Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik

Berikut ini adalah berkas Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pertanian, Republik Indonesia Tahun 2011. Download file format PDF.

Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik
Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik

Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik:

KATA PENGANTAR

Itik merpakan salah satu jenis temak unggas penghasil telur yang cukup potensial. Pada umumnya, temak itik dipelihara secara tradisional; petemak yaitu menggiring dari lokasi satu ke lokasi lain, dari sawah ke sawah lain terutama setelah selesai panen raya padi. Dengan semakin sempitnya areal penggembalaan dan semakin banyaknya kasus keracunan temak akibat pestisida, maka petemak merubah pola pemeliharaan yakni dikandangkan atau semi intensif.

Itik dikenal juga dengan istilah Sebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut anas domesticus (ternak itik); termasuk itik Turi Bantul.

Pada tahun 2011 melalui kegiatan FEATI, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta melakukan demplot teknologi budidaya itik di UPFMA Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Melalui demplot, diperkenalkan teknologi kandang model panggung, teknologi pakan dari bahan pakan local, teknoloqt penetasan telur, serta teknologi pengolahan telur asin dengan cara diasap. Diharapkan adanya demplot tersebut dapat diadopsi oleh petemak sekitarnya. Untuk mempercepat transfer teknologi kepada masyarakat luas, disusun buku Budidaya itik, yang menguraikan pemilihan bibit, perkandangan, pakann pengendalian penyakit serta pengolahan hasil telur-daging dan analisa usaha temak itik.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

I. Pendahuluan
II. Pembibitan
III. Perkandangan
IV. Pakan Itik
V. Pengenalan Beberapa Penyakit Panting Itik
VI. Penanganan Pasca Panen dan Teknologi Pengolahan

Sumber Bacaan

PENDAHULUAN

Itik merupakan salah satu jenis ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial. Pada umumnya, ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan menggiring (bahasa Jawa: angon) berpindah dari sawah ke sawah lain terutama setelah selesai panen raya padi. Dengan semakin sempitnya areal penggembalaan dan semakin banyaknya kaus keracunan ternak akibat pestisida, maka peternak merubah pola pemeliharaan yakni dikandangkan atau semi intensif.

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).

Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, lnggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

Pemeliharaan semi intensif, dimaksudkan untuk lebih memudahkan peternak dalam mengontrol kondisi kesehatan, mengontrol reproduksi dan produksi ternak. Dengan penyediaan kandang yang memenuhi persyaratan untuk berkembangnya itik, pemberian pakan yang bergizi, pengawasan kesehatan secara teratur, itik dapat bertelur pada waktunya yakni 5,5-6 bulan.

Beberapa manfaat budidaya itik, yaitu:1) Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri; 2) Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik; 3) Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija; 4) Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun; dan 5) Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

PEMBIBITAN

Pemilihan bibit ternak itik merupakan hal yang harus diperhatikan. Penggunaan bibit yang baik atau unggul panting artinya, sebab produksi telur atau produksi daging dari seekor itik dipengaruhi oleh 30% sifat genetik/ keturunan, dan 70% dipengaruhi oleh lingkungan atau perlakuan dari peternak terhadap ternak yang dipelihara, antara lain tata laksana penyediaan/pemberian pakan, tata laksana reproduksi dan pengawasan kesehatan.

Klasifikasi (penggolonqan) Itik , menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
  1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
  2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
  3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik legal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor. Itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.

Ada tiga cara untuk memperoleh bibit itik yang akan dipelihara. yaitu membuat bibit sendiri, membeli DOD (Day Old Duck/itik umur 1-2 hari bahasa Jawa: meri ), atau membeli itik dara siap bertelur. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa itik tersebut dalam kondisi sehat. 

Pembibitan dengan Cara Menetaskan Telur

Ada dua sumber untuk mendapatkan telur tetas, yaitu dengan cara membeli atau dengan memproduksi sendiri telur tetas tersebut.
  • Apabila telur tetas diperoleh dengan membeli, sebaiknya pembelian dilakukan langsung dari peternakan yang memang khusus memproduksi telur tetas. Hal ini karena pembeli akan mengetahui secara pasti kualitas induk penghasil telur tetas, juga telur yang diperoleh dalam keadaan segar. Makin segar kondisi telur, semakin tinggi daya tetasnya.
  • Apabila telur tetas memproduksi sendiri, maka yang perlu diperhatikan adalah tata laksana pemeliharaan terhadap indukannya. Dianjurkan setiap pemeliharaan 1 ekor jantan, dicampur antara 5-6 ekor betina, sehingga lebih banyak diperoleh telur fertil.
  • Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi, sebaiknya telur tersebut berasal dari induk itik yang meiliki tingkat produktivitas stabil (antara 65-80% ).
  • Telur yang berasal dari induk yang baru pertama kali bertelur, sebaiknya jangan dipilih sebagai telur tetas, sebab biasanya memiliki cankang/kerabang yang tipis, dan anak itik yang dihasilkan kurang sehat.
  • Telur yang berasal dari induk itik terlalu tua (umur lebih dari 3,5 tahun), sebaiknya jangan dipilih sebagai telur tetas. Biasanya anak yang dihasilkan bertubuh kecil dan pertumbuhannya lamban.
  • Telur yang berasal dari induk yang baru mengalami molting (rontok bulu), sebaiknya jangan dipilih. Biasanya telur tersebut terlalu banyak air, kuning telur kecil, sehingga anak yang dihasilkan akan lemah dan kecil.
  • Telur tetas yang dipilih sebaiknya memiliki cangkang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, bentuk telur oval sempurna, mulus tidak retak, dan memiliki berat minimal 65 gram.

Memilih induk bibit yang baik

Memilih induk bibit betina, sebaiknya memiliki kriteria, antara lain:
1) Berat badan sudah mencapai 1,4 kg (pada umur 20 minggu).
2) Ukuran tubuh proporsional, kepala dan leher terlihat sempurna
3) Kepala terlihat bersih dan segar
4) Berkaki kuat dengan gerakan lincah; sayap terlihat rapat dan tidak bergerak ketikan berjalan.

Memilih induk bibit pejantan, sebaiknya memenuhi kriteria antara lain:
1) Berat badan sudah mencapai 1,6 kg (pada umur 20 minggu).
2) Memiliki birahi tinggi/nampak agresif.
3) Memiliki alat kelamin yang tumbuh sempurna
4) Memiliki sifat liar, dan peka terhadap suara atau perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Perawatan Bibit dan Calon Induk

a. Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.

b. Perawatan calon induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5-6 ekor betina.

Pengelolaan Reproduksi dan Perkawinan

Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).

PERKANDANGAN

Beberapa macam kandang yang dapat digunakan untuk pemeliharaan itik, yaitu kandang battery, kandang koloni sitim postal atau kandang koloni sistim ren, atau juga kandang koloni sistim panggung.
Kandang koloni sistim ren banyak disukai oleh petemak, karena dianggap paling praktis. Kandang dapat disekat untuk pemeliharaan itik berdasarkan kondisi umur atau kondisi jenis kelamin itik atau penggolongan berdasarkan kondisi reproduksi dan kondisi kesehatan itik). Pada umumnya, peternak mengelompokkan itik sesuai umumya. Kandang ini memiliki dua ruangan, yakni ruang pertama untuk tempat tidur, istirahat dan bertelur, dan ruang kedua sebagai tempat umbaran, tempat makan, minum dan bercengkerama terutama pada siang hari.

Arah kandang sebaiknya membujur dari selatan ke utara; hal ini untuk memperoleh sinar matahari pagi bagi itik. Atap kandang sebaiknya dibuat miring; di bagian timur dibuat lebih tinggi daripada bagian barat. Luas kandang disesuaikan yakni tidak terlalu sempit, juga tidak terlalu luas, karena itik merupakan jenis unggas yang mudah kaget dan ketakutan. Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi yang ada.

Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Temperatur kandang perlu dijaga yaitu sekitar 39 derajat Celsius.
  2. Kelembaban berkisar antara 60-68%.
  3. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturannya agar tertata sesuai dengan fungsi pada masing-masing bagian kandang.

Ukuran Kandang
  1. Kandang sistim postal (berlantai dari bahan campuran antara pasir, sekam dan kapurtohor). Itik dewasa (umur > 6 bulan) ukuran ideal adalah tiap 1 meter persegi untuk 4 ekor. Jika jumlah itik yang dipelihara sebanyak 600 ekor, maka disediakan kandang yang berukuran 150 m',
  2. Kandang sistim ren/umbaran. Bagian kandang yang tertutup atap (ruang pertama), dapat disediakan ukuran 7-8 ekor/m': untuk ukuran umbaran/ruang terbuka tanpa atap, dapat ditempati 2-3 ekor/m'.
  3. Kandang panggung, dengan lantai dibuat kisi-kisi. Manfaat yang dapat diperoleh dari kandang panggung antara lain, lantai tetap kering karena kotoran dapat secara langsung jatuh ke kolong kandang melalui kisi-kisi lantai. Untuk pakan dan minum disediakan di lantai bawah.
  4. Kandang box; yaitu kandang yang disediakan untuk DOD pada masa pertbuhan, berukuran 1 m' mampu menampung sekitar 50 ekor.

Persyaratan Teknis Lokasi Pembuatan Kandang
  1. Harus memperhatikan tata letak kandang, drainase, sirkulasi udara, mendapat sinar matahari, dan lokasi tersebut dalam kondisi bersih.
  2. Memperhatikan sarana transportasi, sumber pakan, sumber air, tidak bising.
  3. Itik yang dipelihara dalam kandang baterai atau kandang liter perlu dilengkapi dengan umbaran terbatas.

Persyaratan Kandang
  1. Tempat makan dan minum hendaknya dari bahan yang tidak mudah berkarat dan penempatannya mudah dijangkau, mudah dipindahkan, mudah diganti, mudah dibersihkan.
  2. Alat pembersih kandang harus lengkap, alat pembersih dari kandang isolasi tidak diperbolehkan untuk membersihkan kandang itik lainnya.
  3. Alat penerangan harus dapat memberikan kenyamanan itik yang berada di dalam kandang.
  4. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah egg tray, gudang pakan.

PAKAN ITIK

Pada prinsipnya zat gizi yang dibutuhkan itik sama dengan ternak unggas lainnya yaitu Protein, Energi, Vitamin, mineral dan air. Namun secara garis besar, bahan penyusun ransum itik dibagi atas dua bagian yaitu bahan makanan sumber energi dan sumber protein.

Sumber Energi

Sumber energi merupakan porsi terbesar dalam formulasi ransum seperti: jagung kuning, katul, karak, sorgum dan sebagainya. Proporsi sumber energi biasanya mencapai 80-90% dalam formulasi ransum.

Dedak halus
Kandungan gizi:
  • Energi 2400 kkal/kg
  • protein 10, 1 %
  • Lemak 13%
  • Serat kasar 12 %

Jagung
Kandungan gizi:
  • Kalori 3430 kkal/kg (sumber energi yang baik)
  • Protein 9,4%
  • Serat kasar 2 %
  • Jagung kuning mengandung xanthophyl, memberi wama kuning telur yang baik dan wama daging menarik (tidak pucat)
  • Jagung merupakan sumber energi yang paling baik.

Singkong
  • Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah melalui pengolahan misalnya gaplek atau aci.
  • Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%.
  • Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak).
  • Selain umbinya, daun singkong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan itik, baik dalam bentuk tepung ataupun dalam bentuk segar (sebagai hijauan).
  • Tepung daun singkong ini dapat menggantikan kacang hijau dan kedelai sampaijumlah 8%.

Sumber Protein

Sumber protein merupakan bahan pakan dengan harga paling mahal dibanding sumber energi maupun mineral dan vitamin. Bahan pakan dapat digolongkan sebagi sumber protein apabila mengandung protein lebih dari 20%. Proporsi sumber protein dalam ransum sebanyak 10-20%. Sumber protein antara lain : tepung ikan, bekicot, tepung udang, bungkil kedele, koro benguk dan sebagainya.

Bungkil Kelapa
  • Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan ternak.
  • Kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6%
  • Energi metabolis sekitar 1540 - 1745 Kkal/Kg.
  • Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%.

Daun Lamtoro
  • Kandungan protein 22,3%
  • Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin.
  • Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur.
  • Pemberian tidak boleh melebihi 5%.

Daun Turi
  • Tepung daun turi sudah biasa dipergunakan dalam pakan ayam.
  • Daun turi yang berbunga merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%.
  • Daun turi yang berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan sumber protein yang paling baik dengan kandungan asam amino cukup lengkap. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar 51-55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganya pun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi di bawah 8%.
 
Tepung Udang

Tepung udang berasal dari limbah industri udang, sehingga kualitas gizinya tergantung dari bagian yang ikut tergiling. Apabila bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya kulit udangnya saja. Kandungan protein tepung udang berkisar antara 43 - 4 7%.

Bekicot

Hampir 95% dari tubuh bekicot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, yang terbuang hanyalah kotoran dan lendirnya. Cara penanganan bekicot adalah sebagai berikut:
  • Bekicot dipuasakan selama 2 hari agar kotorannya habis
  • Rendamlah dalam air garam dengan perbandingan 1 liter air dengan 50 gr garam dapur, kemudian diaduk selama 15 - 20 menit.
  • Daging bekicot dicuci kemudian masukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit.
  • Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan itik, baik dalam bentuk basah (segar), kering ataupun dalam bentuk tepung, kandungan protein daging bekicot 54,29% . Namun meskipun kandungan protein tepung bekicot tinggi, tetapi pemakaiannya tidak boleh melebihi 10%. Cangkang bekicot dapat digunakan sebagai pakan tambahan menggantikan tepung kapur dan grit.

Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pembentukan tulang, pertumbuhan serta memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi.

Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang (Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P). Pemberian grit yang mengandung Calsium dan Fosfor sangat penting, untuk itik yang sedang giat berproduksi telur. ltik lebih banyak membutukkan Calsium dan Fosfor dari pada ayam untuk pembentukan kulit telur. Apabila itik mengalami kekurangan Calsium dan Fosfor dari makanannya, itik akan mengalami kelumpuhan.

Tepung Tulang
  • Tepung tulang umumnya mengandung Ca antara 24 - 25% dan P antara 12-15%.
  • Karena sifatnya sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.

Tepung Kerang
Tepung kerang merupakan sumber Calcium, mengandung Calcium hampir 36%.
 
Probiotik

Probiotik adalah koloni bibit mikroba non patogen. Dengan menambahkan probiotik dalam ransum, maka ransum yang digunakan menjadi lebih efisien dan kadar amonia lebih rendah sehingga bau menyengat yang biasanya kita cium di sekitar kandang menjadi berkurang karena sifatnya sebagai pengurai. Dengan menambahkan probiotik dalam ransum yang biasa digunakan oleh peternak ternyata hasilnya dapat:
  • meningkatkan produksi telur;
  • penggunaan pakan lebih efisien;
  • kadar air feses (kotoran) lebih rendah dan bau feses di lingkungan kandang menjadi berkurang.

Menyusun Ransum

Menyusun ransum dimaksudkan untuk mendapatkan formulasi ransum sehingga kandungan nutrisi ransum sesuai dengan kebutuhan. Ransum temak dapat disusun dari bahan-bahan lokal, yang ada di sekitar lokasi sehingga harga pakan dapat ditekan. Cara menyusun ransum
Langkah-langkah:
  1. Mengetahui kandungan nutrisi dan harga bahan-bahan pakan yang tersedia
  2.  Menetapkan kandungan nutrisi yang diharapkan
Kandungan nutrisi bahan pakan dapat diketahui dengan analisis di laboratorium. Kandungan nutrisi penting yang harus diketahui dalam menyusun ransum itik yaitu Kandungan protein, kalori dan serat.

Syarat pakan yang baik untuk temak itik:
  1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik, terutama dari sumber protein hewani.
  2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil atau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya.
  3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur.
  4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
  5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar jangan saling berebutan pada waktu makan.

Masa produksi itik

Itik yang dipelihara secara intensip memiliki kemampuan produksi telur sampai usia 74 minggu. Tetapi apabila pemeliharaannya cukup baik, bisa dipertahan-kan sampai usia 144 minggu (setelah mengalami 3 kali rontok bulu).

Pemeliharaan itik masa rontok bulu
  • Itik mengalami rontok bulu (moulting) setelah memproduksi telur selama 9-12 bulan, dan pada saat itu selama 2-3 bu Ian itik akan istirahat, tidak memproduksi telur.
  • Rontok bulu adalah proses terlepasnya bulu yang kemudian diikuti tumbuhnya bulu-bulu baru sebagai pengganti bulu lama. Kejadian rontok bulu pada unggas, merupakan suatu peristiwa alami, bukan disebabkan oleh penyakit.
  • Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberi kesempatan pada alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap-siap memasuki masa produksi berikutnya. Bila bulu-bulu baru sudah sempuma, itik akan bertelur lagi seperti sediakala.

Penerangan cahaya lampu untuk itik

Penerangan cahaya lampu untuk itik yang sedang produksi sangat penting artinya terutama pada malam hari untuk meningkatkan keseimbangan penyerapan vitamin D. Dengan penerangan yang mencukupi, kedewasaan kelamin dan kantong telur, kandungan telur dan pembentukan kulit telur bisa berlangsung sempurna dan keseimbangan kebutuhan akan calsium dan vitamin D terpenuhi.

Selain itu cahaya lampu juga sanggup memberi daya rangsang kelenjar yang bertugas membentuk hormon yang merangsang syaraf mata untuk mempertinggi produksi telur.

Pengaturan cahaya lampu:
  • Kandang ukuran 10 m2 pada itik menjelang bertelur diperlukan lampu 15 watt.
  • Kandang ukuran 10 m2 pada itik masa produksi diperlukan lampu 30 watt.
  • Itik umur 20-23 minggu lampu dinyalakan: 18-00-19.00 WIB.
  • Itik umur 24-27 minggu lampu dinyalakan: 18.00-21.00 WIB.
  • Itik umur lebih dari 28 minggu : 18.00-23.00 WIB.

    Download Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    [Download] Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik.pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Budidaya dan Pengolahan Hasil Itik. Semoga bisa bermanfaat.

    Kami rekomendasikan kepada Anda beberapa berkas dan buku lainnya:

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel