Belajar dari Rumah di Masa Pandemi COVID-19

Berikut ini adalah berkas mengenai Belajar dari Rumah di Masa Pandemi COVID-19. Majalah SMA Edisi 6 Tahun 2020 Belajar dari Rumah. Download file format PDF.

Belajar dari Rumah di Masa Pandemi COVID-19
Belajar dari Rumah di Masa Pandemi COVID-19

Belajar dari Rumah di Masa Pandemi COVID-19

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Majalah SMA Edisi 6 Tahun 2020 Belajar dari Rumah:

Belajar dari Rumah Bukan Hal Baru

Pandemi COVID-19 nyaris melumpuhkan aktivitas manusia, tak hanya kita di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia. Ancaman pandemi ini memang nyata adanya. Karena itu, berbagai langkah konservatif pun dilakukan untuk mencegahnya. Di beberapa negara misalnya melakukan lockdown, sementara di Indonesia pemerintah mengambil langkah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar di beberapa wilayah yang termasuk zona merah COVID-19.

Pun demikian di dalam dunia pendidikan, berbagai langkah pencegahan pun ditempuh. Di antaranya adalah dengan mengalihkan proses pembelajaran dari sekolah ke rumah. Upaya yang kita kenal dengan Belajar dari Rumah (BDR) ini sebagai langkah memutus rantai penularan dengan meliburkan seluruh satuan pendidikan.

Meski di awal kita membutuhkan beberapa adaptasi melaksanakan BDR, tentu pada perjalanannya memunculkan hikmah tersembunyi. Yakni, BDR membuat seluruh anak berada di rumah bersama para orang tua dan anggota keluarga lainnya. Inilah kesempatan bagi anak, juga orang tua, untuk berinteraksi intensif satu sama lain. Termasuk kesempatan anak untuk belajar di rumah dengan bimbingan orang tua. Hal lainnya, kesempatan ini juga tepat untuk membangun komunikasi dalam keluarga, menciptakan kreativitas dan kolaborasi bersama-sama baik dalam proses pembelajaran maupun dalam aktivitas nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Tak hanya itu, di sisi lain BDR sejatinya bukan hal yang baru bagi bangsa ini. Selepas bersekolah, anak-anak Indonesia sudah terbiasa kembali mengulang pembelajaran atau mengerjakan “PR” di rumah, dan bahkan belajar hal keseharian lain di rumah masing-masing, termasuk belajar agama.

Bedanya, saat pandemi ini BDR mendapatkan perhatian dan fokus yang lebih besar, tentu dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Tentu saja menjadi tantangan, namun yang jelas BDR bukan hal baru. Dengan tetap fokus dan keseriusan menjalaninya, yakinlah kita akan mampu menjalaninya dengan baik dan sukses hingga berakhirnya wabah pandemi ini.

Tentu sejalan dengan itu, kita berharap dan berdoa semoga wabah ini segera berlalu dan kehidupan bisa berjalan normal. Semoga.

Tantangan Belajar dari Rumah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi 45,3 juta siswa dan 2,7 juta guru. Indonesia juga memiliki sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Hal ini menjadikan upaya penanganan dampak COVID-19 di dunia pendidikan menjadi tidak mudah dan tak mungkin diseragamkan.

Untuk itu, Kemdikbud terus bersinergi dengan pemerintah daerah dan berbagai pihak untuk memastikan kegiatan belajar dari rumah berjalan sebaik mungkin. Meskipun Mendikbud juga mengakui, di tengah situasi saat ini, pencapaian pendidikan tidak akan optimal. Namun ia tak mau berkecil hati karena hal serupa juga dialami oleh negara lainnya di dunia.

“Kenyataan ini harus kita terima. Kemdikbud melakukan segala daya untuk memperbaiki situasi seperti ini,” ujar Mendikbud.

Sebaliknya, ia berharap krisis akibat pandemi COVID-19, menjadi momentum untuk melakukan observasi dan bereksperimen guna menemukan solusi terbaik saat pandemi sekaligus pendekatan baru dalam pendidikan untuk masa depan. Kemendikbud berupaya, meningkatkan fleksibilitas penggunaan anggaran sekolah untuk menangani krisis. Hal ini diantaranya diwujudkan dengan aturan yang membolehkan dana Bantuan Operasional Sekolah untuk membeli alat kesehatan dan kebersihan diri, serta kuota internet untuk mendukung pembelajaran daring.

Pandemi COVID-19 terbukti mampu mengubah banyak hal dalam sendi kehidupan masyarakat. Pun di dunia pendidikan. Bukan hanya mengubah bagaimana cara belajar, melainkan juga menuntut peran lebih guru dan orang tua dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif. Guru dituntut untuk membiasakan diri memanfaatkan teknologi untuk pengajaran, pun para orang tua, mereka mesti lebih telaten dan berkeringat mendampingi buah hati mereka belajar di rumah.

Dalam pelaksanaannya, tak dimungkiri memang membuat banyak guru kewalahan. Salah satunya disebabkan karena belum terbiasa memanfaatkan teknologi. Sebagian orang tua pun mengalami hal serupa karena belum terbiasa mendampingi anaknya selama berlangsungnya kelas daring.

Persoalan pembelajaran jarak jauh lainnya adalah masih adanya kesenjangan akses internet di sejumlah daerah dan juga pasokan listrik yang belum mumpuni.

Sekolah-sekolah di perkotaan yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi dalam proses belajar mengajar mungkin tak menemui banyak masalah. Namun, sebaliknya bagi sekolah, guru, dan siswa yang baru pertama kali menjalankannya. Apalagi, bagi sekolah yang ada di daerah pinggiran yang minim fasilitas, baik peranti maupun jaringan.

Hal tersebut dirasakan oleh Kepala SMAN 1 Sukasari Purwakarta, Ahmad Rivai. Bagi sebagian pelajar SMAN 1 Sukasari, pembelajaran daring dengan menggunakan perangkat komunikasi masih menjadi kemewahan. Namun, pihaknya telah mengupayakan sebisa yang dapat dilakukan. Ia menyebutkan, setiap guru mata pelajaran diwajibkan membuat tugas-tugas yang nantinya akan diberikan kepada setiap anak didiknya.

Setelah selesai mengerjakan, setiap siswa itupun memfoto hasil tugas yang telah dibuat, lalu dibagian ke grup WhatsApp. Namun, ia telah mewanti-wanti agar tugas yang diberikan tidak membebani siswa.

Ia pun mengakui, selama proses belajar, guru dan siswa menghadapi beberapa kendala. Di antaranya adalah masih ada siswa maupun orang tua siswa yang tidak memiliki handphone pendukung, misalnya handphone berbasis android. Selain itu, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala. “Kami kadang kesulitan menghubungi anak-anak,” ucapnya.

Meski menghadapi kendala, pihaknya terus berupaya mencari solusi agar proses belajar mengajar tetap terlaksana dengan baik. Sebagai jalan tengah, beberapa siswanya menumpang mengirimkan hasil tugasnya melalui handphone milik temannya., “Ada sampai satu nomor kirim beberapa hasil kerjaan kawan-kawannya,” tuturnya.

Tantangan serupa juga dihadapi guru di Kota Cirebon. Seperti ditulis laman AyoCirebon.com, seorang guru SMA bercerita, tak semua siswanya dapat mengikuti proses belajar mengajar (PBM) daring akibat keterbatasan kuota internet. Setidaknya antara 1 s.d. 2 orang siswanya dari setiap kelas tak dapat bergabung dalam PBM daring. Setelah ia telusuri, kebanyakan beralasan karena tak memiliki cukup kuota internet atau jaringan internet bermasalah. Ada pula siswa yang jujur dengan mengatakan kesulitan mengatur waktu selama masa belajar di rumah, misalnya karena bangun kesiangan. Namun tak sedikit pula yang memang kurang peduli dan malas mengerjakan tugas.

Agar ia bisa tetap memberikan nilai bagi siswanya yang tak mengerjakan tugas, ia biasanya bekerja sama dengan ketua kelas masing-masing. Melalui grup percakapan kelas, para ketua kelas ini menjadi penghubung pada siswa yang belum mengerjakan tugas. Ia menegaskan, guru-guru di sekolahnya berusaha memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran, terlebih sekolah juga memberikan jatah kuota internet kepada setiap guru.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) seperti ditulis Tirto.id, juga menerima beragam pengaduan dari peserta didik yang tinggal di Jakarta, Bekasi, Cirebon, Tegal, Pontianak, dan daerah lainnya. Salah satu pengaduan berupa keluhan sejumlah siswa yang merasa terbebani karena mesti mengerjakan tugas dari guru. Selain jumlahnya yang banyak, waktu untuk mengerjakannya pun mepet.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti melihat sebagian guru masih gagap dengan cara baru ini. Hal ini membuat mereka hanya berpikir untuk memberi tugas seperti halnya PBM di kelas. Padahal, tugas dapat berbentuk lain dan lebih menyenangkan, misalnya membaca novel tertentu atau buku cerita apa saja selama beberapa hari, kemudian siswa menuliskan resume.

Di mata Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Heru Purnomo, kebijakan belajar dari rumah adalah langkah tepat untuk menyelamatkan siswa dari paparan virus COVID-19. Namun ia mengingatkan sekolah dan guru harus proaktif dan kreatif meramu konten pembelajaran sehingga pembelajaran jarak jauh ini berlangsung efektif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran jarak jauh tentu tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah dalam hal ini guru. Keberhasilan itu juga bagian dari tanggungjawab orang tua untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus mengambil peran lebih banyak dalam mendampingi anaknya mengikuti pembelajaran jarak jauh.

Hal ini seperti ditegaskan Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji. Selain guru, kata dia, orang tua juga wajib ikut memantau anaknya belajar di rumah. Ia mengingatkan, belajar di rumah, bukan libur. Hal Ini perlu dipahami oleh orang tua dan guru, sehingga proses belajar tetap memiliki target yang sudah ada di kurikulum.

Inovasi saat Pandemi

Kondisi yang belum ideal ini diakui Mendikbud. Meski demikian, ia menyebutkan pembelajaran jarak jauh dengan segala tantangannya, membawa beragam hikmah. “Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia, kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya,” ujar Mendikbud.

Menurut Mendikbud, diterapkannya belajar dari rumah memperlihatkan pentingnya kapasitas adaptasi terhadap teknologi, serta penyediaan infrastruktur pendukung seperti jaringan internet dan listrik. Meskipun di banyak daerah masih harus berjuang dalam mengadopsi teknologi untuk mendukung pembelajaran. “Banyaknya orang yang dipaksa untuk bereksperimen dan mencoba untuk pertama kalinya. Pada akhirnya, hal ini mempercepat proses pengadopsian teknologi ke depannya,” ujarnya.

Pandemi, kata Mendikbud, juga menyadarkan sejumlah pihak bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas di sekolah. Disebutkan Mendikbud, untuk pertama kalinya, guru-guru melakukan pembelajaran secara daring dengan perangkat baru dan menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di mana pun.

Selama pandemi, Kemdikbud juga telah meluncurkan beberapa inovasi khususnya untuk menunjang kegiatan belajar dari rumah bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan internet. Inovasi-inovasi tersebut meliputi kebijakan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pembelian kuota internet bagi guru dan murid, serta penayangan program pembelajaran di stasiun televisi TVRI. Terhitung mulai 13 April 2020, Kemdikbud menghadirkan tayangan-tayangan edukatif untuk membantu anak sekolah dari semua jenjang pendidikan agar dapat menjalani proses Belajar dari Rumah.

“Program Belajar dari Rumah, khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, baik karena tantangan ekonomi maupun letak geografis,” ujar Mendikbud.

Mendikbud menjelaskan, konten pembelajaran dalam program Belajar dari Rumah akan fokus pada literasi, numerasi, dan penumbuhan budi pekerti atau pendidikan karakter. Program Belajar dari Rumah bisa dinikmati oleh anak-anak dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, hingga dewasa.

Tantangan yang muncul akibat pandemi COVID-19 justru dapat mendorong inovasi dalam pendidikan Tanah Air. “Belajar memang tak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari COVID-19,” ajak Mendikbud.

Pendidikan yang Bermakna

Belajar dari rumah, bukan sekadar memberikan tugas kepada siswa. Merujuk pada Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Belajar dari rumah yang dimaksud adalah bagaimana menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Sejauh ini, beberapa daerah sudah menerapkan pola Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah, seperti di Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan surat edaran yang mengimbau guru melaksanakan tugas kedinasan di rumah dan tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh kepada peserta didik dengan memilih platform media pembelajaran yang tersedia. Pun tenaga kependidikan, dapat melaksanakan tugas-tugas administrasi sekolah di rumah.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana mengungkapkan, pihaknya berkolaborasi dengan sejumlah komunitas pendidikan yang memberikan dukungan beberapa platform pembelajaran daring, dan secara sukarela dapat dijadikan pilihan sesuai dengan kondisi sekolah masing masing-masing. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk mencapai kompetensi minimum siswa dalam pelaksanaannya. Program ini menyediakan konten-konten pembelajaran daring yang dapat diakses secara gratis oleh guru, orang tua, dan siswa.

Kota Tangerang Selatan juga telah menerapkan pembelajaran daring sejak 16 Maret 2020. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Taryono mengungkapkan pihaknya membuat edaran tentang belajar dari rumah dan guru-guru bekerja dari rumah. Hanya ada beberapa guru yang bergiliran piket di sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Pembelajaran daring dilakukan dengan disesuaikan kemampuan masing-masing sekolah. Belajar menggunakan teknologi digital, di antaranya Google Classroom, Rumah Belajar, dan lain-lain. Masing-masing guru memberikan tugas sekaligus mendampingi anak didiknya belajar melalui aplikasi percakapan. “Guru juga harus berkoordinasi dengan orang tua, bisa lewat panggilan video maupun foto untuk memastikan ada interaksi,” ujarnya.

Kebijakan serupa juga diterapkan di Provinsi Kalimantan Barat, Sebagian besar guru membagikan materi pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan di rumah secara daring. Guru yang tergabung dalam Komunitas Guru Belajar Daerah (KGBD) Sanggau, misalnya, membuat grup di platform WhatsApp dan Telegram baik bagi siswa maupun bagi orang tua siswa.

Timur Setiawan guru di SMA Negeri 7 Pontianak menyampaikan beberapa metode pembelajaran secara daring yang telah diterapkannya. Di antaranya melalui portal Rumah Belajar dan penyampaian materi melalui file berformat .pdf yang dibagikan melalui media sosial.

Di Kota Bogor, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Fahrudin, semua sekolah mulai jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan SMK telah melaksanakan PBM daring. Dinas Pendidikan, kata dia, memberikan keleluasaan pada guru untuk berkreasi menciptakan materi pembelajaran. Hasilnya, ada guru yang membuat video pendek ataupun menggunakan kanal lain yang mendukung pembelajaran. Kreativitas memang berjalan untuk pembelajaran jarak jauh.

Jangan Memindahkan Sekolah ke Rumah

Kreativitas memang menjadi kunci untuk mewujudkan PBM daring yang menyenangkan. Hal ini penting karena dalam pelaksanaan belajar dari rumah saat ini tak dapat dimungkiri masih menyisakan masalah. Di antaranya banyak orang tua yang kerepotan karena banyaknya tugas yang diberikan oleh sekolah. Soal ini, tak dimungkiri merupakan buah dari adanya salah penafsiran sebagian orang tua peserta didik dan bahkan guru mengenai “belajar di rumah selama masa pandemi COVID-19. Sebagian sekolah terkesan hanya memindahkan proses pembelajaran dari kelas ke rumah.

Padahal, konsep awal belajar dari rumah adalah bagaimana mewujudkan proses pembelajaran yang melibatkan guru dan orang tua untuk mewujudkan pendidikan yang bermakna, tidak hanya berfokus pada capaian akademik atau kognitif. Jadi bukan hanya tugas melulu, melainkan bagaimana memberikan pendidikan yang bermakna, termasuk kecakapan hidup dan pemahaman mengenai pandemik COVID-19.

Sebagai upaya untuk menegakkan proses belajar mengajar di tengah Pandemi COVID-19, Kemendikbud telah mengatur kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 Kemendikbud yang di dalamnya membahas empat hal, yaitu: Pertama, mendorong pembelajaran secara daring baik interaktif maupun non-interaktif. Meskipun banyak yang tidak dapat melakukan pembelajaran daring karena terbatasnya teknologi, namun yang terpenting adalah bagaimana pembelajaran itu tetap terjadi meskipun berada di rumah. “Tanpa menargetkan pencapaian kurikulum, jangan memindahkan sekolah ke rumah. Tapi pilihlah materi esensial yang perlu dilakukan di rumah,” kata Plt. Dirjen PAUD Dikdasmen Hamid Muhammad.

Kedua, memberikan pendidikan kecakapan hidup yang kontekstual dan sesuai dengan kondisi anak. Ketiga, pembelajaran di rumah harus sesuai dengan minat dan kondisi anak. Keempat, untuk tugas dan seterusnya dapat dinilai secara kualitatif dan memberikan motivasi pada anak.

Hal terpenting lainnya untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran jarak jauh adalah kolaborasi. Soal ini Hamid menegaskan, kolaborasi antara guru, orang tua, dan siswa merupakan kunci kesuksesan proses belajar mengajar dari rumah. Tanpa kolaborasi tersebut, pembelajaran dari rumah yang menyenangkan sulit terwujud. “Kunci utama kesuksesan belajar dari rumah adalah komunikasi yang baik antara guru, orang tua dan siswa. Kolaborasi ini yang harus dibangun,” kata Hamid.

Regulasi BDR Masa Pandemi

Pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), menjadi prioritas utama bagi Kemendikbud. Termasuk dalam penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR) sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

    Download Majalah SMA Edisi 6 Tahun 2020 Belajar dari Rumah

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Majalah SMA Edisi 6 Tahun 2020 Belajar dari Rumah ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel