Modul Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013

Berikut ini adalah berkas Modul dan Silabus Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013. Download file format PDF.

Modul Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013
Modul Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013

Modul Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Modul dan Silabus Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013:

Modul Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013 ini diterbitkan oleh: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan - Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Modul Dinamis: Modul ini merupakan salah satu contoh bahan ajar pendidikan kesetaraan yang berbasis pada kompetensi inti dan kompetensi dasar dan didesain sesuai kurikulum 2013. Sehingga modul ini merupakan dokumen yang bersifat dinamis dan terbuka lebar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing, namun merujuk pada tercapainya standar kompetensi dasar.

MODEL SILABUS KURIKULUM PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C

PENGANTAR

Pembelajaran pada pendidikan kesetaraan dilaksanakan dalam berbagai strategi, sesuai dengan karakteristik peserta didik, oleh karena itu dalam rangka memberikan arah pencapaian kompetensi dari setiap mata pelajaran perlu adanya panduan bagi tutor untuk menjabarkan rencana pembelajaran dalam bentuk silabus. Silabus merupakan suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar.

Silabus ini adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran dan indikator dan kegiatan pembelajaran. Pada silabus ini tidak mencatumkan alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar dengan harapan waktu belajar, penilaian serta sumber belajar ditentukan oleh tutor bersama peserta didik.

Pada model silabus ini juga memuat tentang kerangka pengembangan kurikulum, pembelajaran dan kontekstualisasi pada pendidikan kesetaraan, agar para penyelenggara pendidikan kesetaraan dan para tutor memahami dasar-dasar pengembangan pendidikan kesetaraan. Model silabus ini disajikan untuk tiap mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan kesetaraan, satuan pendidikan dapat mengembangkan lebih detail tiap tingkatan kompetensi atau bentuk lain yang seuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.

MODEL SILABUS KURIKULUM PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C 

PENDAHULUAN

Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan mengacu dan melalui kontekstualisasi kurikulum pendidikan formal yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta disesuaikan dengan masalah, tantangan, kebutuhan dan karakteristik pendidikan kesetaraan. Lulusan pendidikan kesetaraan diharapkan dapat mengisi ketersediaan ruang-ruang publik di masyarakat dengan berbagai aktifitas sosial, ekonomi, dan budaya secara kreatif dan inovatif sehingga pendidikan kesetaraan bukan hanya sebagai pendidikan alternatif untuk mengatasi masalah, tetapi juga bersifat futuristik untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendorong perkembangan kemajuan masyarakat.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu menyusun perencanaan dan melaksanakan proses pembelajaran serta merencanakan dan melaksanakan penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu, ketepatan, efisiensi dan efektivitas strategi pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi lulusan.

Dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan kesetaraan, perlu memadukan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara menyeluruh melalui unjuk kerja yang utuh. Pendidik/tutor dalam merancang pembelajaran dan menyediakan sumber belajar seperti sarana dan prasarana pembelajaran, alat peraga, bahan, media, sumber belajar lingkungan sosial dan alam, maupun sumber belajar lainnya, hendaknya memperhatikan kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik kelompok belajar dan masyarakatnya minat dan kebutuhan peserta didik.

Kontekstualisasi kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan digunakan sebagai dasar untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran kesetaraan, yaitu menggunakan pendekatan tematik, fungsional, kontekstual, berbasis kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik, karakteristik pembelajaran orang dewasa dan menerapkan strategi pembelajaran melalui tatap muka, tutorial dan belajar mandiri secara terpadu. Dengan demikian, silabus dan RPP untuk suatu mata pelajaran atau tema pembelajaran tertentu disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari kelompok belajar, pendidik, budaya dan lingkungan belajar masyarakatnya.

Model silabus yang dikembangkan ini diharapkan dapat menjadi acuan, pedoman, inspirasi, referensi atau diadaptasi, diadopsi dan digunakan pendidik/tutor, satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan dalam menyusun silabus pembelajaran dan RPP yang lebih tepat, kreatif, efektif, efisien, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan, kapasitas dan karakteristik peserta didik dan satuan pendidikan.

KOMPETENSI MATA PELAJARAN

Secara umum, tujuan kurikulum mencakup empat dimensi kompetensi, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, yang dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Dalam belajar sejarah sebagai bagian dari ilmu sosial, pemahaman konsep sering diawali melakukan generalisasi sebagai suatu pernyataan yang menghubungkan konsep dengan fenomena, pengalaman, atau peristiwa nyata. Untuk belajar sejarah, peserta didik perlu dimotivasi dengan mempresentasikan suatu materi sejarah yang menghubungkan dengan jelas masa lalu dan masa kini peserta didik. Sehingga peserta didik dapat membuka wawasan yang lebih luas terhadap pemahaman sebagai individu dan masyarakat.

Kompetensi yang harus dicapai dalam mempelajari seharah secara umum adalah kemampuan memahami sejarah secara individu (personalizing history), kemampuan untuk menemukan “kebenaran sejarah”, dan dapat memaknai perspektif waktu. Peserta didik diharapkan memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan terhadap pencapaian Bangsa Indonesia dan bangsa lain di masa lalu melalui pemahaman terhadap kehidupan Bangsa Indonesia dan Bangsa lain di masa lalu; dapat berorientasi pada kehidupan masa kini dan masa depan dengan didasarkan pengalaman masa lalu; memahami dan mampu menangani isu-isu kontroversial untuk mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakatnya; dan memahami perkembangan internasional dalam menelaah fenomena aktual dan dan isu-isu global.

Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan belajar sejarah, yaitu menggunakan cara berpikir sistematis berdasarkan urutan waktu yang menghubungkan suatu peristiwa yang terjadi pada tempat yang sama untuk kurun waktu tertentu atau peristiwa yang terjadi secara bersamaan di tempat yang berbeda. Melalui berfikir berdasarkan urutan waktu ini, diharapkan dapat memberikan pandangan kepada peserta didik bahwa suatu peristiwa itu ada urutannya, ada proses, semua berkaitan, dan tidak ada yang instant.

Secara khusus, mata pelajaran Sejarah Peminatan Program Paket C Setara SMA/MA untuk mencapai kompetensi sebagai berikut.
  1. Memahami sejarah sebagai ilmu, sumber sejarah, dan Berfikir sejarah;
  2. Mampu menganalisis peristiwa sejarah dan kaitannya dengan Manusia Purba Indonesia dan Dunia;
  3. Mampu melakukan penelitian dan penulisan sejarah tentang keterkaitan antara satu peristiwa sejarah dengan peristiwa sejarah lainnya;
  4. Mampu menentukan pokok pikiran (konsep atau teori), mengevaluasi fakta dan hubungan sebab akibat peristiwa sejarah mengenai Perkembangan negara-negara tradisional di Indonesia, Indonesia pada masa penjajahan, Revolusi besar dunia dan pengaruhnya, Kebangkitan heroisme dan kebangsaan Indonesia, Proklamasi dan perkembangan negara dan bangsa Indonesia.
  5. Mampu mengevaluasi fakta dan hubungan sebab akibat, mencipta atau merekonstruksi peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan berkaitan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Dunia pada masa Perang Dingin dan perubahan poilitik global, Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN MATA PELAJARAN

Pembelajaran Sejarah dimulai dengan pertanyaan yang menarik bagi peserta didik mengenai topik-topik sejarah. Ketika siswa mulai merasa bahwa sejarah memiliki beberapa nilai sebagai alat untuk memahami dan mengelola kehidupan mereka sendiri, maka seseorang mulai memiliki keterikatan secara emosional untuk mempelajari lebih baik. Terjadi perubahan prilaku dari sekedar menerima informasi dari guru dengan mencari sumber lain yang relevan untuk membuka wawasan terhadap pemahaman sejarah masa lalu terhadap dunia saat ini.

Pembelajaran diarahkan untuk dilakukan secara mandiri dengan bimbingan atau pengaruh pendidik secara tidak langsung. Namun pembelajaran juga masih dimungkinkan dilakukan melalui bimbingan pendidik secara langsung. Berikut adalah teknik pembelajaran yang dapat dilakukan. 
  1. Belajar mandiri (independent study), perlu dirancang baik dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan peserta didik, serta pemilihan materi pembelajaran yang bermakna untuk penugasan ini. Pendidik juga harus memperkirakan bahwa peserta didik akan menyelesaikan tugas ini dengan dengan bimbingan yang terbatas untuk materi yang dipilih dalam jangka waktu yang ditentukan.
  2. Bermain peran (role playing), sangat membantu peserta didik memahami dengan baik perspektif orang lain. Banyak peserta didik kesulitan mamahami “baik” dan “buruk” yang sangat tergantung dari persepsi orang yang memberikan pendapat, dapat dipahami melalui bermain peran. Melalui bermain peran dapat memberikan pendekatan yang masuk akal untuk membuat peserta didik peka terhadap pandangan dunia tentang orang lain.
  3. Simulasi (simulation), didesain agar peserta didik dapat membayangkan suatu kejadian dalam dunia nyata. Misalnya, peserta didik melakukan simulasi sebagai calon walikota dan merasakan nuansa politik menjelang pemilihan. Dia tidak benar-benar menjadi calon walikota, tetapi dia memiliki pengalaman menjadi calon walikota.
  4. Debat (debate), umum debat terbagi dalam dua kelompok yaitu pro dan kontra, namun yang terpenting dalam melakukan debat adalah dukungan data atau bukti yang mendukung pernyataan (baik pro maupun kontra). Topik atau tema yang kontrovesial menjadi tema yang menarik untuk diperdebatkan.
  5. Curah pendapat (brainstorming), pendekatan ini digunakan untuk memikirkan beberapa alternative kebijakan/ penyelesaian. Umumnya tema curah pendapat berupa dilema, masalah, atau situasi yang dirancang oleh pendidik agar peserta didik mencari alternatif pemecahaan yang baru tidak sekedar kebijaksanaan yang konvensional.
  6. Belajar kelompok (team learning), sangat efektif untuk memotivasi peserta didik belajar. Melalui belajar kelompok ini, peserta didik belajar bekerja sama untuk memahami suatu konsep atau materi.
  7. Diskusi (discussion), metode ini umum digunakan dalam pembelajaran ilmu sosial. Peran pendidik sebagai pemantau agar semua peserta didik dapat terlibat secara aktif dan pembelajaran menjadi produktif. Untuk itu peserta didik harus memiliki kemampuan untuk memfokuskan kembali jalannya diskusi bila sudah tidak sesuia dengan bahasan, menjelaskan bila ada hal yang kurang jelas, menyimpulkan, menerima pendapat peserta didik, dan membuktikan pendapat dengan fakta-fakta atau logika berfikir yang logis.
  8. Ceramah (lecture), bisa menyebabkan peserta didik menjadi bosan dan menjadi pasif, serta umumnya memaksakan peserta didik untuk dapat menerima informasi yang banyak dalam waktu yang singkat. Agar efektif pendidik perlu merancang ceramah selama 15 atau 20 menit mengenai informasi dasar, lewat dari itu peserta didik sudah tidak dapat berkonsentrasi.

Umumnya sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah berupa buku teks yang menyediakan informasi utama atau dasar. Umumnya buku teks menyajikan kenyataan sangat berbeda dengan pengalaman sebagian besar peserta didik. Untuk itu diperlukan sumber lain untuk melengkapi buku teks yang dapat berupa.
  1.  Sumber asli (original source materials), dapat berupa bahan publikasi untuk umum, surat-surat, koran, atau sumber bersejarah lainnya. Sumber asli ini umumnya sudah jarang digunakan dan dituliskan dalam Bahasa yang sulit dipahami oleh peserta didik. Namun saat ini, sudah ada penerbitkan berdasarkan sumber asli ini kepada umum, hanya perlu peran pendidik untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
  2. Sumber media (media resources), dapat berupa produksi televisi, permainan, film documenter, dan rekaman audio untuk memberikan peserta didik perspektif terhadap karakter sejarah.
  3. Eksposisi sejarah (the history exposition), sebuah kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan agar publik bisa lebih mengenal Sejarah yang disajikan.
  4. Sejarah lisan (oral history), melibatkan peserta didik secara langsung dengan orang yang memiliki pengalaman pribadi yang penting terhadap suatu kejadian sejarah.

Asesmen atau penilaian pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur dan memberi keputusan pencapaian hasil belajar peserta didik. Ruang lingkup penilaian mencakup penilaian kompetensi sikap (aƫtitude) yang ditekankan melalui pembiasaan, pembudayaan dan keteladanan, serta penilaian kompetensi pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang dilaksanakan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

Penilaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan teknik penilaian tes dan nontes. Teknik penilaian tes terdiri atas tes tulis, tes lisan, tes praktek atau penugasan lainnya. Untuk materi soal yang membutuhkan lebih banyak waktu penilaian dapat diberikan melalui penugasan yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas, dapat berupa pekerjaan rumah (PR) atau proyek tertentu, baik secara individual ataupun kelompok. Penilaian pengetahuan meliputi:
  1. pemahaman dalam mendeskripsikan konsep, peristiwa sejarah dan hubungan antar peristiwa sejarah;
  2. penyajian dan penafsiran fakta dan hubungan sebab akibat suatu peristiwa sejarah;
  3. penalaran dan pembuktian dalam merekonstruksi peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan. 

Penilaian keterampilan digunakan untuk mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Penilaian dilaksanakan dalam bentuk tes praktik; produk; projek mulai dari merancang, melaksanakan dan melaporkan; penilaian portofolio dari sekumpulan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu; dan/atau teknik lainnya sesuai karakteristik kompetensi.

KONTEKTUALISASI PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM PENDIDIKAN KESETARAAN

Kontekstualisasi kurikulum dilakukan sesuai dengan tantangan pendidikan kesetaraan tanpa mengubah atau menurunkan standar kualitas atau kompetensi lulusan yang hendak dicapai sebagaimana terdapat dalam pendidikan formal. Dengan demikian, akan mudah dioperasionalisasikan dan diwujudkan di dalam praktek penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dari
segi konten, konteks, metodologi dan pendekatan dengan menekankan pada konsep-konsep terapan, tematik dan induktif yang terkait dengan permasalahan sehari-hari. Kontekstualisasi yang dilakukan mencakup konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi kata kerja operasional dan rumusan kalimat sehingga mudah diajarkan/dikelola oleh pendidik (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapaiannya (measurable assessable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Pembelajaran kesetaraan menerapkan prinsip pedagogik (mendidik) dan andragogik (belajar mandiri) sesuai latar belakang peserta didik yang terdiri atas usia sekolah dan dewasa. Strategi pembelajaran harus relevan kebutuhan kehidupan keseharian peserta didik, mengkaitkan dengan cara-cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan, menerapkan kenyamanan belajar dan sistem evaluasi diri dalam suasana saling menghormati, menghargai, dan mendukung.

Pembelajaran pada program pendidikan kesetaraan menggunakan pendekatan pembelajaran tatap muka antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar; tutorial yang berupa bantuan atau bimbingan belajar oleh tutor kepada peserta didik dalam membantu kelancaran proses belajar mandiri; dan/atau belajar mandiri. Dalam menyusun perencanaan, pendidik perlu mengelola materi pembelajaran untuk tatap muka, tutorial dan/atau mandiri sesuai dengan kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik dari peserta didik, lingkungan belajar dan budaya masyarakat, serta kompleksitas dari kompetensi dan materi pembelajaran.

Pembelajaran tatap muka difokuskan pada kompetensi atau materi pembelajaran yang sulit dan kompleks sehingga perlu dibahas secara intensif bersama peserta didik. Pembelajaran tutorial difokuskan pada kompetensi atau materi pembelajaran yang tidak terlalu sulit atau kompleks sehingga strategi pembelajaran dimulai dengan pendalaman materi oleh peserta didik secara mandiri sebelum proses tutorial dan pelaksanaan tutorial dalam bentuk pembahasan, pemberian umpan balik dan verifikasi pencapaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik.

Pembelajaran mandiri difokuskan pada kompetensi atau materi pembelajaran yang dipastikan oleh pendidik dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik dengan bahan ajar atau modul yang telah disiapkan sehingga pendidik cukup melakukan penilaian hasil belajar peserta didik dalam bentuk tes maupun non tes. Pembelajaran mandiri dapat dilakukan peserta didik secara individual ataupun berkelompok serta membutuhkan disiplin diri, inisiatif, motivasi kuat dan strategi belajar yang efisien dari berbagai bahan ajar yang relevan, serta mengikuti program tutorial dari pendidik, pusat sumber belajar ataupun media lainnya.

Peran utama pendidik dalam proses pendidikan kesetaraan adalah mendorong kemandirian belajar, berpikir dan berdiskusi; menjadi pembimbing, fasilitator, dan mediator dalam membangun pengetahuan, sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri; memberikan bimbingan dan panduan agar peserta didik secara mandiri memahami materi pembelajaran; memberikan umpan balik, dukungan dan bimbingan, memotivasi peserta didik mengembangkan keterampilan belajarnya.

SILABUS MATA PELAJARAN

Silabus merupakan garis-garis besar kegiatan pembelajaran dari mata pelajaran/tema tertentu untuk mencapai kompetensi dalam kurikulum melalui materi pembelajaran dan dilengkapi dengan indikator pencapaian kompetensi untuk memandu penilaiannya. Pengembangan silabus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, kapasitas dan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan dan budaya masyarakat, sehingga silabus antar satuan pendidikan bisa berbeda.

Silabus digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisi rincian materi pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran dan proses penilaian pembelajaran untuk mencapai seperangkat kompetensi dasar dan/atau indikator pencapaian kompetensi melalui tema/subtema tertentu yang kontekstual, dengan menggunakan bahan ajar, modul, sarana, media dan alat pembelajaran, serta sumber belajar lainnya. RPP disusun oleh pendidik/tutor untuk satu pertemuan atau lebih sesuai dengan dinamika dan kebutuhan, kondisi, kapasitas dan karakteristik peserta didik. Langkah pengembangan silabus minimal adalah sebagai berikut.
  1. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD), yaitu mengurutkan pasangan KD pengetahuan dan KD keterampilan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi.
  2. Menentukan materi pembelajaran yang memuat konsep, fakta, prinsip atau prosedur yang bersifat umum dan lengkap sesuai dengan keluasan dan kedalaman KD. Materi harus aktual, kontekstual, dan faktual, terkini serta relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
  3. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi yang merupakan karakteristik, ciri, tanda atau ukuran keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi yang digunakan sebagai acuan penilaian kompetensi. Strategi dalam merumuskan indikator adalah SMART, yaitu simple (sederhana), measurable (dapat diukur atau diamati pencapaiannya), attributable dan reliable (merupakan rumusan utama/kunci/pokok yang dapat dipastikan bahwa kompetensi tercapai melalui rumusan indikatornya dan handal), dan timely (dapat dilakukan proses penilaian dengan waktu cukup dan efektif). Kriteria perumusan indikator: a. Satu KD minimal dirumuskan dua indikator karena indikator merupakan rincian dari KD. Jumlah dan variasi rumusan indikator disesuaikan dengan karakteristik, kedalaman, dan keluasan KD, serta disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan b. Kata kerja yang digunakan dalam indikator tidak lebih tinggi dari kata kerja dalam KD. Misalkan, KD “mendeskripsikan ….”, maka tidak disarankan merumuskan kata kerja indikator “menganalisis perbedaan ….” c. Perumusan indikator bersifat kontekstual disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan ketersediaan sarana, media, alat pembelajaran, dan sumber belajar lainnya serta disesuaikan dengan kondisi dan kapasitas peserta didik, lingkungan belajar dan satuan pendidikan. d. Rumusan indikator berbeda dengan tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada gambaran proses dan hasil belajar yang diharapkan dilaksanakan selama proses belajar.
  4.  Mengembangkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai seperangkat kompetensi berdasarkan materi pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk memandu penilaiannya. Pengembangan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, kapasitas dan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan dan budaya masyarakat. Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran perlu diperhatikan: a. melakukan analisis konteks terhadap aktivitas pembelajaran yang mungkin dilaksanakan sesuai dengan karakteristik KD dan kapasitas satuan pendidikan (ketersediaan sarana, sumber belajar, pendidik, dan sebagainya) b. merumuskan aktivitas pemebelajaran secara garis besar yang runtut, bervariasi, interaktif, dan komprehensif sesuai karakteristik peserta didik. c. rancangan kegiatan pembelajaran memperhatikan karakteritik pendidikan kesetaraan yang pelaksanaannya bersifat tatap muka, tutorial, dan belajar mandiri. d. perlu dipastikan kegiatan pembelajaran yang dirancang menjadi sarana untuk mencapai KD secara optimal.

Silabus dapat diperkaya atau dilengkapi dengan perkiraan alokasi waktu untuk menuntaskan pencapaian kompetensi, garis besar penilaian yang memberikan petunjuk tentang bentuk, jenis instrumen penilaian dan rumusan tugas yang perlu dikembangkan, serta sumber belajar yang meliputi alat, media, bahan ajar (buku, modul), sarana pembelajaran, sumber belajar alam dan sosial, serta lainnya yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi, indikator dan kapasitas peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran matematika menjadi mudah diajarkan/dikelola oleh pendidik (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapaiannya (measurable assessable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik. 

Pendidik menyusun sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara rinci dan dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan, kondisi, kapasitas dan karakteristik pendidik, peserta didik, satuan pendidikan dan budaya masyarakat melalui tema/ subtema tertentu yang kontekstual sebagai penjabaran dari silabus. RPP disusun oleh pendidik/tutor untuk satu pertemuan atau lebih. Komponen RPP minimal adalah sebagai berikut.

1. Identitas lembaga/kelompok belajar dan alokasi waktu

2. Tema/subtema
Tema/subtema dipilih dan ditetapkan secara kontekstual berdasarkan silabus yang disesuaikan dengan kondisi, kapasitas dan karakteristik kelompok belajar dan masyarakatnya, serta dikaitkan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

3. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran dipilih berdasarkan silabus dan memuat secara rinci konsep atau topik pembelajaran sesuai dengan tema/subtema pembelajaran.

4. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
Perangkat kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dari setiap dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dipilih dan diuraikan yang sesuai dengan tema pembelajaran pada silabus. Kriteria dan rumusan indikator pencapaian kompetensi dapat diubah atau disesuaikan dengan tema, materi, kebutuhan dan karakteristik pembelajaran.

5. Langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran dipilih dan diuraikan secara rinci tahapan aktifitas belajar peserta didik yang sesuai dengan dengan tema, materi, kebutuhan dan karakteristik pembelajaran keaksaraan. Langkah pembelajaran dapat memuat kegiatan awal, inti dan penutup.

6. Penilaian
Penilaian pembelajaran berisi alat/instrumen dan rubrik penilaian yang disesuiakan dengan karakteristik kompetensi dan indikator yang harus dicapai peserta didik.

7. Media, alat dan sumber belajar
Media, alat dan sumber belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran, alat peraga, media, bahan ajar dan sumber belajar dari lingkungan sosial dan alam yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi, kapasitas dan karakteritik kelompok belajar.

    Download Modul Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Modul dan Silabus Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Download Modul 1 Sejarah PAKET C Setara SMA MA - Dari Masa Lalu untuk Masuk Depan.pdf
    Download Modul 2 Sejarah PAKET C Setara SMA MA - Menyusuri Peristiwa, Kisah dan Seni dalam Sejarah.pdf
    Download Modul 3 Sejarah PAKET C Setara SMA MA - Napak Tilas Manusia Indonesia.pdf
    Download Modul 4 Sejarah PAKET C Setara SMA MA - Jejak Peradaban Dunia dalam Konteks Masa Kini.pdf
    Download Modul 5 Sejarah PAKET C Setara SMA MA - Reportase Sejarah.pdf
    Download Modul 6 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XI - Jayalah Maritimku Jayalah Indonesiaku.pdf
    Download Modul 7 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XI - Merancang Masa Depan yang Gemilang.pdf
    Download Modul 8 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XI - Semangat Melawan Penjajah di Asia Afrika.pdf
    Download Modul 9 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XI - Galang Rasa Nasionalisme Indonesia.pdf
    Download Modul 10 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XI - Perjuangan Meraih Kemerdekaan.pdf
    Download Modul 11 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XII - Lahirnya Macan Asia.pdf
    Download Modul 12 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XII - Kemajuan di Era Global.pdf
    Download Modul 13 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XII - Merajut yang Terkoyak.pdf
    Download Modul 14 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XII - Jalinan Organisasi Internasional bagi Kita.pdf
    Download Modul 15 Sejarah PAKET C Setara SMA MA Kelas XII - Dunia di Ambang Batas.pdf
    Download Silabus PAKET C Setara SMA MA Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Modul dan Silabus Sejarah (Peminatan) PAKET C Setara SMA MA Kurikulum 2013. Semoga bisa bermanfaat.

    Kami rekomendasikan juga berkas lainnya:

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel