Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak

Berikut ini adalah berkas mengenai Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak dalam Buku Proses Industri Pakan. Download file format PDF. Mudah-mudahan berkas mengenai inovasi Produk Pakan Bentuk Pelet ini bisa menjadi referensi bagi para peternak dalam rangka pengadaan pakan yang berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.

Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak
Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak

Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas mengenai Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak dalam Buku Proses Industri Pakan:

Buku Proses Industri Pakan ini ditulis oleh Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc. Diterbitkan oleh PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor Tahun 2014.

Buku Diktat ini disusun sebagai pegangan bagi mahasiswa S-1 semester 6 yang mengambil mata kuliah NTP 313 Industri pakan, maupun untuk civitas akademika serta masyarakat umum.

Diktat ini merupakan cetakan kedua dari buku Proses Industri Pakan, cetakan pertama yang telah diterbitkan oleh IPB Press pada tahun 2014 dan telah mengalami beberapa revisi. Diktat ini disusun dengan harapan memberikan informasi yang berkaitan dengan industri pakan yang meliputi berbagai aspek di antaranya pemilihan dan pembeliaan bahan baku industri pakan, alur proses industri pakan, teknik dan proses produksi pakan, produk industri pakan, teknik pengemasan produk industri pakan, serta perubahan fisik dan nutrisi bahan selama processing.

Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan

Teknik Grinding

Grinding adalah penggilingan bahan baku pabrik pakan yang bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel suatu bahan (reduced material) menjadi butiran kasar atau tepung (Henderson dan Perry 1974). Proses penggilingan, selain untuk mempermudah kegiatan processing juga untuk memperoleh ukuran partikel bahan yang dikehendaki agar ternak mudah mengonsumsi pakan dan sebagai tujuan akhir adalah untuk meningkatkan performa ternak. Alat yang digunakan dalam proses grinding adalah grinder yang terdiri atas beberapa macam alat, yaitu:

1. Hammermil
Hammermill digunakan untuk menggiling biji-bijian dan hijauan pakan (Pfost 1976). Prinsip kerja hammermill menggunakan palu untuk memperkecil ukuran partikel bahan baku. Proses kerja yang terjadi pada hammermill meliputi reducing, shearing, cutting, mixing, separating (cleaning), dehidrating, grinding (Henderson dan Perry 1974). Bahan akan masuk melalui hopper, kecepatannya dikontrol dengan pengatur gerak slope. Sebelum masuk ke dalam ruang penggilingan, bahan melewati magnet untuk memisahkan bahan dari logam yang tercampur. Kemudian bahan dipecah, dipukul, dan dipotong oleh palu yang berputar sehingga ukuran partikel menjadi lebih kecil (proses reducing). Bahan yang telah terpecah dan dapat melewati lubang saringan dengan semburan udara. Selanjutnya produk ditampung, tepung atau bahan halus dialirkan ke pengumpul debu (Owens dan Heimman 1994). 

Faktor-faktor yang memengaruhi kapasitas penggilingan hammermill di antaranya:
a) Jenis, kadar air, dan kondisi bahan baku yang akan digiling. Hammermill umumnya digunakan untuk menggiling biji-bijian. Biji-bijian dengan kandungan karbohidrat yang tinggi lebih mudah digiling. Urutan kemudahan penggilingan, yaitu gandum, sorgum, jagung, oat, dan barley (Herrman dan Harner III 1995). Nilai KA bahan yang akan digiling adalah 12–14%. Apabila nilai KA semakin tinggi kadar air, akan meningkatkan kebutuhan listrik (kWh/ ton bahan), sehingga tidak efisien. Kondisi bahan baku yang lengket digiling dengan bahan penyerapnya, seperti bungkil kelapa atau tepung ikan dengan dedak. Pengilingan bahan-bahan yang keras, misalnya tepung tulang, ditambah mineral yang mengandung garam dapat mempercepat kehausan alat pemukul. Oleh karena itu, sebaiknya mesin giling dicuci dengan cara memasukkan bahan-bahan yang dapat menyerap atau dibasahi tetesan air karena garam akan merusak mesin giling dan putaran hammermill menjadi cepat haus.
b) Diameter lubang dan luas permukaan saringan. Semakin besar diameter lubang atau luas permukaan saringan (seluruh lubang terbuka), maka kapasitas penggilingan semakin besar (Pfost 1976).
c) HP (horse power) motor yang digunakan. Kapasitas penggilingan semakin meningkat seiring dengan peningkatan HP motor yang bekerja (Pfost 1976).
d) Kecepatan ujung palu. Kecepatan ujung palu merupakan fungsi diameter rotor. Kecepatan ujung palu penting diperhatikan, karena berkaitan dengan kecepatan tumbukan antara palu dengan bahan. Kecepatan ujung palu 14.000–15.000 feet/menit merupakan titik ekonomis (Henderson dan Perry 1976); kecepatan dengan efisiensi terbaik: 700–9.000 feet/ menit (Silver), 1.200–5.000 feet/menit (Bruhn), dan 12.600–19.800 feet/ menit (Friedrich et al.). Kecepatan ujung palu yang rendah menyebabkan produk lebih kasar, tetapi lebih seragam.
e) Lokasi tumbukan. Tumbukan antara palu dan bahan terjadi secara sempurna pada ujung palu yang menghasilkan energi empat kali lebih besar dibandingkan dengan tumbukan pada pangkal palu. Efisiensi tumbukan menurun 20% pada bagian tengah palu.
f) Jarak ujung palu dan saringan. Jarak ujung palu-saringan sebaiknya bervariasi 1/8–3/8 inci (Thomas); optimum untuk bijian adalah 0,31 inci (Friedrich).
g) Ketebalan palu. Ketebalan palu harus disesuaikan dengan konstruksi hammermill. Kondisi haus biasanya terjadi pada ujung palu. Oleh sebab itu, sebaiknya menggunakan palu jenis swing karena dapat dipertukarkan letak pemakaiannya sampai empat kali. Meningkatkan kapasitas dan efisiensi sampai 15% dilakukan dengan menipiskan palu dari ketebalan 0,31 inci menjadi 0,018 inci.
h) Jumlah palu. Jumlah palu memengaruhi produksi dan kadar kehalusan produk (Hendrix). Jumlah palu swing optimum 15 palu (tebal 3 mm/100 mm) lebar rotor (Friedrich).
i) Kadar kehalusan bahan. Tingkat ukuran kadar kehalusan bahan yang semakin kecil akan memudahkan penggilingan, sehingga akan meningkatkan besar kapasitas.
j) Kecepatan pemasukan bahan. Peningkatan laju pemasukan bahan akan memperbesar kapasitas. Namun demikian, jumlah pemasukannya jangan terlalu banyak karena dapat menimbulkan kemacetan, sehingga perlu diatur dengan slope (Pfost 1976).
Keuntungan penggunaaan hammermill antara lain adalah simplicity (proses sederhana), versatility (dapat disesuaikan dengan kondisi sekitar), bebas dari bahaya logam, mesin tidak rusak apabila dijalankan dalam keadaan kosong, pemakaian palu tidak mengurangi efisiensi bahan, dapat menggiling bahan sampai tingkat M dan F, kecepatan tinggi, serta kenaikan suhu produk tidak tinggi (Anderson 1994; Koch 2011).

Sementara kerugian penggunaan hammermill antara lain adalah produk akhir tidak seragam. Hal tersebut disebabkan perbedaan kecepatan atau waktu perjalanan bijian sampai ditumbuk dengan palu dibutuhkan energi yang besar untuk volume penggilingan yang kecil. Kadar kehalusan hasil penggilingan ditentukan oleh jenis saringan yang digunakan (kasar, sedang atau halus), kadar kehalusan bahan yang digiling, kecepatan pergerakan bahan, dan tipe hammermill (swing atau fixed) (Pfost 1976).

2. Burr Mill
Burr mill adalah mesin giling dengan prinsip kerja menggunakan 2 lempeng untuk memperkecil ukuran partikel bahan baku. Proses kerja Burr Mill adalah bahan masuk melalui loading (hopper). Kedua pelat bergerak berputar dan saling bergesekan, sehingga memecah bahan. Bahan kemudian keluar melalui tempat pengeluaran. Proses kerja yang terjadi selama burr mill bekerja terdiri atas cutting, crushing, shearing (Pfost 1976).

Kapasitas penggilingan burr mill dipengaruhi oleh (Pfost 1976).
  1. Penggunaan bahan makanan.
  2. Kecepatan pelat.
  3. Kondisi dan desain pelat.
  4. Jarak pelat.
  5. Keausan pelat.
  6. Jenis dan kadar air dari bahan baku.

3. Roller Mill
Roller Mill adalah penggilingan dengan menngunakan 2 buah roll untuk memperkecil ukuran bahan baku. Proses kerja Roller Mill adalah sebelum bahan dimasukkan ke dalam loading hoper, mesin harus dihidupkan terlebih dahulu. Bahan akan digiling hingga halus dengan gerak gesek dua roll. Setelah menjadi halus, bahan keluar melalui tempat pengeluaran. Selama bekerja, roller mill melangsungkan proses grinding, reducing, rolling, crushing, cracking, crimping, crumbling, flaking, steaming, shearing, dan cutting (Owens dan Heimann 1994).

4. Combination Mill
Combination mill adalah mesin giling dengan prinsip kerja mengombinasikan beberapa prinsip kerja mesin giling. Contohnya, kombinasi crusher mill hammermill, crusher mill burr mill, crusher mill roller mill, dan hammermill roller mill.

Proses grinding pada pabrik pakan dapat berlangsung dalam dua sistem proses yang berbeda, yaitu pregrinding dan postgrinding (Owens dan Heimann 1994). Pemilihan proses yang digunakan berdasarkan jenis bahan yang akan digiling dan besar biaya yang akan dikeluarkan.

Teknik Mixing

Teknik mixing adalah proses pencampuran beberapa bahan baku pakan yang bertujuan untuk memperoleh hasil adukan yang homogen (Wanasuria 1996). Hasil pengadukan yang baik akan meningkatkan penampilan ternak mengingat terdapat banyak bahan mikro yang memperhitungkan keamanan penggunaan obat yang harus diterima ternak dalam jumah sedikit. Gejala keracunan obat pada ternak mulai muncul jika mengonsumsi obat melebihi takaran selama beberapa hari berurutan atau disebabkan pencampuran yang tidak merata. Tiap ekor ternak harus menerima 90% dari kebutuhan nutrisi harian atau 95% dari tiap pemberian pakan, dan kesempurnaan pencampuran mendukung penampilan produksi ternak (Wanasuria 1996).

Prinsip utama pencampuran adalah prosesnya harus diselesaikan dengan waktu dan biaya minimum untuk menghasilkan produk yang seragam (Fahrenholz 1994). Permasalahan akan muncul jika bahan-bahan yang dicampur mempunyai ukuran dan bentuk yang sama, tetapi berat jenisnya berbeda; atau jika bahan-bahan tersebut mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda (Rempe 1976a).

Prinsip kerja pada mesin mixer adalah menciptakan arus yang akan mencampur bahan-bahan secara homogen. Proses pencampuran disebabkan oleh difusi small irregukar movement dan konveksi longitudinal movement (Goh 2002). Homogenitas campuran dapat dilihat secara fisik, kimia, dan biologi (Herman dan Bhenke 1994):
  1. Secara fisik, yaitu melalui pengamatan ransum secara langsung terhadap pencampuran bahan pakan antara satu dengan yang lainnya.
  2. Secara kimia, yaitu melalui uji di laboratorium.
  3. Secara biologi, yaitu berdasarkan dampak pemberian campuran pakan terhadap ternak.
Menurut Fahrenholz (1994), hasil pencampuran dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini.
  1. Operator mesin, yaitu kemampuan dari pekerja dalam mencampur bahan makanan dan mengoperasikan mesin.
  2. Kapasitas isi mesin dalam mencampur bahan makanan yang akan memengaruhi kapasitas kerja.
  3. Bahan baku, baik ukuran dan bentuk partikel bahan, berat jenis, sifat higroskopis, kepadatan, viskositas, dan kepekaan terhadap muatan gaya magnet bahan.
Jenis mixer terbagi menjadi enam macam berdasarkan sistem kerja (batch mixer dan continous mixer), berdasarkan jenis alat pengaduk (paddles mixer dan ribbon screw atau auger mixer), dan berdasarkan bentuk bangun (vertical mixer dan horizontal mixer) (Pfost 1976).

a. Batch mixer
Rempe (1976a) menyatakan bahwa batch mixing banyak digunakan karena alasan-alasan berikut ini.
a. Lebih kompak dan dapat diadaptasi pada pabrik skala kecil (semicontinous process) dengan proses kerja filling, mixing, dan emptying dilakukan oleh pekerja.
b. Dapat dioperasikan secara otomatis.
c. Dapat dioperasikan sebagai rotary drum dryer.
d. Efisien untuk penggilingan formula adonan yang berubah-ubah.

b. Continous Mixer
Continous mixing system (sistem pencampuran kontinu) biasanya terkait dengan kegiatan operasional yang mahal. Penggerakan bahan dilakukan oleh bagian-bagian, seperti auger, star wheel, dan screw conveyor. Untuk pengecekan bahan-bahan yang akan diproses secara akurat, digunakan penimbangan dengan mesin timbang otomatis. Pencampuran kontinu dapat berlangsung pada alat screw conveyor selama proses pengangkutan bahan (Gill 1995).

Gill (1995) mengungkapkan beberapa keuntungan pemakaian continous mixing dibandingkan batch mixer berikut ini.
  1. Ukuran feeder lebih kecil, tetapi bekerja secara kontinu (kecepatan pencampuran bergantung pada kerja feeder). Pada sistem batch, feeder harus beroperasi terputus-putus untuk membawa volume bahan banyak dalam waktu yang singkat.
  2. Biaya awal operasional dan instalasi lebih rendah.
  3. Oleh karena itu, bin penyimpanan bahan tepat di atas feeder, maka tidak diperlukan bin tambahan lagi untuk operasional (live bottom bin).
  4. Pada sistem batch, peningkatan kapasitas harus memakai beberapa mixer.
Sistem pencampuran kontinu dapat mencapai kapasitas pencampuran ukuran 10–120 ton/jam, jika kemampuan pengeluaran bahan dari feeder ditingkatkan.

c. Paddles Mixer
Paddles mixer merupakan mixer dengan efisiensi tinggi yang bekerja dengan cepat, pencampuran yang teliti dan seragam untuk bahan dengan perbedaan besar. Desain pedal dari paddles mixer ini memastikan pengeluaran bahan yang efektif. Kontruksi mixer yang kokoh menyebabkan mixer ini tahan lama. Keuntungan dari paddles mixer ini adalah dapat mencampur 10 kali lebih cepat, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi, proses pencampuran yang halus menyebabkan tingkat degradasi produk yang minimal, pencampurannya yang halus menyebabkan tingkat degredasi produk yang minimal, pencampurannya homogen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mencampur molases dan bahan-bahan lain dengan jumlah molases yang ditambahkan mencapai 30–40% (Warren 2008).

Ribbon (Screw) Mixer
Ribbon (srew) mixer adalah alat pencampur dasar dalam industri. Ribbon (srew) mixer biasanya dioperasikan pada suhu kamar, tetapi alat ini juga dapat dilapisi uap panas (pada tekanan atmosfer) atau air pendingin. Ribbon (srew) mixer ini biasanya terdiri dari casing yang berbentuk kotak terbuka (biasanya 2–3 kali lebih panjang dari lebarnya) dengan bagian bawah terbentuk semicircular, dilengkapi dengan poros horizontal tempat terpasangnya ribbon blades, paddle atau helical screws dengan jangkauan lengan sangat dekat dengan dinding untuk meminimalisasi bagian yang tidak tersentuh pisau. Bentuk paling efektif dari pisau ribbon ini adalah dube sprial di mana pisau bagian luar menggerakkan bahan dalam satu arah dan pisau bagian dalam bergerak ke arah sebaliknya (Warren 2008).

Vertical Mixer
Vertical mixer biasanya digunakan pada pabrik kecil atau pada peternakan yang mencampur pakan sendiri (Wanasuria 1996). Vertical mixer merupakan double screws untuk pengaduk, sedangkan sebagian vertical mixer mempunyai single crew. Beberapa keuntungan vertical mixer antara lain adalah relatif lebih murah, biaya instalasi lebih murah daripada horizontal mixer, serta membutuhkan ruang yang lebih sedikit. Sementara kerugiannya antara lain adalah waktu pencampuran lama, cairan yang ditambahkan tidak sebanyak pada horizontal mixer, penanganan sisa adonan sulit (Pfost 1976)

Pfost (1976) menjelaskan cara kerja vertical mixer sebagai berikut. Bahan dimasukkan melalui loading hopper dan diangkat sampai keluar tabung menggunakan auger (auger). Paddles digerakan-gerakkan, sehingga bahan keluar dari tabung dan tercampur. Bahan yang belum tercampur rata dimasukkan lagi memalui tabung dengan gerakan berputar. Jika sudah homogen, bahan dikeluarkan melalui lubang pengeluaran ke tempat penyimpanan.

Horizontal Mixer
Pabrik pakan banyak menggunakan horizontal mixer. Dalam penggunaan horizontal mixer. Urutan pemasukan bahan dalam mixer adalah bahan baku mayor, bahan baku minor, bahan aditif, dan cairan (Fahrenholz 1994).

Kualitas pencampuran pada mesin mixer yang baik harus mampu mencampur bahan baku secara optimal dengan beragam ukuran material dari tepung sampai butiran; serta beragam berat atau densitas mulai dari dedak sampai tepung batu (Wanasuria 1996). Pfost (1976) mengungkapkan kualitas pencampuran dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu ukuran partikel, bentuk atau tekstur partikel, berat spesifik (BJ), higroskopisitas partikel, kepekaan terhadap muatan elektrostatik, dan daya rekat (seperti pada permukaan kasar atau yang ditimbulkan akibat penambahan minyak). Kualitas pencampuran dipantau oleh faktor coeficient of variation (CV), sehingga bisa selalu diadakan evaluasi apakah ketepatan lama pencampuran, kecepatan motor, dan pemanfaatan kapasitas mixer (Pfost1976).

Teknik Conditioning

Conditioning yaitu proses mengubah ransum mash pada saat dicampur (mixing) dengan menggunakan panas, air, tekanan, dan waktu untuk keadaan fisik yang memudahkan pemadatan ransum (Thomas et al. 1996). Proses conditioning dalam pembuatan pakan khususnya pelet dapat meningkatkan kualitas fisik dan nutrisi pakan yang diproduksi (Thomas et al. 1997). Conditioning merupakan proses penambahan steam pada pakan untuk meningkatkan panas dan kadar air (Khalil dan Suryahadi 1997).

Walker (1984) menjelaskan bahwa selama proses conditioning terjadi penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses conditioning akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15–18%. Winarno (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kadar air yang lebih dari 20% akan menurunkan kekentalan larutan gel hasil gelatinisasi. Efek lain dari proses conditioning, yaitu menguapnya asam lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin bahkan terjadinya reaksi Maillard. Reaksi Maillard, yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna cokelat, proses ini terjadi akibat adanya pemanasan (Muller 1988).

Warna cokelat pada bahan ini menurut Muller (1988) menurunkan mutu penampakan warna pelet. Nikersond dan Louis (1978) menambahkan bahwa pemanasan dapat menyebabkan dehidrasi pada gula. Gula yang terdehidrasi membentuk polimer sesama gula yang diikuti oleh gugus amina membentuk senyawa cokelat. Gelatinasi merupakan sumber perekat alami pada proses “pelleting”.

Pencetakan merupakan tahap pemadatan bentuk melalui alat extruder. Temperatur bahan sebelum masuk ke dalam mesin pencetak sekitar 80°C dengan kelembaban 12–15%. Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya tambahan air sebanyak 10–20% ke dalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet dan pelet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat (Pujaningsih 2006).

Selama proses conditioning terjadi peningkatan suhu dan kadar air dalam bahan, sehingga perlu dilakukan pendinginan dan pengeringan (Walker 1984).

Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu pakan ternak pada umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pelet sistem kering, cukup dikering anginkan saja hingga uap panasnya hilang, sehingga pelet menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung (Pfost 1964).

Teknik Pelleting

Pelleting adalah proses pencetakan campuran bahan baku pakan menjadi pakan bentuk pelet. Alat yang digunakan dalam teknik pelleting adalah mesin Pelleter yang mencetak pakan menjadi produk pakan yang berbentuk silinder. Pelet adalah bentuk penggumpalan pakan melalui proses pemasukan (extruding) pada tiap bahan atau campuran adonan dengan pemampatan dan tenaga tekanan melalui lubang die dengan proses mekanik (Robinson 1976). Komponen utama dalam mesin pelet adalah dua buah roller dan diering. Kedua Roller terletak pada die yang berputar dengan arah yang sama dan mendesak bahan kearah lubang die pada diering (Robinson 1976).

Ada dua jenis mesin dan kondisi mesin pelet, yaitu pellet mill dan farm feed pelleter. Pellet mill yang bekerja dengan penembahan uap biasa digunakan oleh pabrik-pabrik pakan besar, sedangkan farm feed pelleter bekerja tanpa penambahan uap dan banyak digunakan oleh peternakan yang membuat pakan pelet sendiri atau pabrik skala kecil.

Pellet Mill
Proses kerja Pellet mill adalah bahan atau adonan masuk melewati surge bin ke dalam ruang pengadukan untuk diaduk dan dicampur merata. Pada saat tersebut ditambahkan premiks, bahan mikro, bahan cair, dan molases. Setelah tercampur rata, bahan dimasukkan ke dalam ruang pengondisian untuk dilakukan penambahan uap, panas, dan air. Pengondisian tersebut berfungsi untuk melembutkan dan membentuk kondisi gelatinisasi pati. Air ditambahkan pada adonan bubur pakan melali injeksi uap secara langsung pada ruang pengondisian. Banyaknya air yang ditambahkan tergantung pada absorbsi, difusivitas bahan-bahan baku, kualitas uap, jumlah uap, derajat pencampuran selama pengondisian, dan besar luasan ruang pengondisian (Briggs et al. 1999).

Farm Feed Pelleter
Proses kerja yang terjadi dalam farm feed pelleter terdiri atas mixing, crushing, rolling, dan cutting. Pemberian uap panas pada proses pembuatan pelet berfungsi untuk menaikkan suhu bahan baku, meningkatkan kandungan air (moisture), sehingga proses gelatinisasi pati menjadi sempurna (Stevens
1987 dalam Briggs et al. 1999). Selain itu, pemberian uap panas juga dapat mengurangi bakteri dan meningkatkan laju pembuatan pelet karena air akan melicinkan adonan pelet saat dilewatkan ke dalam die. Kenaikan kandungan lemak adonan dapat bersifat pelicin dan menurunkan kenaikan suhu pada sepanjang lubang die. Faktor lain yang memengaruhi kenaikan suhu adalah ukuran partikel adonan, pada ukuran partikel yang lebih besar dari yang direkomendasikan, akan meningkatkan suhu karena terjadi gesekan yang besar di dalam lubang die (Briggs et al. 1999). Penambahan uap panas yang sesuai dengan jumlah pelet yang diproduksi dalam kondisioner dapat meningkatkan kualitas pelet, sehingga waktu pengondisian dapat diperlama hingga lebih dari 20 detik (Fairfield 1994).

Pellet Cooler
Pelet yang keluar dari lubang die basah dan temperaturnya tinggi, untuk membuat pelet siap digunakan maka pelet harus didinginkan agar temperatur turun dan struktur pelet kuat dan kokoh. Proses cooling (pendinginan pelet) biasanya menggunakan alat/mesin yang disebut dengan pellet cooler, yang menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi vertical pellet cooler dan horizontal pellet cooler (Robinson 1976).

Vertikal Pellet Cooler
Merupakan alat pendingin pelet dengan sedikit perawatan dan penggunaan energi kecil (Fairfield 1994). Pelet basah dimasukkan dalam pellet cooler melalui hopper dan dilewatkan dengan mengikuti gaya gravitasi bumi pada suatu ruangan stream (bersekat) yang berukuran 9” (22,9 cm) yang dialiri udara dari kipas/fan yang berhubungan dengan plenum chamber. Ketika kolom sudah penuh terisi, maka sensor akan menghentikan aliran pelet. Pelet didinginkan dengan aliran udara yang berasal dari plenum chamber, dengan gerakan mengaduk. Pelet keluar dengan sangat lancar pada aliran yang konstan. Setelah keluar pelet masuk ke dalam scalper untuk menyaring dan memisahkan butiran pelet utuh dan yang pecah, selanjutnya akan diproses menjadi bentuk crumble. Vertical pellet cooler terbagi 3 tipe, yaitu cross flow drier (aliran udara memotong arah aliran pellet masuk), concurrent flow drier (aliran udara searah pelet masuk), dan counter flow drier (aliran udara berlawanan arah pelet masuk).Vertical pellet cooler sangat efektif untuk mendinginkan pelet yang berdiameter kecil (Fairfield 1994).

Horizontal Pellet Cooler
Horizontal pellet cooler merupakan tipe cooler yang bergerak (Fairfield 1994). Butiran pellet yang keluar dari lubang die pada pelleter masuk pada mesin horizontal pellet cooler melalui hopper. Pellet yang diam dialirkan oleh media belt conveyor oleh screw yang bekerja pada bagian bawah belt. Jenis horizontal pellet cooler terdiri dari single shaft atau double shaft. Single shaft mempunyai satu sekatan (apron) yang digunakan untuk menggerakan pellet, pellet dikeluarkan pada sisi yang berlawanan dengan arah masuk pelet (inlet), sedangkan double shaft mempunyai dua apron. Melalui sekat pada belt, aliran udara yang bergerak vertikal dialirkan dari fan yang ada pada dasar coller. Selama perjalanan pelet dibersihkan dari logam yang mengganggu dengan kerja magnet (Fairfield 1994).

Teknik Crumbling

Crumbling adalah proses pemecahan produk pakan bentuk pellet menjadi bongkahan partikel yang lebih kecil baik ukuran panjang dan diameternya. Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya digunakan untuk memecah pellet. Mesin tersebut digunakan untuk memecah pelet menjadi bentuk butiran atau granula atau pecahan dan biasanya disebut crumble. Pakan crumble diberikan pada ternak seperti ayam broiler, benur ikan, burung, dan udang. Proses kerja crumbler adalah Reducing, Cutting, Shearing, Rolling, Crumbling. Pellet yang telah dingin masuk melalui hopper ke ruang crumbling, roller-roller berputar, sehingga pellet terpecah dan ukuran pellet menjadi lebih kecil, kemudian crumble dikemas (Fairfield 1994).

Teknik Extrution dan Expanding

Extrusion adalah proses pembentukan atau deformasi produk melalui proses tekanan tertentu pada suatu lubang pengeluaran. Ekstruder adalah mesin pembentuk atau deformasi produk melalui lubang die yang mengakibatkan pengembangan produk dengan cara high temperature dan short time. Oleh karena itu, ekstrusi dihubungkan dengan proses pemasakan bahan campuran antara bijian dan campuran protein yang membentuk suatu adonan dengan mesin extruder (Harper 1981a). Gelatinisasi pati akan meningkatkan kekentalan adonan, sedangkan bahan-bahan yang mengandung protein akan meningkatkan elastisitas, berkarakteristik menyerap air yang membuat adonan bertambah lengket. Menurut Fellows (2000) ekstrusi didefinisikan sebagai suatu proses kombinasi sistem kerja mixing, cooking, kneading, shearing, shaping, dan forming. Produk ekstrusi bermacam-macam, berupa pakan ikan, pakan udang, pet food, mink food, laboratory animal food, urea feed, dan baby pig food. Bentuknya soft pellet yang dihasilkan oleh sistem kerja tekanan screw dan die (Smith 1976).

Prinsip kerja ekstruder sama pada semua tipe. Bahan mentah dimasukkan ke dalam barrel extruder. Lalu, screw mendorong bahan pada sepanjang screw, sehingga volume bahan berkurang dan meningkatkan laju pergerakan bahan. Akhirnya, bahan mengisi seluruh ruang barrel dan di antara celah screw flight, kemudian menjadi padat. Selama perjalanan sepanjang barrel, screw membentuk adonan menjadi bentuk semi-solid (plasticied mass). Gesekan dan penambahan panas menyebabkan kenaikan suhu secara cepat, kemudian tekanan dan gaya potong (shearing) meningkat. Adanya gaya dorong yang besar menyebabkan bahan keluar dari lubang die, lalu berubah bentuk menjadi produk akhir yang dengan segera dikeringkan (Fellows 2000). Ekstruder diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu ekstruder screw dan ekstruder barrel (Harper 1981a). Salah satu tahapan kritis pada produksi produk extrusi, terutama pada dry pet food adalah cooling (Tedman 2004).

Pengeringan produk extruder biasanya pada alat continous conveyor type dryer (Hauck et al. 1994). Produk digerakan dengan belt conveyor sambil disemprotkan udara panas, kecepatan udara panas mencapai 65 m/menit, dengan panas udara mencapai 100–2000C (212–3920F). Temperatur produk extruder segera setelah keluar dari extruder, dapat mencapai 177–1900C (351–3740F), tanpa kerusakan kandungan nutrisi pada 4–6 menit pertama memasuki dryer. Pengeringan akan menurunkan temperatur produk separuhnya, tetapi juga membuat produk extruder mengalami proses reaksi mailard non-enzimatik yang akan mengurangi kandungan nutrisi produk terutama asam amino, vitamin, dan mineral (Hauck et al. 1994).

Ketika udara kering menyelimuti produk, udara kering tersebut akan menyerap air dan mengurangi temperatur. Sebagian udara hangat akan terbuang ke atmosfer dan dengan kerja exhaust fan, udara hangat sebagian lagi akan kembali ke sistem, sehingga akan mengurangi temperatur dan tekanan, sehingga exhaust fan akan mengurangi kerja dan biaya heater (Hauck et al.1994).

Pengering yang digunakan dapat bertipe single shaft, double shaft dan triple shaft conveyor system. Untuk pengering pet food, biasanya digunakan tipe double shaft. Tipe ini mengeringkan lebih banyak produk per luasan permukaan belt conveyor, hal ini penting karena produk pet food yang masuk ke dalam dryer mempunyai kandungan air 23–26% dengan ketebalan tumpukan 10 cm. Setelah tahapan pengeringan pertama yang mengurangi kadar air 3%, produk akan diputar dan dikeringkan pada pengeringan tahap kedua dengan ketebalan produk 15–20 cm. Keuntungan pengering multiphase adalah juga mengurangi kebutuhan luasan lantai ruangan dan biaya modal lebih sedikit.

Setelah produk dikeringkan, maka produk membutuhkan penurunan temperatur yang kemudian dilakukan pada alat kombinasi dryer-cooler, sehingga pendinginan dilakukan pada slow conveyor dalam multiphase dryer. Waktu yang dibutuhkan untuk drying dan cooling produk extruder adalah 15 menit untuk drying dan 7 menit untuk cooling (Hauck et al. 1994).

Penggunan sistem ekstrusi untuk pakan ternak dalam jangka panjang (Pfost 1976), di antaranya.
(a) pengeringan protein daun,
(b) produksi susu untuk starter dan replacers secara keseluruhan atau sebagian dari ekstrusi bungkil kedelai lemak penuh,
(c) peningkatan efisiensi pakan serealia,
(e) produksi ekstrusi pakan untuk krustasea, serta
(f) produksi pakan ternak yang halus yang mengandung kadar gula rendah.

Expander merupakan jenis mesin extruder dengan single screw, dengan dinding conditioning yang tebal, yang berfungsi sebagai penangkap uap (Fellows 2000). Expander digunakan pada proses conditioning campuran bahan baku dengan temperatur tinggi, uap ditambahkan jika temperatur mencapai 2500F (1210C) dan untuk stabilisasi campuran adonan sebelum proses pelleting. Expander ditempatkan segera setelah bahan baku mengalami proses conditioning sebelum pelleting (Fairfield 1994), ataupun proses crumbling pakan, dan juga dapat dilakukan proses expanding pada salah satu jenis bahan baku pakan (Fairfield 1994).

Keuntungan penggunaan mesin expander menurut Fairfield (1994) adalah 1) sedikit terbentuk debu, 2) kualitas pelet yang dihasilkan menjadi lebih baik, 3) meningkatkan kapasitas pellet mill, 4) meningkatkan kemampuan penambahan bahan cairan, 5) meningkatkan kemampuan merekat antarbahan baku dengan penggunaan perekat dalam jumlah sedikit, sehingga menurunkan biaya formulasi, 6) meningkatkan aktivasi kemampuan merekan bahan baku secara alami, 7) menurunkan kandungan/serangan bakteri, 8) menurunkan kandungan substansi penghambat pertumbuhan, 9) meningkatkan pencernaan kandungan nutrisi bahan baku. Kerugian dari penggunaan mesin expander adalah investasi modal tinggi, penggunaan temperatur, dan tekanan tinggi, sehingga mengurangi kandungan vitamin dan obat-obatan.

    Download Buku Proses Industri Pakan

    Selengkapnya mengenai Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak dan pembahasan lengkapnya silahkan lihat dan unduh berkas Buku Proses Industri Pakan pada link di bawah ini:

    Download Buku Proses Industri Pakan.pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas mengenai Teknik dan Proses Produksi Industri Pakan Ternak (Buku Proses Industri Pakan). Semoga bisa bermanfaat.

    Kami rekomendasikan juga beberapa buku dan berkas penting lainnya terkait dengan pakan dan peternakan, di bawah ini.
    • Membuat Sendiri Pakan Ikan Murah & Praktis Lihat Buku
    • Membuat Pakan Ternak & Unggas Dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    • Buku Inovasi Manajemen Pakan Ternak - Desy Cahya Widianingrum - [Intrans] Lihat Buku
    • Membuat Pakan Ternak & Unggas dari Limbah Peternakan Suprio Guntoro - AgroMedia Pustaka Lihat Buku
    • SFU Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi Bagas Dharmawan - Pustaka Baru Lihat Buku
    • Membuat Sendiri Pakan Ikan Murah dan Praktis RGB Gunawan - AgroMedia Pustaka Lihat Buku
    • Budi Daya Nila Organik Dengan Biaya Pakan Rp 0 Bayu Nugroho - Agromedia Pustaka Lihat Buku
    • Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - Yusuf Akhyar Sutaryono Lihat Buku
    • Buku Budidaya Ikan Nila Mulai dari Pembenihan Pembesaran Pengembangan Usaha Kebutuhan Pakan Masalah Hama Penyakit dan Pemanenan Hingga Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila Lihat Buku
    • Budidaya Nila Organik Dengan Biaya Pakan Rp 0 Lihat Buku
    • Membuat Sendiri Pakan Ikan Murah & Praktis - Rgb Gunawan Lihat Buku
    • Probiotik Suatu Tinjauan Keilmuan Baru Bagi Pakan Budidaya Perikanan Prof. Dr. Ir. Feliatra, Dea - Kencana Lihat Buku
    • Buku Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas Bahan Pakan Berserat Tinggi: Edisi Revisi - Deepublish Lihat Buku
    • Buku Beternak Itik Petelur Dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal - Deepublish Lihat Buku
    • Pakan dan Vitamin Total Konslet Lovebird Konslet Fighter Durasi Lihat Buku
    • Buku Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia - Deepublish Lihat Buku
    • Buku Penuntun Praktikum Teknik Produksi Pakan Alami - Atika Marisa Lihat Buku
    • Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia Peternakan Lihat Buku
    • Buku Teknik Ternak Kambing Dengan Pakan Fermentasi Tanpa Ngarit Angon Lihat Buku
    • Buku Peternakan : Membuat Pakan Fermentasi Untuk Ternak Ruminansia / Membuat Pakan Fermentasi Unggas dan Jamu Unggas / Budidaya Lebah Madu Lihat Buku
    • Lurik Prasojo Hujan Gerimis Putih Pakan Putih Lihat Buku
    • Buku Wirausaha : usaha pembuatan pakan ikan konsumsi / Panduan Membuat Sendiri Bensin dan Solar / sukses agribisnis minyak atsiri / Membuat Telur Asin dan Telur Aneka Rasa /Mendidikan bank sampah Lihat Buku
    • Buku Agribisnis Bioflok Lele Kematian 3% Hemat Pakan 20% Lihat Buku
    • Buku Original Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak UB Press Lihat Buku
    • Buku Magot Pakan Ikan Protein Tinggi Lihat Buku
    • Pakan Ikan formulasi pembuatan dan pemberian by Ghufran Lihat Buku
    • Araska Publisher - Mengolah Limbah Organik Menjadi Pakan Ternak Untuk Program Penggemukan Sapi Kambing Unggas Ikan Lihat Buku
    • Buku Teknologi Pengawetan Pakan Hijauan UB Press Lihat Buku
    • Pakan Ikan Alami - Abbas Siregar Djarijah Lihat Buku
    • Buku Peternakan Membuat Pakan Fermentasi Unggas dan Jamu Pakan Fermentasi Ternak Ruminansia Lihat Buku
    • Buku Wirausaha Modern Usaha Pembuatan Pakan Ikan Panduan Membuat Bensin Minyak Atsiri Lihat Buku
    • Buku Perikanan : Budi Daya Nila Dilengkapi Dengan Formula Pembuatan Pakan Mandiri Lihat Buku
    • Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    • Buku Peternakan Panduan Membuat Pakan Fermentasi Untuk Ternak Ruminansia Kambing Domba Sapi Kerbau Lihat Buku
    • Buku Industri Pakan Ternak Lihat Buku
    • Buku Original Aditif Pakan Unggas Pengganti Antibiotik UB PRESS Lihat Buku
    • Packing kiloan / packing ikan / packing pakan ikan dlm jumlah banyak Lihat Buku
    • Buku Agribisnis Panduan Praktis Pakan Ikan Lele Lihat Buku
    • Buku Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    • Magot : Pakan Ikan Protein Tinggi Lihat Buku
    • Buku Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak Lihat Buku
    • Pakan Ikan Alami - Abbas Siregar Djarijah Buku Asli HVS Lihat Buku
    • Buku Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas Lihat Buku
    • Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi Lihat Buku
    • Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW Lihat Buku
    • Pakan Ikan Alami - Ir. Abbas Siregar Djarijah Lihat Buku
    • Buku Bioflok Lele Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20% Lihat Buku
    • Buku Original Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi - Tim Penulis CMK - PS Lihat Buku
    • Buku Agribisnis Pakan Sapi Potong Lihat Buku
    • Buku Peternakan 30 Pakan Ayam Kampung Lihat Buku
    • Hijauan pakan Tropik - Lihat Buku
    • Buku Beternak Ayam Broiler; Tanpa Bau, Tanpa Vaksin, Hemat Biaya Dengan Pakan Fermentasi Lihat Buku
    • Membuat Pakan Ternak & Unggas Dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    • Buku Nila Nirwana 3 : Varietas Paling Cepat Panen / Budi Daya Ikan Nila / Budi Daya Nila Organik Dengan Biaya Pakan Rp 0 Lihat Buku
    • Budi Daya Nila Organik dengan Biaya Pakan Rp.0 Lihat Buku
    • Buku Original Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak Lihat Buku
    • Membuat pakan ternak & unggas dari limbah peternakan / suprio guntoro Lihat Buku
    • Buku Peternakan 30 Pakan Ayam Kampung Lihat Buku
    • Buku Peternakan Pakan Itik Lihat Buku
    • Membuat Sendiri Pakan Ikan Murah dan Praktis Lihat Buku
    • Botol Kemasan Pakan Ikan /Gram Lihat Buku
    • Panduan Praktis Pakan Ikan Lele Lihat Buku
    • Buku Peternakan Budidaya Ayam Kontes Serama Dilengkapi Cara Penangkaran Hingga Memilih Pakan Lihat Buku
    • Buku Peternakan Membuat Pakan Fermentasi Unggas dan Jamu Unggas Lihat Buku
    • Buku - Pakan Ikan Lihat Buku
    • Buku Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas - UB Press Lihat Buku
    • Penerbit Indoliterasi - Buku Produksi Pakan Buatan Lihat Buku
    • Buku Perikanan Lele Mutiara Panen Cepat/Pakan Hemat 20%/Tumbuh Seragam Lihat Buku
    • Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    • Pakan Udang Windu (Penaeus Monodon) - Sri Umiyati. Dkk" Lihat Buku
    • Penerbit Indoliterasi - Buku Produksi Pakan Alami Lihat Buku
    • Buku Agribisnis Artemia Untuk Pakan Ikan dan Udang Lihat Buku
    • Buku Metode Analisis Mutu Pakan - UB Press Lihat Buku
    • Buku Konsep dan Strategi mewujudkan Ketahanan Pakan Nasional Lihat Buku
    • Budi Daya Nila Organik dengan Biaya Pakan Rp.0 Lihat Buku
    • Probiotik - Suatu Tinjauan Keilmuan Baru Bagi Pakan Budi Daya Perikanan Lihat Buku
    • Buku Agribisnis Pakan Ternak Ruminansia Jilid 1 untuk SMK Lihat Buku
    • Magot Pakan Ikan Protein Tinggi Buku Original Lihat Buku
    • Probiotik Suatu Tinjauan Keilmuan Baru Bagi Pakan Budi Daya Perikanan Lihat Buku
    • Buku Membuat Sendiri Pakan Ikan Murah dan Praktis Lihat Buku
    • Buku Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi Lihat Buku
    • Kembali Ke Jati Diri Bangsa Indonesia - Djon Pakan Lihat Buku
    • Magot: Pakan Ikan Protein Tinggi dan Biomesin Pengolah Sampah Organik Lihat Buku
    • Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi - Bukuniaga Lihat Buku
    • Buku - Pedoman Meramu Pakan Unggas Lihat Buku
    • Buku Budi Daya Lele Organik Di Lahan Sempit : Hemat Air, Hemat Biaya Pakan, & Tanpa Bau Lihat Buku
    • Buku Budi Daya Lele Organik Di Lahan Sempit; Hemat Pakan, Hemat Air & Tanpa Bau (Edisi Baru) Lihat Buku
    • Buku Budi Daya Lele Organik Di Lahan Sempit; Hemat Pakan, Hemat Air & Tanpa Bau (Edisi Baru) Lihat Buku
    • Buku Membuat Pakan Ternak & Unggas Dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    • Buku Membuat Pakan Ternak & Unggas Dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    • Buku Panduan Praktis Pakan Ikan Konsumsi Lihat Buku
    • Buku Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    • Buku Berternak Ayam Broiler : Tanpa Bau, Tanpa Vaksin, Hemat Biaya Dengan Pakan Fermentasi Lihat Buku
    • Buku Berternak Ayam Broiler : Tanpa Bau, Tanpa Vaksin, Hemat Biaya Dengan Pakan Fermentasi Lihat Buku
    • Buku Pakan Ikan Ramah Lingkungan [PIRL] - Deepublish Lihat Buku
    • Buku Bioflok Lele Kematian kurang dari 3 persen dan Hemat Pakan 20 persen Lihat Buku
    • Buku Budi Daya Nila Organik Dengan Biaya Pakan RP 0 Lihat Buku
    • Buku Bioflok lele : Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20% Lihat Buku
    • Budi Daya Nila Organik Dengan Biaya Pakan Rp 0 Lihat Buku
    • Buku Meramu Pakan Untuk Ikan Karnivor Lihat Buku

    Kami rekomendasikan kepada Anda beberapa berkas dan buku lainnya:

    Kami rekomendasikan juga beberapa Buku Terbaru yang terkait dengan Pakan Ternak:
    1. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan - BW Lihat Buku
    2. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan - FC Lihat Buku
    3. Penerbit Andi - Industri Pakan Ternak SMK Kelas 12 Sem 1 Lihat Buku
    4. Penerbit Andi - Industri Pakan Ternak SMK Kelas 11 Sem 2 Lihat Buku
    5. Penerbit Andi - Industri Pakan Ternak SMK Kelas 12 Sem 2 Lihat Buku
    6. INOVASI MANAJEMEN PAKAN TERNAK - DESY CAHYA WIDIANINGRUM - [ORIGINAL] [INTRANS] Lihat Buku
    7. Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak - Istana Lihat Buku
    8. Penerbit Andi - Farm Big Book: Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    9. Beternak Ayam Broiler Tanpa Bau Tanpa Vaksin Hemat Biaya dengan Pakan Fermentasi - AgroMedia Pustaka Lihat Buku
    10. Membuat Pakan Ternak & Unggas dari Limbah Peternakan Suprio Guntoro - AgroMedia Pustaka Lihat Buku
    11. Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan & Tanpa Bau Abdullah Udjianto - AgroMedia Pustaka Lihat Buku
    12. Toxin Binder Penangkal Racun Pada Pakan Ternak dan Campuran Konsentrat Lihat Buku
    13. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - Yusuf Akhyar Sutaryono Lihat Buku
    14. Buku Beternak Itik Petelur Dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal - Deepublish Lihat Buku
    15. Buku Ramuan Pakan Ternak - Syah Angkasa Lihat Buku
    16. Ramuan Pakan Ternak Lihat Buku
    17. Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan & Tanpa Bau Lihat Buku
    18. Buku Teknik Ternak Kambing Dengan Pakan Fermentasi Tanpa Ngarit Angon Lihat Buku
    19. Buku Peternakan : Membuat Pakan Fermentasi Untuk Ternak Ruminansia / Membuat Pakan Fermentasi Unggas Dan Jamu Unggas / Budidaya Lebah Madu Lihat Buku
    20. Buku Original Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak ORI UB PRESS Lihat Buku
    21. Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas ORI UB PRESS Lihat Buku
    22. Industri pakan ternak UB PRESS ORI Lihat Buku
    23. BUKU PETERNAKAN MEMBUAT PAKAN FERMENTASI UNGGAS DAN JAMU PAKAN FERMENTASI TERNAK RUMINANSIA Lihat Buku
    24. Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    25. Beternak Itik Petelur dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal Lihat Buku
    26. (BUKU ORI) Industri Pakan Ternak Lihat Buku
    27. BUKU TEKNIK MEMBUAT BISKUIT PAKAN TERNAK DARI LIMBAH PERTANIAN Lihat Buku
    28. (BUKU ORI) Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak Lihat Buku
    29. (BUKU ORI) Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas Lihat Buku
    30. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW Lihat Buku
    31. AG - Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan & Tanpa Bau Lihat Buku
    32. Buku Beternak Ayam Broiler; Tanpa Bau, Tanpa Vaksin, Hemat Biaya Dengan Pakan Fermentasi Lihat Buku
    33. Ramuan Pakan Ternak Lihat Buku
    34. buku dasar-dasar pakan ternak untuk SMK Lihat Buku
    35. Buku Original Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak Lihat Buku
    36. Panduan Praktid Beternak dan Berbisnis ayam kampung Langsung untung - hemat pakan cepat panen . vrg2 Lihat Buku
    37. [ Original ] Buku Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas Lihat Buku
    38. Ramuan Pakan Ternak Lihat Buku
    39. Suplemen Pakan Ternak; Probiotik, Herbal, Prebiotik, Asam Organik, Enzim, Antioksidan Lihat Buku
    40. Membuat Pakan Ternak & Unggas dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    41. Buku SMK Kelas XI (C3) SMK PETERNAKAN Agribisnis - Ternak Ruminansia Pedaging - Ternak Ruminansia Perah - Pakan Ternak Ruminansia - Pembibitan Ternak Ruminansia - Agribisnis Aneka Ternak - Produk Kreatif dan Kewirausahaan Agribisnis Ternak (C3) Kelas 11 Lihat Buku
    42. Inovasi pakan ternak Lihat Buku
    43. INDUSTRI PAKAN TERNAK / MUHAMMAD HALIM NATSIR dkk Lihat Buku
    44. Buku Farm Big Book: Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    45. TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK Lihat Buku
    46. Beternak Itik Petelur dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal Lihat Buku
    47. Teknik Ternak Kambing Dengan Pakan Fermentasi Tanpa Ngarit Dan Angon - Devan Ramadhan Lihat Buku
    48. AG - BETERNAK AYAM KAMPUNG HEMAT PAKAN & TANPA BAU Lihat Buku
    49. Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan dan Tanpa Bau - Abdullah Udjianto Lihat Buku
    50. buku agribisnis pakan ternak ruminansia jilid 1 untuk SMK Lihat Buku
    51. Membuat Pakan Ternak & Unggas dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    52. Teknik Ternak Kambing Dengan Pakan Fermentasi - Devan Ramadhan Lihat Buku
    53. AG - BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG HEMAT PAKAN & TANPA BAU (ED.REVISI) Lihat Buku
    54. BUKU SMK/SMA Dasar - dasar Pakan Ternak semester 2 - kelas X Lihat Buku
    55. AG - BUKU MEMBUAT PAKAN TERNAK & UNGGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN Lihat Buku
    56. AG - BUKU MEMBUAT PAKAN TERNAK & UNGGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN Lihat Buku
    57. Buku Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian COVER DEPAN Lihat Buku
    58. Buku Farm Big Book Beternak 11 Pakan Alami Top - Bambang Prasetio Lihat Buku
    59. MEMBUAT PAKAN TERNAK & UNGGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN -UR Lihat Buku
    60. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW - Yusuf Akhyar Sutaryono Lihat Buku
    61. Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian "BUKUNIAGA Lihat Buku
    62. AG - BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG HEMAT PAKAN & TANPA BAU (ED.REVISI) Lihat Buku
    63. BUKU SMK/SMA Dasar- dasar Pakan Ternak Semester 1 - kelas X Lihat Buku
    64. MEMBUAT PAKAN TERNAK & UNGGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN Lihat Buku
    65. Teknik Ternak Kambing Dengan Pakan Fermentasi Tanpa Ngarit Angon #Ar Ruzz Media Lihat Buku
    66. Ramuan Pakan Ternak "BUKUNIAGA Lihat Buku
    67. Modul Industri Pakan Ternak - Deepublish Lihat Buku
    68. Inovasi Manajemen Pakan Ternak - Dr. Desy Cahya Widianingrum Lihat Buku
    69. AG - BETERNAK AYAM KAMPUNG HEMAT PAKAN & TANPA BAU (ED.REVISI) Lihat Buku
    70. BETERNAK AYAM KAMPUNG HEMAT PAKAN & TANPA BAU (ED.REVISI) Lihat Buku
    71. RAMUAN PAKAN TERNAK Lihat Buku
    72. Buku Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan & Tanpa Bau - Abdullah Udjianto Lihat Buku
    73. Beternak Ayam Kampung Hemat Pakan & Tanpa Bau Lihat Buku
    74. [Updatebuku Surabaya] BUKU AGRIBISNIS Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    75. Buku Ajar Komponen Anti Nutrisi Pada Pakan Ternak - ORI Lihat Buku
    76. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - FC Lihat Buku
    77. AG - Membuat Pakan Ternak & Unggas dari Limbah Peternakan Lihat Buku
    78. Deepublish Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW Lihat Buku
    79. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Lihat Buku
    80. BUKU TEKNIK MEMBUAT BISKUIT PAKAN TERNAK Lihat Buku
    81. FarmBig Book Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    82. Farm Big Book: Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    83. PETERNAK ITIK PETELUR DENGAN PAKAN BERBASIS BAHAN LOKAL Lihat Buku
    84. Farm Big Book: Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    85. Farm Big Book: Beternak 11 Pakan Alami Top Lihat Buku
    86. BUKU AGRIBISNIS Teknik Membuat Biskuit Pakan Ternak Dari Limbah Pertanian Lihat Buku
    87. Buku AGRIBISNIS PAKAN TERNAK UNGGAS Jilid 1 SMK Terbaru Lihat Buku
    88. Buku Modul Industri Pakan Ternak Penulis Muhammad Jurhadi Kadir Lihat Buku
    89. Buku Inovasi Manajemen Pakan Ternak – Dr. Desy Cahya Widianingrum, dkk - Ori Lihat Buku
    90. Buku Peluang Budidaya Tanaman Padi Sebagai Penyedia Beras Dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan - Original Lihat Buku
    91. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW Lihat Buku
    92. Buku Inovasi Manajemen Pakan Ternak – Dr. Desy Cahya Widianingrum, dkk - Original Lihat Buku
    93. Buku Peternakan : Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan - BW - Deepublish Lihat Buku
    94. Buku Peternakan : Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan - FC - Deepublish Lihat Buku
    95. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak - BUKU ASLI - DEEPUBLISH Lihat Buku
    96. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - FC - Buku Asli Lihat Buku
    97. Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW - Buku Asli Lihat Buku
    98. DEEPUBLISH - Buku Pengelolaan Hijauan Pakan Ternak dalam Sistem Peternakan Tradisional - BW Lihat Buku
    99. Buku Peluang Budidaya Tanaman Padi sebagai Penyedia Beras Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan Lihat Buku
    100. Buku SMK Kelas X (C2) SMK PETERNAKAN Dasar-dasar Pemeliharaan Ternak (C2) Kelas X - Dasar-dasar Pakan Ternak (C2) Kelas X - Dasar-dasar Kesehatan Ternak (C2) Kelas 10 Lihat Buku

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel