Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung

Berikut ini adalah berkas Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung. Author: Muryanto, Pramono, Djoko Penerbit: LOKA AKSARA, Tahun Terbit: 2014. Download file format PDF.

Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung
Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung

Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung:

Ayam Kampung atau sering disebut dengan ayam buras merupakan aset komoditas Indonesia yang memiliki peran penting dalam masyarakat khususnya di pedesaan. Buku ini memuat aspek-aspek teknologi yang penting seperti teknik pemeliharaan, perkawinan dengan inseminasi buatan, cara menyusun ransum ayam, dan lain-lain. Buku ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan terhadap komoditas ayam kampung baik dari penelitian laboratorium maupun dari lapangan sehingga menampilkan kondisi yang nyata agar dapat diadopsi oleh pengguna. Selain itu, dilengkapi dengan referensi dari berbagai sumber Ayam kampung berfungsi sebagai sumber protein juga sebagai sumber pendapatan karena ayam dapat langsung dijual saat membutuhkan uang tunai. Peternakan ayam kampung sendiri merupakan jenis peternakan rakyat, karena ayam kampung dipelihara di hampir semua agroekosistem, bahkan pada kondisi lingkungan yang penuh keterbatasan ayam kampung dapat hidup.

KATA PENGANTAR

Ayam Kampung atau sering disebut dengan ayam buras merupakan aset komoditas Indonesia yang memiliki peran penting dalam masyarakat khususnya di pedesaan. Dalam rangka mendukung pengembangan ayam kampung di Indonesia maka diperlukan peningkatan kemampuan/kapasitas peternak dan pelaku lainnya terhadap aspek-aspek penting yang berkaitan dengan budi daya ayam kampung. Di sisi lain, telah banyak dilakukan upaya berupa peningkatan sarana, program pelatihan, kegiatan penelitian dan pengembangan dan lain sebagainya. Namun pengaruhnya terhadap peningkatan populasi ayam kampung masih relatif kecil yaitu 5,7% per tahun (Dirjen PKH, 2013).

Dalam rangka mendukung upaya peningkatan produktivitas ayam kampung di Indonesia, maka disusun buku "Sukses Budi Daya Ayam Kampung". Buku ini memuat aspek-aspek teknologi yang penting seperti teknik pemeliharaan, perkawinan dengan inseminasi buatan, cara menyusun ransum ayam, dan lain-lain. Buku ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan terhadap komoditas ayam kampung baik dari penelitian laboratorium maupun dari lapangan sehingga menampilkan kondisi yang nyata agar dapat diadopsi oleh pengguna. Selain itu, dilengkapi dengan referensi dari berbagai sumber.

Buku ini sangat baik digunakan oleh para peternak yang mempunyai kemauan untuk maju, bahan pegangan bagi penyuluh di lapangan, sesuai sebagai bahan/materi kuliah bagi mahasiswa dan sebagai referensi bagi pejabat pengambil kebijakan. Dengan terbitnya buku ini, semoga dapat ikut berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas ayam kampung di Indonesia.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi 
Daftar Tabel
Daftar Gambar

Pendahuluan

Ayam Kampung Indonesia
A. Asal Usul Ayam Kampung Indonesia
B. Keragaman Ayam Kampung Indonesia

Sistem Pemeliharaan
A. Sejarah Perkembangan Budi Daya Ayam Kampung
B. Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung

Pembibitan
A. Kebijakan Pembibitan Ayam Kampung
B. Penelitian Pembibitan Ayam Kampung 
C. Teknologi Pendukung Pembibitan

Inseminasi Buatan
A. Tujuan Inseminasi Buatan
B. Manfaat Inseminasi Buatan
C. Teknik Inseminasi Buatan

Pakan
A. Tujuan Pemeliharaan Ayam Kampung
B. Sistem Pemeliharaan
C. Contoh Pembuatan Pakan Ayam

Karkas dan Bagian-Bagiannya
A. Keragaman Pertumbuhan Bagian Tubuh dan Potongan Karkas Ayam Kampung
B. Hubungan antara Potongan Tubuh dengan Bobot Potong
C. Hubungan antara Potongan Karkas dan Bobot Karkas

Pengolahan Hasil dan Pemasaran
A. Pohon Industri Ayam Kampung
B. Pengolahan Produk Ayam Kampung
C. Pemasaran Produk Ayam Kampung

Daftar Pustaka
Tentang Penulis

PENDAHULUAN

Ayam kampung atau ayam buras mempunyai peran penting bagi kehidupan masyarakat khususnya petani di pedesaan. Ayam kampung berfungsi sebagai sumber protein juga sebagai sumber pendapatan karena ayam dapat langsung dijual saat membutuhkan uang tunai. Peternakan ayam kampung sendiri merupakan jenis peternakan rakyat, karena ayam kampung dipelihara di hampir semua agroekosistem, bahkan pada kondisi lingkungan yang penuh keterbatasan ayam kampung dapat hidup.

Populasi ayam kampung di Indonesia tahun 2013, sebanyak 290.455.201 ekor. Populasi tertinggi ada di Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 41.828.668 ekor, disusul Jawa Timur sebanyak 32.625.833 ekor, Jawa Barat sebanyak 29.112.107 ekor, dan Sulawesi Selatan sebanyak 22.370.680 (Dirjen PKH, 2013). Dengan populasi yang tinggi dan tersebar tersebut, maka ayam kampung memberi sumbangan yang besar terhadap pemeliharanya. 

Pada tahun 2004, kerugian yang dialami peternak akibat flu burung mencapai lebih dari 500 milyar rupiah per bulan.

Besarnya populasi ayam kampung tersebut apabila diupayakan peningkatan produktivitasnya, akan menjadi aset nasional yang tinggi nilainya. Lebih lanjut pada pemeliharaan di tingkat petani dengan sentuhan input teknologi tepat guna, diikuti perbaikan manajemen pemeliharaan akan memberikan nilai tambah yang cukup berarti dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional. Mansjoer (1989) melaporkan bahwa sumbangan ayam kampung terhadap produksi daging nasional sebesar 28%, sedangkan sumbangan terhadap produksi telur nasional sebesar 11,5%.

Peternakan ayam kampung antara tahun 2004-2005 sempat terganggu dengan adanya kasus serangan penyakit flu burung. Adanya serangan flu burung ini berpengaruh terhadap rencana pengembangan sentra produksi dan produktivitas dari ayam kampung sendiri. Dampak negatif lainnya adalah terhadap suplai produk ayam kampung yang cenderung menurun. Namun, pengaruhnya terhadap permintaan ayam kampung tidak signifikan artinya hanya sebentar menurun, kemudian normal lagi. Masyarakat tidak lagi takut untuk mengonsumsi daging atau telur ayam kampung.

Kondisi di atas dapat menjadi tantangan bagi kita untuk segera mengembalikan kejayaan peternakan ayam kampung. Permintaan yang terus meningkat belum diimbangi dengan peningkatan populasi, sehingga pengembangan ayam kampung mempunyai prospek yang sangat bagus. Upaya ini perlu diimbangi dengan dukungan ketersediaan sarana produksi mulai dari bibit, pakan, perkandangan, obat, penyiapan sumberdaya manusia dan dukungan kebijakan baik teknis dan kelembagaan. 

Kelemahan yang dimiliki ayam kampung adalah laju reproduksi dan pertumbuhannya lambat. Laju reproduksi yang lambat ditunjukkan dengan produksi telur yang rendah dan mempunyai sifat mengeram, sehingga membutuhkan waktu untuk bertelur kembali. Produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara tradisional hanya 45 butir/ekor/tahun atau setara dengan 12,5% per hari. Muryanto, et al. (1993) melaporkan bahwa untuk memproduksi 38 butir telur dibutuhkan waktu 210 hari, dengan rincian 38 hari untuk berproduksi, 68 hari mengeram dan 104 hari istirahat bertelur.

Di samping itu masih terdapat kendala yaitu, sistem pemeliharaan di tingkat petani yang masih tradisional (seadanya) dengan pemilikan ayam yang rendah. Seperti diketahui bahwa pemeliharaan ayam kampung merupakan back yard farming. Pemeliharaan yang demikian menyebabkan perhatian petani terhadap ayam yang dipelihara sangat kurang, sehingga sangat rentan terhadap penularan penyakit dan menyulitkan tindak pencegahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kematian ayam yang tinggi, petani tidak merasa rugi atau dianggap hal yang biasa. Dari berbagai informasi pengamatan di lapangan, diketahui penyakit yang sering menyerang dan menimbulkan kematian tinggi adalah tetelo (New Castle Desease/NCD), gumboro, dan flu burung.

Dalam rangka mendukung pengembangan ayam kampung di Indonesia maka diperlukan peningkatan kemampuan/kapasitas peternak terhadap aspek-aspek penting yang berkaitan dengan budidaya ayam kampung. Di sisi lain, telah banyak dilakukan upaya berupa peningkatan sarana, program pelatihan, kegiatan penelitian dan pengembangan dan lain-lain. Namun pengaruhnya terhadap peningkatan populasi ayam kampung masih relatif kecil yaitu 5,7%/th (Dirjen PKH, 2013).

Anak ayam usia di bawah dua bulan sangat rentan terhadap penyakit sehingga angka kematiannya tinggi. 

Dalam rangka peningkatan produktivitas ayam kampung, maka telah banyak dilakukan penelitian mulai di tingkat laboratorium sampai pada penelitian pengembangan di lapangan berkerjasama dengan peternak. Banyak informasi tentang keberhasilan dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan ayam kampung yang diperoleh dari penelitian tersebut. Untuk itu, informasi-informasi perlu dikemas dalam bentuk buku agar dapat digunakan sebagai referensi bagi peternak, penyuluh, dan pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan ayam kampung di Indonesia. 

AYAM KAMPUNG INDONESIA

Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya komersial dan tidak berasal dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial. Ayam kampung merupakan salah satu ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara.

Istilah ayam kampung pada awalnya untuk membedakan dengan ayam ras. Pada perkembangan kemudian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan ayam lokal unggul, kini dikenal dengan sebutan ayam buras (ayam bukan ras) dengan perbaikan teknik budidaya.

Ayam kampung yang mempunyai istilah ilmiah Gallus domesticus mempunyai daya produksi daging dan telur yang bervariasi, mempunyai keunggulan tertentu sekaligus sebagai ciri khas, seperti produksi telur, mempunyai suara merdu, warna bulu yang menarik, dan lain sebagainya. Keunggulan produksi maupun keunggulan lainnya perlu dipelajari dengan tujuan agar dapat dilestarikan, ditingkatkan atau dimanfaatkan bagi kesejahteraan peternak di Indonesia.

Asal Usul Ayam Kampung Indonesia

Nenek moyang ayam kampung adalah ayam liar atau ayam hutan. Hutt (1949) dan Jull (1951) menyatakan bahwa nenek moyang ayam digolongkan dalam genus Gallus yang mempunyai 4 spesies yaitu Gallus gallus (Red Jungle Fowl) atau ayam hutan merah, Gallus varius (Green Jungle Fowl) atau ayam hutan hijau, Gallus sonneratti (Grey Jungle Fowl) atau ayam hutan abu-abu dan Gallus lafayetti atau ayam hutan Ceylon. Ayam hutan merah sering disebut Gallus bankiva atau Gallus ferrugineus terdapat di Indonesia yaitu di Sumatera, juga di Semenanjung Malaysia, India bagian Timur, Thailand dan Mianmar. Ayam hutan hijau dikenal pula sebagai Gallus javanicus atau Gallus furcatus atau lebih sering disebut sebagai ayam hutan Jawa, terdapat di Pulau Jawa dan pulau-pulau sekitarnya. Ayam hutan abu-abu terdapat di India bagian barat dan timur. Ayam hutan Ceylon sesuai dengan namanya terdapat di Ceylon atau Sri Lanka.

Dua spesies ayam asli Indonesia yaitu ayam hutan merah dan ayam hutan hijau, sudah ribuan tahun dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat Indonesia, namun karena kondisi lingkungan dan adat-istiadat yang berbeda-beda, maka timbul keanekaragaman di antara ayam lokal di Indonesia. Utoyo (2002) melaporkan bahwa saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 30 bangsa ayam kampung baik yang masih besar keragamannya maupun yang spesifik. Ayam kampung yang mempunyai keragaman besar baik bentuk fisik, maupun produktivitasnya banyak terdapat di kampung-kampung di Indonesia dan umumnya dipelihara secara tradisional.

Internasional Livestock Research Institute (ILRI) yang bermarkas di Etiophia, menyebutkan bahwa ayam lokal Indonesia mempunyai keunikan dibandingkan dengan ayam lokal dari negara Asia lainnya. Keunikannya adalah citarasa dagingnya yang khas, sifat mengeramnya tinggi, namun produksi telurnya relatif rendah. Dagingnya kenyal berisi, tidak lembek dan kadar lemak rendah, tahan terhadap proses pengolahan (tidak mudah hancur), kandungan nutrisi tinggi dan mengandung 19 jenis protein dan asam amino (www.sentralternak.com). Keunggulan lainnya adalah mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat kekebalan tinggi, dan hemat biaya pakan.

Ayam kampung menurut Hardjosworo (1995) mempunyai nilai sosial-ekonomi tinggi bagi petani dan dagingnya mempunyai keunikan sehingga disukai oleh konsumen serta nilai jualnya tinggi, namun secara kuantitas ketersediaannya tidak dapat melebihi ayam ras. Hal ini disebabkan karena laju reproduksi dan pertumbuhannya lambat.

Keragaman Ayam Kampung Indonesia

Sejarah ayam kampung, pada awalnya dimulai dari generasi pertama ayam kampung sebagai keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus), yang kemudian dipelihara oleh masyarakat. Pada zaman Kerajaan Kutai, ayam hutan merupakan salah satu komoditas persembahan bagi raja sebagai upeti dari masyarakat setempat. Oleh karena citarasa dagingnya disukai oleh raja, kemudian ayam tersebut selalu dipelihara dan diternakkan oleh rakyat untuk raja.

Ayam lokal yang berkembang dari berbagai daerah di Indonesia mempunyai keragaman yang bervariasi meliputi nama, sifat kuantitatif, kualitatif dan mempunyai keunggulan serta ciri khas tertentu. Beberapa contoh diantaranya adalah ayam kedu dari daerah Magelang dan Temanggung dan sekitarnya atau eks Karesidenan Kedu di Jawa Tengah; ayam nunukan dari Pulau Tarakan Kalimantan Timur; ayam pelung dari Kabupaten Cianjur, Sukabumi Provinsi Jawa Barat dan sekitarnya; ayam sumatra dari Provinsi Sumatra Barat; ayam kokok belenggek dari Sumatra Barat; tepatnya di pedalaman Kabupaten Solok; ayam gaok dari Pulau Puteran Kabupaten Sumenep Madura; dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih dalam ayam kampung Indonesia, di bawah ini dijelaskan beberapa ayam kampung Indonesia yang sudah ditetapkan sebagai galur atau rumpun asli Indonesia.

SISTEM PEMELIHARAAN

Budi daya ayam kampung di Indonesia mempunyai sejarah panjang. Cerita-cerita yang berlatar belakang legenda masa lalu banyak yang mengisahkan tokoh cerita dengan ayam peliharaannya. Sebelum mengetahui bagaimana sistem pemeliharaan ayam kampung saat ini, pembaca dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan budi daya ayam kampung di Indonesia.

Sejarah Perkembangan Budi Daya Ayam Kampung

Sistem pemeliharaan ayam kampung di Indonesia, sampai sekitar tahun 1970, masih banyak dipeliharaan dengan sistem tradisional (ekstensif), karena belum banyak perhatian peternak terhadap upaya untuk meningkatkan produksi. Sekitar tahun 1980, pemerintah menetapkan kebijaksanaan untuk peningkatan produktivitas dan pengembangan ayam buras melalui program intensifikasi, yang dikenal sebagai program INTAB (Intensifikasi Ayam Buras).

Pada dekade tahun 1990-1996, sistem pemeliharaan ayam kampung telah menunjukkan adanya perkembangan yang pesat, dicirikan adanya perubahan sistem pemeliharaan dari cara-cara tradisional menjadi semiintensif dan bahkan intensif. Tujuan pemeliharaan juga sudah terarah baik untuk spesialisasi memproduksi telur konsumsi, dan penjualan ayam (penggemukan/ daging untuk potongan). Dampak dari perkembangan pemeliharaan ayam buras tersebut telah menumbuhkan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan.

Pengamatan Dirdjopratono, et al., (1994) pada Kelompok Tani Ternak Ayam Buras (KTT-AB) di Jawa Tengah, menunjukkan telah tumbuh beberapa industri kecil skala rumah tangga seperti pembuatan mesin tetas, pembuatan kandang batere bambu, usaha pemotongan ayam, dan kerajinan sulak (bulu ayam). Berkembangnya usaha pemeliharaan ayam buras tersebut, menjadikan ayam buras sebagai komoditas andalan yang strategis dalam upaya peningkatan pendapatan dan berusaha bagi petani kecil di pedesaan.

Di Jawa Tengah tercatat 4 kabupaten yang telah menunjukkan perkembangan dalam pemeliharaan ayam buras (sentra produksi) yaitu: Pemalang, Temanggung, Banyumas, dan Purbalingga. Di daerah tersebut, ayam buras dipelihara secara intensif dan semiintensif. Pada pemeliharaan intensif tujuan usahanya adalah untuk produksi telur konsumsi, sedang untuk memproduksi bibit dan ayam potong jumlahnya masih terbatas. Namun untuk wilayah lainnya secara umum masih banyak yang dipelihara secara ekstensif.

Pada tahun 1997-1998, perkembangan pemeliharaan ayam kampung dan ternak lainnya mengalami kemerosotan yang tajam. Hal ini terjadi karena pada tahun 1997 terjadi krisis moneter. Krisis ini berpengaruh terhadap usaha ayam kampung. Pada awalnya, harga bahan pakan naik terus-menerus, sedangkan harga produknya berupa telur tetas, anak ayam, dan ayam siap potong kenaikannya tidak seiring dengan kenaikan harga bahan pakan, sehingga peternak selalu kehabisan modal. Kondisi ini menyebabkan ditutupnya usaha ayam kampung yang dibudidayakan secara intensif atau semiintensif dan akhirnya pemeliharaan ayam kampung kembali seperti semula yaitu dipelihara secara tradisional.

Perkembangan budidaya ayam kampung kembali bergairah setelah krisis moneter yaitu sekitar tahun 2000 sampai awal tahun 2003. Pada tahun 2003 sampai 2004 terjadi penurunan perkembangan budi daya ayam kampung, karena pada saat itu terjadi wabah flu burung atau Avian Influenza (AI). Penyakit ini menimbulkan kematian pada ternak ayam petelur, ayam pedaging, ayam kampung, puyuh, itik dan entog. Informasi jumlah kematian ayam petelur, pedaging, ayam buras dan puyuh yang dilaporkan dan dicatat antara bulan Agustus sampai Desember 2003 adalah 1.029.808 ekor atau 0,9 % dari total populasi unggas di Jawa Tengah (110.610.281 ekor). Namun jumlah kematian yang sebenarnya sulit diduga, karena tidak semua kasus kematian akibat penyakit tersebut dilaporkan (Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2004).

Diagnosa dari 22 kabupaten di Jawa Tengah yang banyak terjadi kasus kematian unggas, 9 kabupaten dinyatakan posistip terserang penyakit AI dari strain H5N1. Sembilan kabupaten yang positip terserang AI adalah kabupaten Semarang, Kendal, Temanggung, Sragen, Pekalongan, Purbalingga, Wonosobo, Banyumas, dan Karanganyar (Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2004, Balitvet, 2004).

Setelah penyakit flu burung dapat diatasi walaupun belum tuntas, perkembangan budi daya ayam kampung tidak banyak mengalami perubahan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perhatian pemerintah dan peternak pada umumnya terfokus pada komoditas ternak sapi. Perhatian pada ternak sapi ini karena adanya program Percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K) dari tahun 2010 sampai 2014. Namun, perkembangan ternak sapi di Indonesia dengan program PSDS/K yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan daging nampaknya masih perlu didukung dengan pengembangan komoditas ternak lainnya termasuk ayam kampung.

Dengan kondisi yang demikian dapat diprediksi bahwa pasca program PSDS/K yang akan berakhir pada tahun 2014, maka komoditas ayam kampung dapat digunakan sebagai komoditas pendukung penyediaan daging di Indonesia. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun peternak perlu menyiapkan segala aspek yang terkait dengan pengembangan ayam kampung. Pemerintah perlu mendukung dengan kebijakan atau regulasi, sedang peternak menyiapkan diri dengan meningkatkan kapasitas atau ketrampilannya mulai dari bibit, pakan, kesehatan dan manajemen pemeliharaan. Tidak kalah penting perlu adanya perhatian terhadap aspek kelembagaan, karena ayam kampung dipelihara oleh peternak dalam skala kecil yang membutuhkan kebersamaan usaha dalam kelompok.

Populasi ayam kampung di Indonesia yang tinggi dan tersebar di seluruh wilayah mempunyai prospek yang baik dalam menyediakan daging. 

Sejarah perkembangan budi daya ayam kampung di Indonesia mulai dari tahun 1970 sampai saat ini, dapat diambil hikmahnya dan dapat digunakan sebagai salah satu acuan atau bahan pertimbangan untuk mengembangkan ayam kampung. Selama kurun waktu tersebut, telah dilakukan beberapa kegiatan penelitian dan kajian yang merupakan evaluasi dari sistem pemeliharaan ayam kampung. Hasil-hasil dari evaluasi tersebut sangat bermanfaat dalam rangka menyiapkan pengembangan ayam kampung pada tahun-tahun mendatang.

Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung

Menyadari peran ayam buras sebagai komoditas yang mempunyai kontribusi terhadap pendapatan petani di pedesaan, maka pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan peran ayam buras bagi keluarga tani melalui program intensifikasi, yang dikenal sebagai program INTAB (Intensifikasi Ayam Buras). Program ini dilaksanakan melalui pendekatan kelompok tani dengan menerapkan Sapta Usaha meliputi teknologi bibit, pakan, kandang, kesehatan, manajemen, pascapanen, dan pemasarannya. Upaya pengembangan kelembagaan petani (kelompok-kelompok tani) merupakan strategi dalam pembangunan subsektor peternakan. Namun demikian dalam perjalannya pelaksanaan program INTAB tersebut belum sesuai dengan harapan.

Dalam hal sistem pemeliharaannya, telah ditunjukkan adanya perkembangan yang dicirikan dengan adanya perubahan sistem pemeliharaan dari cara-cara tradisional menjadi semiintensif dan bahkan sudah ada yang melaksanakan secara intensif. Perubahan sistem pemeliharaan tersebut mampu meningkatkan produksi telur dan pertumbuhan ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan sistem semi intensif pada kandang umbaran terbatas, produksi telurnya 18,4% hen day, sedang pada pemeliharaan intensif pada kandang batere, produksi telurnya dapat mencapai 34,8% hen day (Muryanto et al. 1994a; Muryanto et al. 1995c). Pada pemeliharaan tradisional produksi telurnya hanya 12%.

Berkembangnya sistem pemeliharaaan tersebut berdampak positif terhadap tujuan pemeliharaan yang mengarah pada spesialisasi usaha untuk memproduksi telur konsumsi, telur tetas, anak ayam, dan ayam siap potong (penggemukan). Pemeliharaan sistem semi-intensif dilakukan dengan menambah input produksi berupa pakan secara terbatas dan pemeliharaan pada kandang umbaran terbatas. Sistem semi intensif digunakan untuk tujuan produksi daging dan produksi telur tetas atau anak ayam bila dilengkapi dengan penetasan, sedang pada sistem intensif dikhususkan untuk memproduksi telur konsumsi.

Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung untuk Memproduksi Telur (Konsumsi)

Sistem pemeliharaaan untuk memproduksi telur konsumsi merupakan implementasi dari pemeliharaan ayam buras sistem intensif. Pada sistem ini, ayam dipelihara pada kandang batere individu, sehingga produksi telur masing-masing ayam dapat diketahui. Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan keberlanjutan usaha ayam buras untuk tujuan produksi telur (konsumsi), dan secara ekonomis akan menentukan untung-ruginya usaha tersebut. Peternak dalam memberikan pakan pada ayamnya berupa campuran yang terdiri atas bahan pakan diantaranya: bekatul, jagung giling, konsentrat, tepung ikan, mineral, vitamin dan hijauan. Namun persentase bahan pakan tersebut seperti yang dilaporkan oleh Muryanto et al., (1995a) yang mengamati usaha pemeliharaan ayam buras di Jawa Tengah, sangat bervariasi baik antarkelompok tani ternak ayam buras maupun antarpeternak dalam kelompok. Dilaporkan juga bahwa bahan yang banyak digunakan adalah bekatul (50-62,5%), dan jagung (18-35%) dan konsentrat (7,5-20%).

Besarnya persentase bahan-bahan pakan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pakan atau kandungan gizi pakan. Sehingga apabila terjadi perubahan bahan pakan, maka secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Sebagai gambaran dicontohkan beberapa susunan pakan yang banyak digunakan oleh anggota kelompok tani ternak ayam buras di Jawa Tengah (Tabel 11). Pakan tersebut berdasarkan analisis kimia diketahui mempunyai kandungan protein antara 13-16% dan energi 2200-2400 kkal. Dengan pakan tersebut produksi telur rata-rata berkisar antara 30-40% hen day.
Namun, demikian pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa perlu diperhatikan kualitas bahan penyusun dan teknik pencampuran pakan. Penurunan kualitas salah satu bahan pakan misalnya bekatul karena dicampur dengan serbuk gergaji atau tepung ikan dicampur dengan tepung tulang atau bahan lain, dapat menurunkan produksi telur 10-20% bahkan lebih. Secara sederhana, kualitas bahan pakan dapat diketahui dengan menelusuri asalnya atau sumber dan proses pembuatannya.

Faktor lain dalam aspek pakan yang dapat merugikan atau sulit dikontrol oleh peternak adalah fluktuasi harga bahan dan kontinyuitas pengadaan bahan pakan. Kedua faktor ini saling terkait, bila bahan pakan sedikit tersedia di pasaran sedang permintaannya banyak, maka harga bahan tersebut menjadi mahal. Hampir semua bahan pakan harganya semakin tinggi, namun khusus bekatul, jagung dan konsentrat persentase peningkatan harganya cukup tinggi. Masalah yang muncul adalah tidak seimbangnya kenaikan harga bahan pakan dibandingkan dengan kenaikan harga telur ayam, sehingga peternak mengalami kerugian.

Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menyediakan beberapa alternatif pakan dengan susunan yang berbeda namun kualitasnya hampir sama. Beberapa susunan bahan pakan seperti pada Tabel 11, dapat dijadikan sebagai alternatif apabila terjadi kenaikan harga katul, jagung giling, dan konsentrat. Perubahan harga bahan pakan dapat juga diatasi dengan mencari bahan-bahan lain yang dapat menggantikan salah satu bahan penyusun pakan seperti yang dilaporkan Dirdjopratono et al. (1992), bahwa sorgum putih dapat menggantikan jagung hingga 30% tanpa mempengaruhi produksinya, meskipun indeks warna kuning telur nilainya menurun.

Hasil pengamatan pada dua Kelompok Tani Ternak Ayam Buras (KTT-AB) di Kabupaten Purba- lingga, dan Temanggung menunjukkan bahwa usaha memproduksi telur konsumsi merupakan usaha yang paling banyak diminati peternak. Hal ini disebabkan karena pendapatan peternak dapat diperoleh setiap hari, sehingga biaya produksi khususnya untuk pakan dan obat-obatan dapat dipenuhi dari penjualan telur yang diproduksi. Dari 2 KTT-AB yang diamati hampir semua peternaknya (95%) memelihara ayam buras dengan tujuan memproduksi telur konsumsi (Muryanto et al.,1998).


Teknologi yang dimanfaatkan dan sangat berpengaruh terhadap usaha pemeliharaan ayam petelur ini diantaranya perkandangan, pakan, di samping manajemen pencegahan penyakit. Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan ayam buras untuk tujuan memproduksi telur konsumsi adalah kandang batere individu dengan ukuran 20 x 20 x 40 cm dengan posisi lantai miring agar telur yang diproduksi dapat keluar dari kandang. Di samping itu, peternak juga menerapkan teknologi mengurangi lama mengeram dengan memandikan ayam yang sedang mengeram dan mencampur dengan pejantan. Teknologi ini telah dilaporkan oleh Muryanto dan Subiharta (1992), yang ternyata mampu meningkatkan produksi telur. Teknologi seleksi sederhana juga dilakukan dengan mengeluarkan ayam-ayam yang produksinya rendah dan diganti dengan ayam baru yang diperkirakan mempunyai produksi tinggi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata produksi telur ayam buras 35% ± 4,5% dengan bobot telur rata-rata 36,9 g/butir, data selengkapnya disajikan pada Tabel 12. Produksi ini hampir sama dengan laporan Muryanto et al. (1995b) yaitu 33,9% yang memberikan pakan dengan kandungan protein 13,6% dan energi 2.300 kkal, sedangkan Yuwono et al. (1995) melaporkan bahwa dengan susunan pakan yang mengandung protein 14-16% dan energi 2.400-2.700 kkal, produksi telurnya berkisar antara 33-39,8%. 

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa faktor pakan sangat berpengaruh terhadap produksi telur, namun pada sistem pemeliharaan ini perlu juga memperhatikan aspek lingkungan, khususnya suhu dan kelembapan. Hal ini disebabkan karena ayam kampung adalah ternak yang tidak mempunyai kelenjar keringat, panas tubuh dibuang melalui dubur bersama kotoran, dan melalui mulut dengan cara terengah-engah. Dengan kondisi yang demikian, bila terjadi perubahan panas atau lembap yang ekstrim pada lingkungannya akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh ayam, akibatnya dapat menurunkan produksi dan kualitas telur. Secara rinci penjelasan tentang pengaruh lingkungan khususnya suhu dan kelembapan terhadap produksi telur adalah sebagai berikut.

Hubungan Suhu Lingkungan dengan Produksi Telur

Suhu lingkungan merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap terhadap produktivitas ternak, karena suhu lingkungan sangat berkaitan dengan produksi panas yang dihasilkan tubuh ternak.  Oleh karena itu, kenyamanan lingkungan dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi di dalam tubuh dengan panas yang dikeluarkan oleh tubuh ke lingkungannya (Edey et al. 1981).

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa kepedulian terhadap lingkungan yang baik pada ayam diawali dengan menyediakan kandang yang nyaman. Lingkungan kandang yang nyaman mencakup perlindungan ayam terhadap perubahan iklim, sehingga ayam tetap berproduksi normal walaupun terjadi perubahan suhu. Peningkatan suhu lingkungan pada ayam muda akan meningkatkan konsumsi air, kecepatan respirasi, suhu tubuh dan menyebabkan stress. Selain itu, dapat menurunkan konsumsi pakan, konsumsi oksigen, tekanan darah, level kalsium darah, bobot badan, produksi telur, bobot telur, kualitas kerabang, ketebalan kerabang.

Pada kondisi suhu tinggi, panas tubuh yang dihasilkan oleh ayam rendah, ini akan berpengaruh langsung terhadap penurunan konsumsi pakan. Hubungan antara produksi panas yang dihasilkan tubuh dengan suhu kandang tersebut adalah tidak linier. Terdapat kisaran suhu yang dapat ditolelir oleh tubuh ayam sehingga ayam masih dapat berproduksi dengan normal. Batas suhu terendah (Lower Critical Temperature/LCT) adalah 19°C dan yang tertinggi (Upper Critical Temperature/UCT) 27°C, sedangkan rata-ratanya 23°C. Bila suhu lingkungan lebih rendah dari UCT, maka ayam akan berusaha menghasilkan panas tubuh agar tubuh tidak kedinginan. Pada suhu lebih dari 27°C, ayam akan berusaha memompa darah ke arah jengger, pial, kaki dan sebagainya agar kapasitas kedinginan tubuh meningkat.

Pemeliharaan Ayam Kampung untuk Memproduksi Telur Tetas

Usaha ayam kampung (buras) untuk memproduksi telur tetas menggunakan teknologi pakan, perkandangan, manajemen dan seleksi yang hampir sama dengan usaha pemeliharaan ayam buras untuk tujuan produksi telur konsumsi. Perbedaannya pada usaha ayam buras untuk tujuan memproduksi telur tetas dengan memanfaatkan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Teknologi IB ini telah disederhanakan agar peternak dapat melaksanakannya dengan baik. Bahan dan alat yang digunakan mudah didapat dan harganya relatif murah, di samping itu alat-alat yang digunakan tersebut dapat dimodifikasi dengan meng- gunakan alat yang ada di sekitar peternak.

Teknologi IB yang diterapkan adalah IB secara langsung, artinya semen tidak diawetkan tetapi langsung digunakan. Pengencer yang digunakan adalah NaCl fisiologi 0,9% dengan derajat pengenceran 1 : 6. 

Setiap induk diinseminasi dengan 0,1-0,2 ml semen yang telah diencerkan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata fertilitas telur hasil IB 70-80%. Keberhasilan IB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
(1) kualitas sperma,
(2) keterampilan petugas/inseminator, dan
(3) kesiapan ayam.

Kualitas sperma dapat diketahui dengan menggunakan mikroskop, apakah sperma normal, hidup dan sebagainya. Sperma yang tidak baik apabila diinseminasikan akan menghasilkan telur dangan fertilitas yang rendah. Keterampilan dalam menginseminasi dilakukan dengan berlatih secara kontinyu. Pejantan yang akan diambil spermanya dan induk yang akan diinseminasi sudah dilatih terlebih dahulu, untuk pejantan biasanya membutuhkan waktu 7 hari, sedangkan untuk induk bisa 1-2 hari. Induk yang akan diinseminasi harus sedang bertelur, sebab apabila tidak bertelur maka sperma yang diinseminasi sia-sia karena tidak membuahi telur. Jadi, fertilitas telur masih dapat ditingkatkan apabila ketiga faktor tersebut dipenuhi.

Penerapan teknologi IB menghasilkan telur fertil/tetas yang harganya lebih tinggi dibandingkan telur konsumsi, sehingga pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha pemeliharaan ayam buras yang hanya memproduksi telur konsumsi. Di samping itu, telur yang tidak fertil yang dihasilkan dengan teknologi IB masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi dengan catatan bahwa pemeriksaan fertil tidaknya telur dilakukan maksimal umur 5 hari dalam mesin tetas, dengan demikian telur tersebut mempunyai nilai ekonomis. Berdasarkan analisis ekonomi menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat dari pemeliharaan 100 ekor ayam buras dengan introduksi teknologi IB meningkat 117,8 % dibandingkan tanpa IB.

Pemeliharaan Ayam Kampung untuk Memproduksi Anak Ayam

Keuntungan yang diperoleh dari usaha pemeliharaan ayam kampung untuk memproduksi telur tetas masih dapat ditingkatkan lagi dengan memanfaatkan teknologi penetasan, sehingga hasil akhirnya adalah anak ayam umur sehari (Day Old Chick/DOC). Berdasarkan perhitungan ekonomi keuntungan pada pemeliharaan ini meningkat sebesar 81,4% dibandingkan dengan usaha memproduksi telur tetas. Peningkatan keuntungan ini cukup tinggi, hal ini disebabkan bila daya tetas telurnya tinggi 70-80%. Namun, sering dijumpai di lapangan bahwa daya tetas telur yang ditetaskan menggunakan mesin tetas rendah bahkan gagal. Hal ini disebabkan 3 faktor penting dalam proses penetasan kurang diperhatikan yaitu:
(1) kelembapan mesin
(2) temperatur mesin dan
(3) keterampilan petugas.

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam menetaskan telur diantaranya:
(1) sumber panas/alat pemanas harus selalu tersedia dengan temperatur antara 101-105°F (30-38°C),
(2) air sangat diperlukan, bersama dengan temperatur akan mengatur kelembapan mesin yaitu antara 60-70%. Selain itu, perlu diperhatikan lubang udara/ventilasi dapat berfungsi sebagai pengatur sirkulasi oksigen dan pemutaran telur harus dilakukan dengan benar. Periode kritis telur dalam mesin tetas adalah 3 hari setelah masuk mesin tetas dan 3 hari sebelum menetas (Rasyaf,1987).

Masalah yang sering dijumpai pada penetasan dengan mesin tetas skala kecil (tradisional) adalah sulitnya mengatur/mempertahankan kelembapan, sehingga sering dijumpai kematian embrio yang disebabkan oleh rendahnya kelembapan mesin. Oleh karena itu, disarankan agar memperluas atau mempersempit permukaan air yang digunakan dan menambah atau mengurangi lubang udara yang ada pada mesin tetas sehingga kelembapan optimal (60-70%) pada saat telur akan menetas dapat tercapai.

Kegagalan penetasan dapat terjadi bila temperatur mesin menurun drastis, akibat dari matinya aliran listrik, sehingga untuk menghindari kejadian tersebut perlu merancang mesin tetas yang mempunyai dua sumber pemanas yaitu listrik dan lampu minyak (Muryanto et.al. 1996b).

Alat penetas telur lain yang digunakan dapat berupa induk ayam buras dan entog. Penggunaan entog sebagai penetas disarankan hanya dilakukan pada lokasi-lokasi yang sudah terbiasa menggunakannya, sebab apabila belum terbiasa dapat menyebabkan kematian embrio dan anak yang baru menetas (Muryanto et al., 1995b). Sedangkan kapasitas optimal-nya adalah 12 butir untuk induk ayam buras (Subiharta et al., 1984), dan 19 butir untuk entog (Muryanto et al., 1995b). Pada penetasan yang menggunakan ayam dan entog sebagai alat penetas disarankan untuk menggunakan sangkar yang berbentuk kerucut (40 x 40 x 20 cm), karena dapat menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sangkar bentuk kotak (Subiharta et al., 1994). Kegagalan penetasan dapat terjadi bila temperatur mesin menurun dratis. 

Pemeliharaan Ayam Kampung untuk Memproduksi Ayam Siap Potong (Penggemukan)

Usaha penggemukan anak ayam jantan merupakan usaha ayam kampung yang mempunyai propek positif. Laporan Yuwono et al., (1993) menyebutkan bahwa permintaan ayam kampung muda terus meningkat dan permintaan tersebut sampai saat ini belum dapat dipenuhi. Survei di Solo (Pasar Silir) dan Semarang (Pasar Kobong) menunjukkan bahwa persentase ayam muda yang dipasarkan masing- masing 90% dan 70%, sedangkan kapasitas penjualan di dua pasar tersebut masing-masing 12.000 ekor dan 3.000 ekor per hari.

Jull (1972) dan Siregar et al., (1980) menyatakan bahwa 50-60% biaya produksi didominasi oleh pakan. Faktor manajemen lebih menitik beratkan pada sistem perkandangan baik mengenai tipe kandang yaitu litter dan kandang boks serta kepadatan kandang yang akan berpengaruh terhadap tingkat kanibalisme ayam.

Subiharta et al., (1994) melaporkan bahwa penggemukkan selama 6 minggu pada anak ayam kampung umur 14 minggu dengan susunan pakan yang terdiri atas 60% konsentrat grower, 20% jagung, dan 20% katul dikombinasikan dengan tingkat kepadatan 8,10 dan 12 ekor per m2, ternyata pertambahan bobot badan terbaik adalah 648,2 g/ekor pada kepadatan 8 ekor/m2 , sedangkan tingkat kepadatan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan namun berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan konversi pakan.

Masalah kanibalisme pada penggemukan ayam buras dapat diatasi dengan pemotongan paruh. Muryanto et al., (1991) melaporkan bahwa dengan pemotongan paruh terdapat kecenderungan menurunkan kanibalisme, meningkatkan efisiensi pemeliharaan yang ditunjukkan dengan meningkatnya bobot badan dan menurunnya konversi pakan. 

PEMBIBITAN

Pembibitan merupakan aspek penting dalam peningkatan populasi, produktivitas, dan pendapatan petani. Pemerintah sudah banyak mengalokasikan program kegiatan perbibitan ayam kampung dan peternak juga sudah berupaya untuk mencoba melaksanakan walaupun dalam skala kecil, namun sangat sulit untuk menemukan contoh kelompok yang berhasil, kalaupun ada sangat sedikit.

    Download Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    [Download] Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung.pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Sukses Budidaya Ayam Kampung. Semoga bisa bermanfaat.

    Kami rekomendasikan kepada Anda beberapa berkas dan buku lainnya:

    Lihat juga beberapa berkas penting lainnya terkait dengan ternak atau budidaya ayam, di bawah ini.
    1. BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    2. Buku Beternak Ayam Pedaging oleh Muhammad Rasyaf Baca Selengkapnya
    3. Panduan Beternak & Berbisnis Ayam Kampung Baca Selengkapnya
    4. Beternak Ayam Kampung Paling Unggul Pedaging & Petelur KUB Abdullah Udjianto - AgroMedia Pustaka Baca Selengkapnya
    5. Buku Budidaya Ternak Ayam Beternak Ayam Kampung KUB Abdullah Udjianto - AgroMedia Pustaka Baca Selengkapnya
    6. Buku Budidaya Buku Ternak Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam Tirto Hartono & Isman - AgroMedia Baca Selengkapnya
    7. Beternak Ayam Kampung Paling Unggul Abdullah Udjianto - AgroMedia Pustaka Baca Selengkapnya
    8. Solusi Bisnis & Beternak Ayam Kampung Pedaging Modal Terbatas R.Isworo Tjokrosaptono - AgroMedia Pus Baca Selengkapnya
    9. BUKU LENGKAP BETERNAK DAN BERBISNIS AYAM KAMPUNG, AYAM PEDAGING, & AYAM ARAB - DIVA PRESS Baca Selengkapnya
    10. BUKU LENGKAP BETERNAK DAN BERBISNIS AYAM KAMPUNG, AYAM PEDAGING, & AYAM ARAB - FLASHBOOKS Baca Selengkapnya
    11. Jago Bisnis & Beternak Ayam Kampung Ir. Bambang Krista & Bagus Harianto - AgroMedia Pustaka Baca Selengkapnya
    12. Panduan Beternak & Berbisnis Ayam Kampung Wawan Hendriyanto - Laksana Baca Selengkapnya
    13. Beternak Ayam Broiler Ir. Roni Fadilah, SE - AgroMedia Pustaka Baca Selengkapnya
    14. SPM Sukses Beternak Ayam Ritual Cemani Agus Nugroho - Pustaka Baru Baca Selengkapnya
    15. Buku Panduan Praktis Beternak Ayam Kampung Hari Perhari Baca Selengkapnya
    16. Buku Peternakan : Pasti Untung Bisnis Ayam Kampung / Pedoman Sukses Budidaya Ayam Petelur / Sukses Beternak Ayam Ritual Cemani / Sukses Budidaya Ayam Mutiara / Beternak Ayam Tanpa Bau / Beternak Ayam Kampung Baca Selengkapnya
    17. Buku Peternakan : Beternak Ayam Jawara Ayam Petelur Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Broiler Ayam Arab Baca Selengkapnya
    18. Buku Peternakan : Beternak Bebek Peking / Beternak Ulat Jerman Dan Ulat Hongkong / Budidaya Walet / Budidaya Ayam Serama / Budidaya Ayam Bekisar / Budidayan Semut Kroto Baca Selengkapnya
    19. Buku Peternakan Cerdas Beternak Ayam Buras Petelur Dan Pedaging Baca Selengkapnya
    20. Buku Peternakan Beternak Kenari Gelatik Belut Ikan Bersama Ayam Kepitinng Soka Kepiting Telur Baca Selengkapnya
    21. BUKU PETERNAKAN BETERNAK AYAM KAMPUNG AYAM JAWARA AYAM BURAS AYAM PEDAGING AYAM BOILER AYAM ARAB Baca Selengkapnya
    22. BUKU AGRIBISNIS 99% Gagal Beternak Ayam Petelur Baca Selengkapnya
    23. BUKU PETERNAKAN BETERNAK BEBEK PEKING ULAT JERMAN ULAT HONGKONG WALET AYAM KONTES SERAMA AYAM BEKISA Baca Selengkapnya
    24. Buku Beternak Ayam Bangkok Hardi Soenanto Cendrawasih Baca Selengkapnya
    25. Buku Peternakan : Cara Jitu Mencetak Ayam Jawara Raih Untung Besar Dengan Ternak Ayam Laga Baca Selengkapnya
    26. BUKU AGRIBISNIS 99% GAGAL BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    27. Buku Peternakan : Sukses Beternak Ayam Ritual Cemani / Ayam Cemani Baca Selengkapnya
    28. BUKU PETERNAKAN SEMUA BISA BETERNAK AYAM KAMPUNG DALAM INFOGRAFIS/T.WIBISONO Baca Selengkapnya
    29. Pedoman Beternak Ayam Broiler - Bambang Agus Murtidjo Buku Asli HVS Baca Selengkapnya
    30. BUKU PERTENAKAN PANDUAN LENGKAP AYAM BROILER + VCD BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    31. BUKU PETERNAKAN : Beternak Ayam Kampung Petelur Dwi Guna Baca Selengkapnya
    32. Buku Seri Peternakan Modern Jurus Sukses Beternak Ayam Pedaging Baca Selengkapnya
    33. BUKU 99% GAGAL BETERNAK AYAM BROILER - EDY USTOMO - PENEBAR SWADAYA Baca Selengkapnya
    34. Buku Beternak Ayam Kampung Paling Unggul Pedaging & Petelur KUB Baca Selengkapnya
    35. Buku Peternakan : Beternak Ayam Kampung Petelur Dwiguna Baca Selengkapnya
    36. BUKU AGRIBISNIS Semua Bisa Beternak Ayam Kampung Baca Selengkapnya
    37. AG - BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    38. AG - BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    39. BUKU AGRIBISNIS 99% Gagal Beternak Ayam Petelur Baca Selengkapnya
    40. BUKU AGRIBISNIS 6 Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung Edisi Revisi Baca Selengkapnya
    41. Buku Original Beternak Ayam Kampung - Muhammad Rasyaf - Penebar Swadaya Baca Selengkapnya
    42. Beternak Ayam Kampung Paling Unggul Pedaging & Petelur KUB Baca Selengkapnya
    43. Jual Buku Beternak Ayam Kampung KUB: Panen Lebih Cepat, Telur Lebih Banyak Agromedia Pustaka Baca Selengkapnya
    44. Buku Budidaya Rahasia Sukses Beternak Ayam Kampung Baca Selengkapnya
    45. BUKU AYAM KAMPUNG JOPER PANEN 60 HARI / Beternak Ayam Kampung Jowo Super (Joper) 50 Hari Panen Baca Selengkapnya
    46. BUKU AGRIBISNIS 99% GAGAL BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    47. BUKU AGRIBISNIS 6 Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung Edisi Revisi Baca Selengkapnya
    48. BUKU AGRIBISNIS 7 JURUS SUKSES MENJADI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING Baca Selengkapnya
    49. BUKU AGRIBISNIS 99% Gagal Beternak Ayam Petelur Baca Selengkapnya
    50. BUKU AGRIBISNIS Beternak Ayam Kampung Petelur Baca Selengkapnya
    51. Beternak Ayam Kampung Jowo Super (Joper) 50 Hari Panen/Agromedia [Original 100%] Baca Selengkapnya
    52. Buku Agribisnis Ternak Ayam Buras Pedaging -PS Baca Selengkapnya
    53. Jawara Ternak Ayam Strategi Memenangkan Bisnis Ternak Ayam - Edy Ustomo Buku Asli HVS Baca Selengkapnya
    54. BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) -.REPETUNJUK PRAKTIS PEMBESARAN AYAM KAMPUNG PEDAGINGVISI) Baca Selengkapnya
    55. Buku Sukses Beternak & Berbisnis Ayam Pedaging (Broiler) - LAKSANA Baca Selengkapnya
    56. Buku Lengkap Beternak dan Berbisnis Ayam Kampung, Ayam Pedaging, & Ayam Arab Baca Selengkapnya
    57. BUKU 7 JURUS SUKSES BETERNAK AYAM PETELUR Baca Selengkapnya
    58. Buku Lengkap Beternak Dan Berbisnis Ayam Kampung, Ayam Pedaging, Dan Ayam Arab Baca Selengkapnya
    59. BUKU AGRIBISNIS 7 JURUS SUKSES MENJADI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING Baca Selengkapnya
    60. Buku 7 Jurus Sukses Beternak Ayam Petelur Baca Selengkapnya
    61. Buku Beternak Ayam Kampung di Lahan Sempit Marzuqi Yahya Baca Selengkapnya
    62. Buku Sukses Beternak & Berbisnis Ayam Pedaging (Broiler) - LAKSANA Baca Selengkapnya
    63. BUKU SERI PETERNAKAN MODERN: SUKSES BETERNAK AYAM RITUAL CEMANI Baca Selengkapnya
    64. BUKU SERI PETERNAKAN MODERN : JURUS SUKSES BETERNAK AYAM PEDAGING Baca Selengkapnya
    65. buku peternakan - 6 kunci sukses beternak ayam kampung edisi revisi - dr. Ir. Muhammad rasyaf, MS Baca Selengkapnya
    66. BUKU AGRIBISNIS Beternak Ayam Kampung Petelur Baca Selengkapnya
    67. BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    68. BUKU AGRIBISNIS Panduan Praktis Beternak AYAM Kampung Hari Per Hari Baca Selengkapnya
    69. Buku Ori Beternak Ayam Buras Edisi Revisi - Sarwono - Penebar swadaya Baca Selengkapnya
    70. Buku Ori Panduan Praktis Beternak Ayam Kampung Hari Perhari - Nuroso - Penebar Swadaya Baca Selengkapnya
    71. Buku Original Semua Bisa Beternak Ayam Kampung - T.Wibisono - Penebar Swadaya Baca Selengkapnya
    72. Buku Original 6 Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung Ed Revisi - Muhammad Rasyaf - Penebar Swadaya Baca Selengkapnya
    73. Buku Ori 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Ayam Ras Pedaging - Dwi Joko Setyono - Penebar Swadaya Baca Selengkapnya
    74. Buku SUKSES BETERNAK & BERBISNIS AYAM PEDAGING (BROILER) - Wawan Hendriyanto - Romantika Book Baca Selengkapnya
    75. BUKU 7 JURUS SUKSES MENJADI PETERNAK AYAM RAS PEDAGING OLEH DWI JOKO S Baca Selengkapnya
    76. AG - BUKU BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    77. BUKU AGRIBISNIS Panduan Praktis Beternak AYAM Kampung Hari Per Hari Baca Selengkapnya
    78. Buku Peternakan - Peluang Usaha Beternak Ayam Arab INTENSIF Baca Selengkapnya
    79. Buku Peternakan Seri Peternakan Modern Sukses Beternak Ayam Ritual Cemani Baca Selengkapnya
    80. AG - BUKU SOLUSI BISNIS & BETERNAK AYAM KAMPUNG PEDAGING MODAL TERBATAS Baca Selengkapnya
    81. BETERNAK AYAM KAMPUNG PALING UNGGUL : PEDAGING & PETELUR KUB (ED.REVISI) Baca Selengkapnya
    82. BUKU PERTENAKAN PANDUAN LENGKAP AYAM BROILER + VCD BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    83. BUKU AGRIBISNIS BETERNAK AYAM KAMPUNG REVISI Baca Selengkapnya
    84. BUKU JAGO BISNIS & BETERNAK AYAM KAMPUNG / SOLUSI BISNIS & BETERNAK AYAM KAMPUNG PEDAGING MODAL TERBATAS Baca Selengkapnya
    85. BUKU PERTENAKAN PANDUAN LENGKAP AYAM BROILER + VCD BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    86. PANDUAN PRAKTIS TERNAK AYAM KAMPUNG UNTUK USAHA MIKRO, MENENGAH, DAN KOPERASI - EKO SUSILO Baca Selengkapnya
    87. BUKU AGRIBISNIS BETERNAK AYAM KAMPUNG REVISI Baca Selengkapnya
    88. Buku Peternakan - Beternak AYAM BURAS ( Peluang Bisnis Menguntungkan.) Baca Selengkapnya
    89. BUKU PETERNAKAN SEMUA BISA BETERNAK AYAM KAMPUNG DALAM INFOGRAFIS Baca Selengkapnya
    90. BUKU PETERNAKAN SEMUA BISA BETERNAK AYAM KAMPUNG DALAM INFOGRAFIS Baca Selengkapnya
    91. BUKU PETERNAKAN BETERNAK AYAM KAMPUNG AYAM PETELUR AYAM CEMANI AYAM PETELUR DWIGUNA Baca Selengkapnya
    92. BUKU SOLUSI BISNIS & BETERNAK AYAM KAMPUNG PEDAGING MODAL TERBATAS Baca Selengkapnya
    93. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Ayam Ras Pedaging - Dwi Joko Setyono Baca Selengkapnya
    94. BETERNAK AYAM KAMPUNG JOPER (JOWO SUPER) Baca Selengkapnya
    95. buku ternak Budi daya - pembesaran ayam pedaging hari per hari di kandang panggung terbuka Baca Selengkapnya
    96. buku beternak ayam pedaging edisi revisi 184 hal Baca Selengkapnya
    97. Panduan Praktid Beternak dan Berbisnis ayam kampung Langsung untung - hemat pakan cepat panen . vrg2 Baca Selengkapnya
    98. Buku Beternak Ayam Pedaging By Dr Ir Muhammad Rasyaf Baca Selengkapnya
    99. BUKU 99% GAGAL BETERNAK AYAM BROILER Baca Selengkapnya
    100. Jago Bisnis dan Beternak Ayam Kampung/Buku Peternakan Baca Selengkapnya

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel