Buku Panduan Penilaian Karakter SD SMP SMA SMK
6 Feb 2020
Berikut ini adalah berkas Buku Panduan / Buku Model Penilaian Karakter SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK/MAK. Download file format PDF. Buku ini diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan - Badan Penelitian dan Pengembangan - Kemdikbud RI - Tahun 2019.
Buku Model Penilaian Karakter
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Panduan / Buku Model Penilaian Karakter:
Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan dalam proses berbangsa, karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat akan menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Oleh sebab itu pembangunan karakter bangsa yang diimplementasikan di sekolah dalam bentuk pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu peserta didik mengenal, menyadari dan menghayati aspek-aspek sosial, moral, etika, yang dapat dijadikan acuan dalam bersikap dan berperilaku. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah telah menetapkan implementasi pendidikan karakter sejak tahun 2011, yang terus diintensifkan dengan terbitnya Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, diperlukan bahan yang memberi wawasan kepada pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter.
Buku Penilaian Karakter disusun untuk membantu pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter peserta didik dengan tujuan memantau, mngembangkan dan menguatkan karakter. Oleh karena lingkup karakter yang luas, dalam buku ini diberikan contoh bagaimana suatu karakter dapat dinilai dengan menggunakan indikator perilaku. Buku ini diharapkan memberi inspirasi bagaimana penilaian karakter yang bermanfaat dapat dilakukan. Sekolah dapat menggunakan contoh yang diberikan buku ini atau mengembangkan dan menyusun pedoman penilaian karakter yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan situasi sekolah.
Pendidikan Karakter
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan ini, Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional, seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Pemerintah juga mengintensifkan peran sekolah dalam pembangunan karakter dengan menerbitkan Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Program PPK didasari oleh filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara, yang berkaitan dengan olahhati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olahraga (kinestetik). Olah hati meliputi kerohanian mendalam; olah pikir meliputi keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat; olah rasa meliputi integritas moral, rasa berkesenian, dan berkebudayaan; dan olahraga meliputi sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara.
Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. Delapan belas nilai tersebut dapat dikristalisasi menjadi lima nilai utama karakter yaitu: (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) integritas, dan (5) gotong royong.
Pendidikan karakter merupakan proses pembiasaan yang membutuhkan waktu lama, berkesinambungan, terpadu, dan komprehensif di dalam kelas dan kegiatan ekstrakurikuler (Kirschenbaum, 1995:8). Oleh karena itu, pendidikan karakter seharusnya memadukan unsur hidden curriculum dengan academic curriculum. Hidden curriculum meliputi keteladanan pendidik, hubungan peserta didik dengan pendidik/staf sekolah/peserta didik lain, hubungan pendidik dengan staf sekolah, keberagaman peserta didik, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan lingkungan sekolah, dan kebijakan disiplin. Sementara itu, academic curriculum meliputi berbagai mata pelajaran dan program-program ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Prinsip dalam pelaksanaan PPK adalah: a) berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu, b) keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan; dan c). berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pembentukan karakter yang sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan karakter difokuskan pada lima nilai utama karakter yang merupakan kristalisasi dari 18 nilai karakter.
Karakter yang terbentuk pada peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi dirinya, mencintai bangsanya, dan mampu menjawab tantangan zaman di era global ini. Sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan karakter karena sekolah merupakan pusat pembudayaan yang strategis dalam pembentukan karakter positif peserta didik.
Untuk mendukung proses pendidikan karakter, pendidik dan warga sekolah memberikan contoh konkret dan keteladanan nilai-nilai dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah, melalui proses pembelajaran dan diskusi, pengamatan perilaku model, dan praktik-praktik pemecahan masalah yang menyertakan serta mempertimbangkan nilai-nilai tersebut.
Penilaian Karakter
Pada hakikatnya pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai dan mengembangkan sikap dan perilaku yang baik untuk membentuk karakter peserta didik di sekolah. Dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan dukungan keluarga peserta didik untuk penerapan di luar sekolah.
Oleh karena itu, tujuan penilaian karakter yang utama bukan untuk memberi nilai terhadap karakter peserta didik, tetapi untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan karakter peserta didik sehingga usaha untuk pengembangan atau penguatan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan tepat.
Tujuan dan Ruang Lingkup Penilaian Karakter
Sejalan dengan tujuan penilaian karakter untuk memperoleh informasi perkembangan karakter peserta didik, diperlukan acuan berkaitan dengan karakter yang perlu dikembangkan atau dikuatkan dan bagaimana penilaian dilakukan untuk mencapai karakter yang diharapkan. Buku ini menyajikan contoh penilaian terhadap lima karakter utama.
Di dalam buku ini diberikan contoh perilaku yang bisa diamati dan indikator untuk lima karakter utama yang dinilai dan rubrik penilaian yang menggambarkan tahapan capaian atau perkembangan peserta didik untuk karakter yang dinilai. Untuk jenjang pendidikan yang berbeda, perilaku yang diamati dan indikator dapat berbeda. Sebagai contoh untuk mandiri, perilaku yang diamati pada peserta didik SD berbeda dengan peserta didik SMP atau SMA. Rubrik penilaian menggambarkan empat tahapan, yaitu : 1) Memerlukan Bimbingan -MB, 2) Mulai Berkembang - MBK, 3) Berkembang - B, dan 4) Membudaya - M). Tahapan yang menjadi tujuan adalah Membudaya, yang menunjukkan kematangan untuk suatu karakter. Peserta didik yang belum mencapai tahap Membudaya, perlu mendapat perhatian dan perlakuan untuk pembinaan agar mencapai tahapan tersebut.
Dalam buku ini, untuk tiap karakter utama diwakili oleh beberapa aspek atau nilai. Sebagai contoh Integritas diwakili oleh Kejujuran dan Disiplin; Religius diwakili oleh Beribadah dan Ajaran agama; Nasionalis diwakili oleh Toleransi, Semangat Kebangsaan, dan Peduli Lingkungan; Mandiri diwakili oleh Rasa Ingin Tahu, Bekerja Keras dan Tanggung Jawab; dan Gotong Royong diwakili oleh Kerjasama, Komunikasi, dan Ketulusan. Pada tiap aspek terdapat contoh perilaku yang diamati. Aspek atau nilai yang mencerminkan lima karakter dalam buku ini hanya merupakan contoh sehingga sekolah atau pendidik dapat menambahkan aspek atau nilai lain yang dipandang sesuai. Sekolah juga dapat menambahkan atau mengembangkan karakter lain yang dipandang lebih sesuai dengan visi dan misi sekolah sehingga karakter yang dibina lebih khas. Demikian pula untuk perilaku yang diamati, masih dimungkinkan untuk menambah atau menyesuaikan dari yang ada dalam buku ini.
Contoh pelaporan hasil penilaian karakter juga disajikan berdasarkan empat tahapan capaian. Perubahan atau penyesuaian dapat dilakukan sesuai dengan kondisi atau kebutuhan sekolah. Laporan perkembangan karakter peserta didik tersebut tidak saja berguna untuk sekolah tetapi juga untuk orang tua agar mengetahui perkembangan karakter anak, sehingga usaha untuk mengembangkan atau menguatkan karakter lebih terarah dan intensif.
Pengertian Karakter
Karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual mengenai keadaan moral seseorang. Secara umum 'karakter' dapat diartikan sebagai suatu kualitas moral dan perilaku pribadi seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain (Homiak, 2007).Kevin Ryan dan Karen Bohlin (2000) memandang karakter sebagai kebiasaan atau kecenderungan seseorang ketika memberi respon perilaku terhadap keinginan, tantangan, dan kesempatan yang dihadapi. Hal yang sama juga diungkapkan Jack Corley dan Thomas Phillip dalam Samami (2017) yang menyatakan bahwa karakter sebagai sikap, kebiasaan, dan seseorang yang memungkinkan dan memudahkan tindakan moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap maupun bertindak.
Thomas Lickona (2005) menyatakan bahwa karakter yang baik terbentuk dari pengetahuan tentang kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Untuk membangun karakter yang baik, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran, pembiasaan dalam hati, dan pembiasaan dalam tindakan. Proses pembiasaan ini dapat dilakukan sejak masa anak-anak hingga dewasa.
Mengacu pada berbagai pengertian karakter di atas, karakter dapat dimaknai sebagai kecenderuangan respon seseorang baik berupa sikap maupun perilaku terhadap suatu kondisi yang dihadapi dan berkaitan dengan kualitas moral seseorang serta dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membangun karakter yang baik diperlukan pembiasaan sejak masa anak-anak hingga dewasa dalam pemikiran, hati, dan perilaku.
Prinsip Penilaian Karakter
Prinsip penilaian karakter sebagai berikut:
Komponen Karakter : Aspek/Nilai Utama dan Indikator Perilaku
Untuk dapat melakukan penilaian perlu ditentukan karakter apa yang akan dibangun dan aspek/nilai apa yang sesuai untuk mewakili karakter tersebut . Pada buku ini, lima karakter utama : Religius, Integritas, Mandiri, Nasionalis, dan Gotong Royong, yang akan menjadi acuan untuk pembinaan. Pengertian lima karakter utama tersebut sebagai berikut :
Pusat Penilaian Pendidikan melakukan identifikasi aspek/nilai dari masing-masing karakter, dengan hasil:
Aspek/Nilai Lima Karakter Utama
Nilai Utama Karakter:
Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan dalam proses berbangsa, karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat akan menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Oleh sebab itu pembangunan karakter bangsa yang diimplementasikan di sekolah dalam bentuk pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu peserta didik mengenal, menyadari dan menghayati aspek-aspek sosial, moral, etika, yang dapat dijadikan acuan dalam bersikap dan berperilaku. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah telah menetapkan implementasi pendidikan karakter sejak tahun 2011, yang terus diintensifkan dengan terbitnya Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, diperlukan bahan yang memberi wawasan kepada pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter.
Buku Penilaian Karakter disusun untuk membantu pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter peserta didik dengan tujuan memantau, mngembangkan dan menguatkan karakter. Oleh karena lingkup karakter yang luas, dalam buku ini diberikan contoh bagaimana suatu karakter dapat dinilai dengan menggunakan indikator perilaku. Buku ini diharapkan memberi inspirasi bagaimana penilaian karakter yang bermanfaat dapat dilakukan. Sekolah dapat menggunakan contoh yang diberikan buku ini atau mengembangkan dan menyusun pedoman penilaian karakter yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan situasi sekolah.
Pendidikan Karakter
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan ini, Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional, seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Pemerintah juga mengintensifkan peran sekolah dalam pembangunan karakter dengan menerbitkan Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Program PPK didasari oleh filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara, yang berkaitan dengan olahhati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olahraga (kinestetik). Olah hati meliputi kerohanian mendalam; olah pikir meliputi keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat; olah rasa meliputi integritas moral, rasa berkesenian, dan berkebudayaan; dan olahraga meliputi sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara.
Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. Delapan belas nilai tersebut dapat dikristalisasi menjadi lima nilai utama karakter yaitu: (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) integritas, dan (5) gotong royong.
Pendidikan karakter merupakan proses pembiasaan yang membutuhkan waktu lama, berkesinambungan, terpadu, dan komprehensif di dalam kelas dan kegiatan ekstrakurikuler (Kirschenbaum, 1995:8). Oleh karena itu, pendidikan karakter seharusnya memadukan unsur hidden curriculum dengan academic curriculum. Hidden curriculum meliputi keteladanan pendidik, hubungan peserta didik dengan pendidik/staf sekolah/peserta didik lain, hubungan pendidik dengan staf sekolah, keberagaman peserta didik, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan lingkungan sekolah, dan kebijakan disiplin. Sementara itu, academic curriculum meliputi berbagai mata pelajaran dan program-program ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Prinsip dalam pelaksanaan PPK adalah: a) berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu, b) keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan; dan c). berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pembentukan karakter yang sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan karakter difokuskan pada lima nilai utama karakter yang merupakan kristalisasi dari 18 nilai karakter.
Karakter yang terbentuk pada peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi dirinya, mencintai bangsanya, dan mampu menjawab tantangan zaman di era global ini. Sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan karakter karena sekolah merupakan pusat pembudayaan yang strategis dalam pembentukan karakter positif peserta didik.
Untuk mendukung proses pendidikan karakter, pendidik dan warga sekolah memberikan contoh konkret dan keteladanan nilai-nilai dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah, melalui proses pembelajaran dan diskusi, pengamatan perilaku model, dan praktik-praktik pemecahan masalah yang menyertakan serta mempertimbangkan nilai-nilai tersebut.
Penilaian Karakter
Pada hakikatnya pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai dan mengembangkan sikap dan perilaku yang baik untuk membentuk karakter peserta didik di sekolah. Dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan dukungan keluarga peserta didik untuk penerapan di luar sekolah.
Oleh karena itu, tujuan penilaian karakter yang utama bukan untuk memberi nilai terhadap karakter peserta didik, tetapi untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan karakter peserta didik sehingga usaha untuk pengembangan atau penguatan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan tepat.
Tujuan dan Ruang Lingkup Penilaian Karakter
Sejalan dengan tujuan penilaian karakter untuk memperoleh informasi perkembangan karakter peserta didik, diperlukan acuan berkaitan dengan karakter yang perlu dikembangkan atau dikuatkan dan bagaimana penilaian dilakukan untuk mencapai karakter yang diharapkan. Buku ini menyajikan contoh penilaian terhadap lima karakter utama.
Di dalam buku ini diberikan contoh perilaku yang bisa diamati dan indikator untuk lima karakter utama yang dinilai dan rubrik penilaian yang menggambarkan tahapan capaian atau perkembangan peserta didik untuk karakter yang dinilai. Untuk jenjang pendidikan yang berbeda, perilaku yang diamati dan indikator dapat berbeda. Sebagai contoh untuk mandiri, perilaku yang diamati pada peserta didik SD berbeda dengan peserta didik SMP atau SMA. Rubrik penilaian menggambarkan empat tahapan, yaitu : 1) Memerlukan Bimbingan -MB, 2) Mulai Berkembang - MBK, 3) Berkembang - B, dan 4) Membudaya - M). Tahapan yang menjadi tujuan adalah Membudaya, yang menunjukkan kematangan untuk suatu karakter. Peserta didik yang belum mencapai tahap Membudaya, perlu mendapat perhatian dan perlakuan untuk pembinaan agar mencapai tahapan tersebut.
Dalam buku ini, untuk tiap karakter utama diwakili oleh beberapa aspek atau nilai. Sebagai contoh Integritas diwakili oleh Kejujuran dan Disiplin; Religius diwakili oleh Beribadah dan Ajaran agama; Nasionalis diwakili oleh Toleransi, Semangat Kebangsaan, dan Peduli Lingkungan; Mandiri diwakili oleh Rasa Ingin Tahu, Bekerja Keras dan Tanggung Jawab; dan Gotong Royong diwakili oleh Kerjasama, Komunikasi, dan Ketulusan. Pada tiap aspek terdapat contoh perilaku yang diamati. Aspek atau nilai yang mencerminkan lima karakter dalam buku ini hanya merupakan contoh sehingga sekolah atau pendidik dapat menambahkan aspek atau nilai lain yang dipandang sesuai. Sekolah juga dapat menambahkan atau mengembangkan karakter lain yang dipandang lebih sesuai dengan visi dan misi sekolah sehingga karakter yang dibina lebih khas. Demikian pula untuk perilaku yang diamati, masih dimungkinkan untuk menambah atau menyesuaikan dari yang ada dalam buku ini.
Contoh pelaporan hasil penilaian karakter juga disajikan berdasarkan empat tahapan capaian. Perubahan atau penyesuaian dapat dilakukan sesuai dengan kondisi atau kebutuhan sekolah. Laporan perkembangan karakter peserta didik tersebut tidak saja berguna untuk sekolah tetapi juga untuk orang tua agar mengetahui perkembangan karakter anak, sehingga usaha untuk mengembangkan atau menguatkan karakter lebih terarah dan intensif.
Pengertian Karakter
Karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual mengenai keadaan moral seseorang. Secara umum 'karakter' dapat diartikan sebagai suatu kualitas moral dan perilaku pribadi seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain (Homiak, 2007).Kevin Ryan dan Karen Bohlin (2000) memandang karakter sebagai kebiasaan atau kecenderungan seseorang ketika memberi respon perilaku terhadap keinginan, tantangan, dan kesempatan yang dihadapi. Hal yang sama juga diungkapkan Jack Corley dan Thomas Phillip dalam Samami (2017) yang menyatakan bahwa karakter sebagai sikap, kebiasaan, dan seseorang yang memungkinkan dan memudahkan tindakan moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap maupun bertindak.
Thomas Lickona (2005) menyatakan bahwa karakter yang baik terbentuk dari pengetahuan tentang kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Untuk membangun karakter yang baik, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran, pembiasaan dalam hati, dan pembiasaan dalam tindakan. Proses pembiasaan ini dapat dilakukan sejak masa anak-anak hingga dewasa.
Mengacu pada berbagai pengertian karakter di atas, karakter dapat dimaknai sebagai kecenderuangan respon seseorang baik berupa sikap maupun perilaku terhadap suatu kondisi yang dihadapi dan berkaitan dengan kualitas moral seseorang serta dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membangun karakter yang baik diperlukan pembiasaan sejak masa anak-anak hingga dewasa dalam pemikiran, hati, dan perilaku.
Prinsip Penilaian Karakter
Prinsip penilaian karakter sebagai berikut:
- Terintegrasi dengan aktivitas belajar peserta didik sehari-hari dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.
- Dilakukan untuk keberhasilan proses pembelajaran, penilaian sebagai dan untuk pembelajaran (Assessment as learning and for learning).
- Multidata, menggunakan banyak cara untuk mendeskripsikan karakter peserta didik serta berbagai sumber informasi, baik primer maupun sekunder.
- Lintas mata pelajaran, memandang karakter peserta didik sebagai satu kesatuan utuh sebagai pengalaman belajar lintas mata pelajaran.
- Edukatif, memiliki fungsi mendidik, membina, mengembangkan karakter positif peserta didik, dan tidak bersifat menghukum.
- Bersistem, terpadu dengan program sekolah, melibatkan semua unsur satuan pendidikan, yaitu tenaga pendukung (satpam, petugas kebersihan, dll) pendidik, peserta didik, kepala sekolah, dan orang tua.
- Berkesinambungan, merupakan hasil belajar yang terus dikembangkan.
Komponen Karakter : Aspek/Nilai Utama dan Indikator Perilaku
Untuk dapat melakukan penilaian perlu ditentukan karakter apa yang akan dibangun dan aspek/nilai apa yang sesuai untuk mewakili karakter tersebut . Pada buku ini, lima karakter utama : Religius, Integritas, Mandiri, Nasionalis, dan Gotong Royong, yang akan menjadi acuan untuk pembinaan. Pengertian lima karakter utama tersebut sebagai berikut :
- Religius, mencerminkan keberimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Nasionalis, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
- Mandiri, tidak bergantung kepada orang lain dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
- Gotong royong, mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama.
- Integritas, upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Pusat Penilaian Pendidikan melakukan identifikasi aspek/nilai dari masing-masing karakter, dengan hasil:
Aspek/Nilai Lima Karakter Utama
Nilai Utama Karakter:
Religius:
Nasionalis:
Integritas:
Mandiri:
Gotong royong:
Oleh karena aspek/nilai dari masing-masing karakter tersebut berupa konsep yang belum operasional untuk penilaian, maka perlu ditentukan indikator perilaku dari aspek/nilai tersebut. Pada Tabel 2 disajikan beberapa contoh perilaku untuk aspek/nilai karakter dan dikelompokkan sesuai dengan jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK. Pengelompokkan berdasarkan jenjang dilakukan dengan pertimbangan perbedaan tahapan perkembangan pada masing-masing jenjang sehingga suatu perilaku atau konteks tertentu mungkin tidak sesuai untuk jenjang tertentu.
Penilaian Karakter Secara Umum
Perkembangan karakter dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang diungkapkan dalam bentuk ucapan, cara berpikir, dan perbuatan.
1. Dalam bentuk ucapan
Setiap saat ketika peserta didik menggunakan kata-kata dan kalimat (lisan atau tulisan) yang mencerminkan aspek atau sikap tertentu.
2. Dalam cara berpikir
Cara berpikir peserta didik dapat dilihat ketika berbicara dalam komunikasi biasa, dalam menjawab atau menulis jawaban atas suatu pertanyaan.
3. Dalam bentuk perbuatan
Bentuk perbuatan terlihat pada mimik ketika berbicara, dalam gerakan ketika melakukan sesuatu, dan dalam tindakan ketika berkomunikasi atau bekerja sama dengan teman, pendidik, pegawai administrasi dan orang lain yang ada di sekolah.
Sejalan dengan hal tersebut karakter peserta didik dapat dinilai dari ucapan, ekspresi, dan tindakan yang dilakukan peserta didik ketika proses pembelajaran di kelas dan kegiatan lain di sekolah. Pendidik perlu langsung memberikan respon terhadap perilaku menonjol peserta didik: koreksi untuk perilaku peserta didik yang tidak pantas perlu disampaikan kepada peserta didik secara individual; penghargaan atau pujian perlu diberikan untuk perilaku yang baik atau prestasi yang dicapai peserta didik.
Pendidik atau wali kelas hendaknya mempunyai catatan tiap peserta didik sebagai rekaman perkembangan peserta didik. Catatan tersebut berupa informasi perilaku yang tampak/menonjol dari peserta didik, baik yang positif maupun yang negatif. Informasi tersebut dapat berasal dari hasil observasi guru, laporan pendidik lain, pegawai sekolah atau peserta didik lain. Pendidik dapat mengkaji dan melihat perkembangan perilaku peserta didik sehingga usaha untuk membina atau mengarahkan peserta didik sesuai dengan kondisi masing-masing dapat dilakukan. Peserta didik yang menonjol pada suatu aspek dapat diarahkan atau diberi kepercayaan untuk suatu tugas atau mengikuti suatu kegiatan yang sesuai. Peserta didik yang belum menunjukkan perilaku yang diharapkan dapat diberi pembinaan yang sesuai.
Catatan tersebut juga dapat disiapkan dalam bentuk aplikasi yang dapat diakses oleh kepala sekolah, pendidik bimbingan konseling atau pihak yang relevan sehingga informasi tentang perkembangan peserta didik dapat dimonitor.
- Ketaatan melaksanakan ibadah
- Cinta damai
- Persahabatan
- Teguh pendirian
- Ketulusan
- Percaya diri
- Anti perundungan dan kekerasan
- Mencintai lingkungan
- Kerja sama antarpemeluk agama dan kepercayaan
- Cinta tanah air
- Menghormati keragaman budaya, suku, dan agama
- Melestarikan budaya bangsa
- Taat hukum
- Rela berkorban untuk bangsa dan negara
- Mencintai produk dalam negeri
- Disiplin
- Apresiasi budaya sendiri
- Menjaga kekayaan budaya bangsa
- Unggul dan berprestasi
- Menjaga lingkungan
Integritas:
- Kejujuran
- Tanggungjawab
- Komitmen moral
- Keadilan
- Keteladanan
- Setia
- Antikorupsi
- Cinta pada kebenaran
- Etos kerja (kerja keras)
- Daya juang
- Kreatif
- Tangguh tahan banting
- Keberanian
- Profesional
- Menjadi pembelajar sepanjang hayat
Gotong royong:
- Komitmen atas keputusan bersama
- Kerjasama
- Sikap kerelawanan
- Musyawarah mufakat
- Inklusif
- Menghargai
- Anti diskriminasi
- Anti kekerasan
- Solidaritas
- Tolong menolong
- Empati
Oleh karena aspek/nilai dari masing-masing karakter tersebut berupa konsep yang belum operasional untuk penilaian, maka perlu ditentukan indikator perilaku dari aspek/nilai tersebut. Pada Tabel 2 disajikan beberapa contoh perilaku untuk aspek/nilai karakter dan dikelompokkan sesuai dengan jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK. Pengelompokkan berdasarkan jenjang dilakukan dengan pertimbangan perbedaan tahapan perkembangan pada masing-masing jenjang sehingga suatu perilaku atau konteks tertentu mungkin tidak sesuai untuk jenjang tertentu.
Penilaian Karakter Secara Umum
Perkembangan karakter dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang diungkapkan dalam bentuk ucapan, cara berpikir, dan perbuatan.
1. Dalam bentuk ucapan
Setiap saat ketika peserta didik menggunakan kata-kata dan kalimat (lisan atau tulisan) yang mencerminkan aspek atau sikap tertentu.
2. Dalam cara berpikir
Cara berpikir peserta didik dapat dilihat ketika berbicara dalam komunikasi biasa, dalam menjawab atau menulis jawaban atas suatu pertanyaan.
3. Dalam bentuk perbuatan
Bentuk perbuatan terlihat pada mimik ketika berbicara, dalam gerakan ketika melakukan sesuatu, dan dalam tindakan ketika berkomunikasi atau bekerja sama dengan teman, pendidik, pegawai administrasi dan orang lain yang ada di sekolah.
Sejalan dengan hal tersebut karakter peserta didik dapat dinilai dari ucapan, ekspresi, dan tindakan yang dilakukan peserta didik ketika proses pembelajaran di kelas dan kegiatan lain di sekolah. Pendidik perlu langsung memberikan respon terhadap perilaku menonjol peserta didik: koreksi untuk perilaku peserta didik yang tidak pantas perlu disampaikan kepada peserta didik secara individual; penghargaan atau pujian perlu diberikan untuk perilaku yang baik atau prestasi yang dicapai peserta didik.
Pendidik atau wali kelas hendaknya mempunyai catatan tiap peserta didik sebagai rekaman perkembangan peserta didik. Catatan tersebut berupa informasi perilaku yang tampak/menonjol dari peserta didik, baik yang positif maupun yang negatif. Informasi tersebut dapat berasal dari hasil observasi guru, laporan pendidik lain, pegawai sekolah atau peserta didik lain. Pendidik dapat mengkaji dan melihat perkembangan perilaku peserta didik sehingga usaha untuk membina atau mengarahkan peserta didik sesuai dengan kondisi masing-masing dapat dilakukan. Peserta didik yang menonjol pada suatu aspek dapat diarahkan atau diberi kepercayaan untuk suatu tugas atau mengikuti suatu kegiatan yang sesuai. Peserta didik yang belum menunjukkan perilaku yang diharapkan dapat diberi pembinaan yang sesuai.
Catatan tersebut juga dapat disiapkan dalam bentuk aplikasi yang dapat diakses oleh kepala sekolah, pendidik bimbingan konseling atau pihak yang relevan sehingga informasi tentang perkembangan peserta didik dapat dimonitor.
Penilaian Karakter yang Ditentukan Sekolah
Sekolah dapat menetapkan karakter yang menjadi fokus pengembangan atau penguatan karakter di sekolah. Karakter yang dipilih ini menjadi misi sekolah pada periode waktu tertentu. Sebagai contoh pada tahun 2019, SD A menetapkan Kejujuran dan Mandiri sebagai fokus karakter. Karakter yang dipilih kemudian dijadikan program pendidikan karakter yang terpadu. Sekolah misalnya menyielenggarakan kantin kejujuran. Di kantin ketika membayar makanan yang dibeli peserta didik diminta untuk memasukkan sendiri uang ke dalam kotak yang disediakan. Dalam situasi yang memberikan kebebasan, peserta didik diberi kepercayaan dan dilatih untuk jujur. Bila ditemukan peserta didik yang tidak jujur, dilakukan pembinaan, misalnya ditegur secara individual dengan suasana yang netral.
Pada Lampiran diberikan contoh perilaku yang dapat diamati untuk masing-masing karakter sesuai dengan tingkat perkembangan anak (SD, SMP, SMA/SMK). Misalnya untuk menilai kejujuran, pendidik dapat mengamati perilaku peserta didik ketika ujian atau melaksanakan tugas atau ketika berinteraksi dengan orang lain. Untuk menilai tahapan perkembangan peserta didik, pada contoh juga diberikan indikator perilaku dan kategori capaian.
Sekolah dapat menetapkan karakter yang menjadi fokus pengembangan atau penguatan karakter di sekolah. Karakter yang dipilih ini menjadi misi sekolah pada periode waktu tertentu. Sebagai contoh pada tahun 2019, SD A menetapkan Kejujuran dan Mandiri sebagai fokus karakter. Karakter yang dipilih kemudian dijadikan program pendidikan karakter yang terpadu. Sekolah misalnya menyielenggarakan kantin kejujuran. Di kantin ketika membayar makanan yang dibeli peserta didik diminta untuk memasukkan sendiri uang ke dalam kotak yang disediakan. Dalam situasi yang memberikan kebebasan, peserta didik diberi kepercayaan dan dilatih untuk jujur. Bila ditemukan peserta didik yang tidak jujur, dilakukan pembinaan, misalnya ditegur secara individual dengan suasana yang netral.
Pada Lampiran diberikan contoh perilaku yang dapat diamati untuk masing-masing karakter sesuai dengan tingkat perkembangan anak (SD, SMP, SMA/SMK). Misalnya untuk menilai kejujuran, pendidik dapat mengamati perilaku peserta didik ketika ujian atau melaksanakan tugas atau ketika berinteraksi dengan orang lain. Untuk menilai tahapan perkembangan peserta didik, pada contoh juga diberikan indikator perilaku dan kategori capaian.
Download Buku Panduan Penilaian Karakter
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Panduan Penilaian Karakter ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:Download File:
Download Buku Panduan Penilaian Karakter.pdf
Lihat juga berkas penting lainnya terkait dengan Buku Panduan Penilaian:
- Buku Panduan Penulisan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills)
- Buku Panduan Penilaian Portofolio
- Buku Panduan Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
- Buku Panduan / Buku Model Penilaian Karakter
- Buku Panduan Penilaian Tes Tertulis
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Panduan Penilaian Karakter. Semoga bisa bermanfaat.