin saja teori yang ada tidak sesuai dengan kenyataan yang ditemukannya di lapangan.

Mengingat penemuan teori merupakan tujuan dalam penelitian kualitatif, maka peneliti kualitatif sesungguhnya belum memiliki pengetahuan tentang semua kategori yang relevan dengan landasan teori yang di susun. Setelah muncul kategori yang saling berkaitan, maka peneliti perlu kembali melihat literatur teknis untuk menentukan apakah sesungguhnya yang telah dikatakan oleh peneliti lain tentang kategori tersebut. Kegunaan lain dari literatur antara lain, dapat merangsang kepekaan peneliti dalam memahami konsep dan hubungan yang teruji pada data. Berdasarkan literatur, peneliti dapat mengetahui sesuai tidaknya konsep dengan situasi yang sedang diteliti.

Melalui literatur, peneliti menjadi lebih peka terhadap apa yang harus di cari dalam data yang terkumpul dalam penelitian, sehingga mampu menemukan pertanyaan yang akan diajukan kepada responden atau narasumber dalam proses penggalian data di lapangan. Literatur juga bermanfaat sebagai sumber data sekunder, dan sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan yang diajukan kepada responden, untuk pedoman dalam melakukan pengamatan pada awal penelitian.

Daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan literatur dapat meyakinkan subjek yang diteliti kaitannya dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Ketika terdapat perbedaan antara data yang ditemukan dengan literatur yang dipersiapkan dalam penelitian, maka peneliti dapat meninjau kembali data tersebut atau kembali ke lapangan dengan mencari jawaban pertanyaan berikut. Mengapa terjadi perbedaan? Apakah ada hal penting yang terlewatkan dalam penggalian data di lapangan? Apakah kondisi kenyataannya berbeda? Bagaimana perbedaan tersebut terjadi?
Pada umumnya literatur bermanfaat dalam mengarahkan peneliti untuk mengungkap fenomena yang penting bagi pengembangan teori. Literatur dapat mengantarkan peneliti pada situasi yang tidak terduga, serupa ataupun yang berbeda dengan situasi yang sedang diteliti. Hal ini memungkinkan peneliti untukdapat merumuskan variasi-variasi temuanya dalam penelitian.Bila telah selesai dalam menyusun teori dan sedang menuliskan temuannya, peneliti dapat menempatkan literatur sebagai alat untuk untuk mengabsahkan ketepatan temuan penelitiannya. Selain itu, melalui literatur, dapat dijelaskan bagaimana dan mengapa teori yang disusun berdasarkan hasil penelitian berbeda dengan teori yang ada sebelumnya. Dalam konteks ini, peneliti harus menunjukkan syarat yang digunakan secara khusus dalam situasi yang diteliti beserta pengaruhnya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dan menjadi fokus kajiannya. Namun sesungguhnya peneliti kualitatif tidak perlu terus-menerus merujuk pada literatur dalam mendapatkan keabsahan atas segala sesuatu yang diketahuinya melalui penelitian.
Termasuk dalam literatur non-teknis adalah surat, biografi, catatan harian, laporan, kaset video, surat kabar, dan sebagainya. Semua literatur non teknis ini tidak selalu digunakan sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif, tetapi memiliki peranan penting dalam penelitian grounded theory. Literatur non teknis dapat dipakai sebagai data primer, terutama dalam penelitian sejarah atau biografi. Pada sebagian besar penelitian, literatur ini juga merupakan sumber data penting yang melengkapi pewawancaraan dan pengamatan.

Literatur non-teknis juga dapat digunakan untuk tujuan yang sama dengan literatur teknis, namun karena sulit untuk membukti-kan dan menentukan ketelitian suatu dokumen, biografi, dan semacamnya, maka perlu dilakukan pencocokan dengan sumber data lainnya bila memungkinkan. Misalnya mencocokkan hasil wawancara dengan observasi, atau hasil analisis dokumen dengan wawancara, dan sebagainya.

3. Mapping Teori

Agar seorang peneliti memiliki wawasan yang cukup tentang penerapan teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitiannya, maka sebelum menulis karya ilmiahnya, perlu melakukan mapping terlebih dahulu teori ataupun literatur relevan yang berkualitas. Hal itu dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh pengalaman dari orang lain dalam membahas suatu masalah dengan alternatif pemecahannya secara ilmiah yang memadai. Menurut Bungin (2011:64), mapping teori dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a. Membaca penelitian yang terdahulu
Melalui penelitian lain yang terdahulu, peneliti dapat mengetahui bagaimana masalah dalam penelitiannya pernah dibahas oleh orang lain sebelumnya,dalam waktu dan tempat yang berbeda, dan mengetahui apa yang pernah dilakukan orang lain dalam menjawab masalah, seperti yang akan dikaji dalam penelitiannya. Apakah perlu komparasi, kritik, atau dirujuk. Mapping terhadap penelitian terdahulu ini penting dilakukan dalam rangka memahami posisi penelitian di antara penelitian lain pada umumnya. Selain itu, juga dapat menunjukkan orisinalitas penelitian yang dilakukan.
b. Membaca Teori yang Relevan
Teori-teori yang relevan dengan topik atau masalah penelitian yang dilakukan perlu dicari dan dipahami, untuk kepentingan mengungkapkan berbagai hal yang belum terjangkau oleh pengetahuan peneliti. Teori yang relevan dengan penelitian penting fungsinya bagi peneliti kualitatif, bukan sebagai landasan dalam menyusun hipotesis yang akan dibuktikan di lapangan, tetapi teori-teori tersebut dimaksudkan sebagai landasan bagi pemahaman konsep yang menjadi acuan bagi pelaksanaan penelitian.
c. Memperhatikan Pendapat Pakar dalam Bidangnya Pada saat peneliti membahas suatu masalah yang bersifat eksploratif, atau yang jarang dibahas oleh orang lain, maka sangat mungkin bila peneliti akan mengalami kesulitan dalam menemukan penelitian lain dan teori yang relevan sebagai rujukan dalam mapping teorinya. Dalam kondisi itu, pendapat ilmuwan yang berkompeten sesuai bidang kepakarannya, merupakan sumber penting yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pemahaman kasus yang sedang dikaji.

4. Penyusunan Teori

Terdapat dua macam teori dalam penelitian kualitatif, yaitu teori subtantif dan teori formal. Teori subtantif merupakan teori yang dikembangkan untuk keperluan subtantif atau empirisme dalam inquiry suatu ilmu pengetahuan. Sementara itu, teori formal merupakan teori yang disusun secara konseptual dalam bidang inquiry suatu ilmu pengetahuan.

Kedua jenis teori ini sesungguhnya berbeda dalam hal derajat keumumannya, namun penerapannya sering bergantian. Yang membedakan, bahwa teori substantif diperoleh melalui perbandingan antarkelompok, sedangkan teori formal diperoleh melalui perbandingan berbagai teori substantif. Ditinjau dari kedudukannya, teori substantif memiliki fungsi untuk membantu terbentuknya teori formal, yaitu sebagai penghubung strategis dalam memformulasikan dan menyusun teori formal atas dasar data-data empiris penelitian.

Mengingat bahwa penelitian kualitatif itu bertujuan untuk membangun teori berdasar fakta empiris di lapangan atau dalam konteks sosial, maka fungsi teori dalam penelitian kualitatif bukanlah untuk menguji hipotesis, tetapi sebagai bekal untuk memahami konteks secara luas dan mendalam sehingga dapat mengungkapkan makna yang sesungguhnya sesuai apa yang terjadi, dirasakan, atau dipikirkan oleh narasumber dalam penelitian.

D. Generalisasi Teori dalam Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menangkap dan
memahami makna dari suatu konteks dalam kondisi apa adanya (natural setting). Oleh karena itu, metode yang digunakan harus mendukung peneliti dalam menemukan data yang sebenarnya, dibalik yang terlihat di depan mata, untuk ditangkap maknanya. Untuk itulah penelitian ini tidak mengutamakan generalisasi, namun mengutamakan makna.

Menurut Basrowi & Suwandi (2008:41), generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain ketika memiliki karakteristik yang sama atau tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian kualitatif itu dilakukan.

Selanjutnya, disampaikan pula bahwa sesungguhnya tujuan ilmu pengetahuan itu adalah untuk meramalkan dan mengontrol. Peramalan dan kontrol tersebut tidak dapat dicapai tanpa landasan yang kuat. Landasan itu oleh Moleong (2006:75) dinamakan dengan generalisasi monologis, yaitu generalisasi yang memiliki ciri harus benar-benar universal, tidak terbatas pada waktu, tempat, dan harus merumuskan apa yang senantiasa menjadi kasus-kasus. Generalisasi harus mempertahankan nilai- nilai yang bebas konteks, dan nilai-nilai tersebut terletak pada kemampuan mengatur usaha dalam meramalkan dan mengontrol fenomena-fenomena.

Atas dasar berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan generalisasi teori sebagai tujuan dalam ilmu pengetahuan itu sesungguhnya memiliki kelemahan-kelemahan yang sangat mendasar, sehingga perlu untuk ditinjau kembali.

Sebagai gambaran untuk pembahasan selanjutnya, biasa Anda lihat pada Daftar Isi dari buku ini yaitu:

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
B. Perkembangan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
C. Penyusunan Teori dalam Penelitian Kualitatif
  1. Batasan Teori
  2. Kepekaan Teoretik Peneliti
  3. Mapping Teori
  4. Penyusunan Teori
D. Generalisasi Teori dalam Penelitian Kualitatif

BAB II PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
A. Pembagian Jenis Penelitian dari Berbagai Sudut Pandang
B. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
C. Penelitian Pendidikan Bahasa
  1. Sifat Penelitian Pendidikan Bahasa
  2. Tujuan Penelitian Pendidikan Bahasa
  3. Manfaat Penelitian Pendidikan Bahasa
D. Penelitian Dasar dan Terapan
  1. Penelitian Evaluasi
  2. Penelitian Kebijakan (Polecy Research)
  3. Penelitian Tindakan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
B. Model Penelitian Kualitatif
C. Strategi Penelitian Kualitatif
  1. Penelitian Lapangan
  2. Interaksionalisme-Simbolik
  3. Penemuan Naturalistik
  4. Grounded Theory
D. Perbedaan Rancangan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
  1. Masalah, Evaluan, dan Kebijakan
  2. Perspektif Teori
  3. Sampling
  4. Instrument
  5. Prosedur analisis data
  6. Jadwal
  7. Pelaku penelitian
  8. Biaya
  9. Hasil Akhir
E. Merancang Penelitian Kualitatif
  1. Penentuan Subjek Penelitian
  2. Penentuan Teknik Pengumpulan Data

BAB IV PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
B. Menemukan Masalah
C. Sumber Masalah
  1. Saran Pembimbing, Peneliti Senior, dan Pemberi Dana
  2. Literatur
  3. Pengalaman Pribadi dan Profesi
  4. Penemuan Kebetulan
  5. Pengamatan terhadap Lingkungan
D. Prinsip Penyusunan Masalah
  1. Kaitannya dengan Teori Dasar
  2. Maksud Perumusan Masalah
  3. Hubungan Faktor-Faktor
  4. Fokus Kajian
  5. Latar Belakang Masalah
  6. Hasil Kajian Kepustakaan
  7. Penggunaan Bahasa
E. Model Rumusan Masalah
F. Perumusan Masalah
  1. Identifikasi Masalah
  2. Pembatasan Masalah
  3. Rumusan Masalah

BAB V KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
B. Penelitian Ilmiah dengan Metode Kualitatif
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif
  1. Studi Kasus
  2. Kasus Terpancang dan Tidak Terpancang
  3. Kasus Tunggal dan Ganda
  4. Permasalahan Masa Kini
  5. Latar Alami (Natural Setting)
  6. Holistik
  7. Deskriptif
  8. Analisis Induktif
  9. Desain Lentur dan Terbuka
  10. Peneliti sebagai Alat Utama
  11. Mencari Makna dari Fenomena
  12. Model Laporan Studi Kasus
  13. Internal Sampling
  14. Purposive Sampling
  15. Snowball Sampling
  16. Cuplikan Waktu

BAB VI DATA, SUMBER DATA, DAN KREDIBILITAS DATA
A. Pendahuluan
B. Data
C. Sumber Data
  1. Dokumen
  2. Narasumber (Informant)
  3. Peristiwa atau Aktivitas
  4. Tempat atau Lokasi
  5. Benda, Gambar dan Rekaman
D. Kredibilitas Data
  1. Validitas
  2. Reliabilitas Data

BAB VII TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ETIKA PENELITIAN
A. Pendahuluan
B. Wawancara
  1. Wawancara Mendalam
  2. Wawancara dengan Petunjuk Umum
  3. Wawancara Baku Terbuka
  4. Wawancara Terstruktur
  5. Wawancara Tidak Terstruktur
  6. Bentuk-Pertanyaan dalam Wawancara
  7. Pedoman Wawancara
  8. Kelebihan dan Kekurangan Wawancara
C. Observasi
  1. Tahapan Observasi
  2. Pedoman Observasi
  3. Macam-macam Jenis Observasi
D. Teknik Focus Group Discussion (FGD)
E. Teknik Kuesioner dalam Penelitian Kualitatif
F. Teknik Pengkajian Isi Dokumen
G. Etika Penelitian

BAB VIII PENCATATAN DATA PENELITIAN KUALITATIF
A. Pendahuluan
B. Catatan Lapangan (Fieldnote)
  1. Catatan Deskripsi
  2. Refleksi
  3. Proses Penulisan Catatan Lapangan
C. Model Catatan Lapangan
  1. Catatan Wawancara
  2. Catatan Obseravasi
  3. Catatan Analisis Dokumen

BAB IX MODEL-MODEL ANALISIS DATA
A. Pendahuluan
B. Model-Model Analisis Data Kualitatif
  1. Analisis Interaktif dari Miles & Huberman
  2. Analisis Etnografis dari Spradley
  3. Analisis Antar-Kasus
  4. Analisis Jalinan
  5. Analisis Fenomenologi dari Bogdan dan Taylor
  6. Analisis Komparatif

BAB X MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN
A. Pendahuluan
B. Bagian Awal
C. Bagian Pendahuluan
  1. Latar Belakang Masalah
  2. Identifikasi Masalah
  3. Pembatasan Masalah
  4. Rumusan Masalah
  5. Tujuan Penelitian
  6. Manfaat Penelitian
D. Kajian Teoretik
  1. Penelitian yang Relevan
  2. Landasan Teori
  3. Kerangka Berpikir
E. Metode Penelitian
  1. Sasaran, Lokasi, dan Waktu Penelitian
  2. Bentuk dan Srategi Penelitian
  3. Data dan Sumber Data
  4. Teknik Sampling
  5. Teknik Pengumpulan Data
  6. Kredibilitas Data
  7. Analisis Data
  8. Jadwal Penelitian
  9. Daftar Pustaka
  10. Lampiran-Lampiran

BAB XI LAPORAN PENELITIAN
A. Pendahuluan
B. Fungsi Laporan Penelitian
C. Penggunaan Bahasa dalam Laporan Karya Ilmiah
D. Struktur Laporan Penelitian Kualitatif
E. Bagian Awal atau Pendahulu
F. Bagian Pendahuluan
G. Kajian Teoretik
H. Metode Penelitian
I. Hasil Penelitian dan Pembahasan
J. Penutup
K. Bagian Akhir atau Penyudah

BAB XII BAHASA AKADEMIK DALAM KARYA ILMIAH
A. Pendahuluan
B. Bahasa Indonesia dalam Penalaran Ilmiah
C. Aplikasi Bahasa Akademik
D. Aplikasi Ejaan yang Disempurnakan (EYD) 2009
E. Pembentukan Kata
F. Penyusunan Paragraf (Alinea) 
G. Kriteria Paragraf

BAB XIII TEKNIK PEMBUATAN KUTIPAN, CATATAN KAKI, DAFTAR PUSTAKA, DAN PENOMORAN
A. Pendahuluan
B. Kutipan dan Sumber Acuan
  1. Kutipan dengan Catatan Kaki
  2. Kutipan dengan Catatan Uraian Naskah 
  3. Kutipan Langsung
  4. Kutipan Tidak Langsung
  5. Catatan Kaki sebagai Keterangan Tambahan
C. Penomoran

BAB XIV CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF BIDANG PENDIDIKAN BAHASA
A. Pendahuluan
B. Contoh Proposal Penelitian Kualitatif

    Download Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Download Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia.pdf

    Lihat juga:

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa Indonesia. Semoga bisa bermanfaat.

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel