Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
11 Jan 2021
Berikut ini adalah berkas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Download file format PDF.
![]()  | 
| Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan | 
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan:   
Berkat  rahmat  Tuhan  Yang  Maha  Esa  Negara  Kesatuan  Republik Indonesia telah dianugerahi sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau, terletak memanjang di garis khatulistiwa, di antara dua benua dan dua samudera, serta ruang udara yang luas. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam hubungan internasional.
Untuk  mencapai  tujuan  pembangunan  nasional  sebagai  pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, mewujudkan Wawasan Nusantara serta memantapkan ketahanan nasional, diperlukan sistem transportasi nasional yang memiliki posisi penting dan  strategis dalam  pembangunan nasional yang  berwawasan lingkungan. Transportasi juga merupakan sarana dalam memperlancar roda perekonomian, membuka akses ke daerah pedalaman atau terpencil, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, menegakkan kedaulatan negara, serta mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat.
Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri, dari dan ke luar negeri, serta berperan sebagai pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah dan pengembangan wilayah. Menyadari peran transportasi tersebut, penyelenggaraan penerbangan harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan, selamat, aman, efektif, dan efisien.
Penerbangan yang mempunyai karakteristik dan keunggulan tersendiri, perlu dikembangkan agar mampu meningkatkan pelayanan yang lebih luas, baik domestik maupun internasional. Pengembangan penerbangan ditata dalam satu kesatuan sistem dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan prasarana dan sarana penerbangan,    metoda, prosedur, dan peraturan sehingga berdaya guna serta berhasil guna.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan perlu disempurnakan guna menyelaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan paradigma dan lingkungan strategis, termasuk otonomi daerah, kompetisi di  tingkat regional dan global, peran serta masyarakat, persaingan usaha, konvensi internasional tentang  penerbangan,  perlindungan  profesi,  serta  perlindungan konsumen.
Dalam penyelenggaraan penerbangan, Undang-Undang ini bertujuan mewujudkan penerbangan yang  tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari praktek persaingan usaha yang tidak sehat, memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional, membina jiwa kedirgantaraan, menjunjung kedaulatan negara, menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara nasional, menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara, meningkatkan ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antarbangsa, serta berasaskan manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, anti monopoli dan keterbukaan, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan, serta kenusantaraan.
Atas dasar hal tersebut disusunlah undang-undang tentang penerbangan yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang nomor 15 tahun 1992,  sehingga  penyelenggaraan  penerbangan  sebagai  sebuah  sistem dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara, serta memupuk dan mengembangkan jiwa kedirgantaraan dengan  mengutamakan faktor  keselamatan, keamanan, dan kenyamanan.
Dalam  Undang-Undang  ini   diatur  mengenai  hak,  kewajiban,  serta tanggung jawab hukum para penyedia jasa dan para pengguna jasa, dan tanggung jawab hukum penyedia jasa terhadap kerugian pihak ketiga sebagai akibat dari penyelenggaraan penerbangan serta kepentingan internasional atas objek pesawat udara yang telah mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan Indonesia. Di samping itu, dalam rangka pembangunan hukum nasional serta untuk lebih memantapkan perwujudan kepastian hukum, Undang-Undang ini juga memberikan perlindungan konsumen tanpa mengorbankan kelangsungan hidup penyedia jasa transportasi serta memberi kesempatan yang lebih luas kepada daerah untuk mengembangkan usaha-usaha tertentu di bandar udara yang tidak terkait langsung dengan keselamatan penerbangan.
Dalam Undang-Undang ini telah dilakukan perubahan paradigma yang nyata dalam rangka pemisahan yang tegas antara fungsi regulator, operator, dan penyedia jasa penerbangan. Di samping itu, juga dilakukan penggabungan beberapa penyelenggara yang ada menjadi satu penyelenggara pelayanan navigasi serta untuk sertifikasi dan registrasi pesawat udara juga dibentuk unit pelayanan otonom, dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan, yang tidak berorientasi pada keuntungan, secara finansial dapat mandiri, serta biaya yang ditarik dari pengguna dikembalikan untuk biaya investasi dan peningkatan operasional (cost recovery).
Penerbangan  sebagai   satu   kesatuan   sistem   yang   terdiri   atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara,  keselamatan dan  keamanan, lingkungan  hidup,  serta  fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya yang pokok-pokoknya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pemanfaatan wilayah udara merupakan implementasi dari kedaulatan Negara Republik Indonesia yang utuh dan eksklusif atas ruang udaranya, yang    memuat    tatanan    ruang    udara    nasional, penyelenggaraan pelayanan,    personel    dan    fasilitas    navigasi penerbangan, serta    pengaturan   tentang   tata    cara    navigasi, komunikasi penerbangan, pengamatan dan larangan mengganggu pelayanan navigasi penerbangan, termasuk pemberian sanksi.
Tatanan ruang udara nasional ditetapkan untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan yang andal dalam rangka keselamatan penerbangan dengan mengacu pada peraturan nasional dan regulasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organisation/ICAO) yang terkait dengan penetapan dan penggunaan ruang udara. Dalam penggunaan ruang udara tersebut, diberikan pelayanan oleh Pemerintah selaku penyelenggara pelayanan    navigasi    penerbangan,    terdiri    atas pelayanan lalu lintas penerbangan, komunikasi penerbangan, informasi aeronautika, informasi meteorologi penerbangan, serta informasi pencarian dan pertolongan. Guna mendukung kelancaran kegiatan penerbangan serta keselamatan penerbangan, penyelenggara pelayanan navigasi    penerbangan    menyiapkan    personel    yang kompeten, memasang dan mengoperasikan serta merawat fasilitas navigasi penerbangan.
Untuk menjaga   keselamatan   penerbangan,   dalam   tata   cara bernavigasi, penyelenggara   dan   pengguna   pelayanan   navigasi penerbangan diwajibkan mematuhi semua ketentuan yang berlaku. Di samping itu,   diatur   izin   penggunaan   frekuensi   radio   yang dialokasikan untuk penerbangan, dan pemberian rekomendasi penggunaan frekuensi radio  di  luar  alokasi frekuensi yang  sudah ditetapkan untuk     kegiatan    penerbangan,    serta     dilakukan pembatasan,   larangan,   dan    sanksi   terhadap   kegiatan   yang mengganggu pelayanan navigasi penerbangan.
Wilayah udara   Republik   Indonesia   yang   pelayanan   navigasi penerbangannya didelegasikan kepada negara lain berdasarkan perjanjian sudah harus dievaluasikan dan dilayani oleh lembaga penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.
b. Karena penting dan strategisnya peranan penerbangan untuk hajat hidup orang banyak, penerbangan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dengan memperkuat kelembagaan yang bertanggung jawab di bidang penerbangan berupa penataan struktur kelembagaan, peningkatan kuantitas dan kualitas sumber  daya  manusia,  peningkatan  pengelolaan  anggaran  yang efektif, efisien, dan fleksibel berdasarkan skala prioritas, peningkatan kesejahteraan sumber daya manusia, pengenaan sanksi kepada pejabat dan/atau pegawai atas pelanggaran dalam pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini. Pembinaan yang dilakukan   oleh Pemerintah tersebut   meliputi   pengaturan,   pengendalian,   dan pengawasan.
c. Dalam rangka menghadapi perkembangan dunia penerbangan tanpa batas hak angkut (open sky policy), kerja sama bilateral, multilateral, dan plurilateral, asas resiprokal, keadilan (fairness), dan cabotage, aliansi penerbangan, jaringan rute pengumpul (hub) dan pengumpan (spoke), serta perkuatan industri penerbangan dalam negeri, pengaturan  angkutan  udara  difokuskan  untuk  menciptakan  iklim yang kondusif di bidang jasa angkutan udara, dengan menetapkan hak dan kewajiban yang seimbang, standar pelayanan prima, dengan mengutamakan perlindungan terhadap pengguna jasa.
Dalam Undang-Undang ini juga diatur persyaratan badan usaha angkutan udara agar mampu tumbuh sehat, berkembang, dan kompetitif secara nasional dan internasional. Selanjutnya, untuk membuka daerah-daerah terpencil di seluruh wilayah Indonesia, Undang-Undang ini tetap menjamin pelayanan angkutan udara perintis dalam upaya memberikan stimulus bagi daerah-daerah guna peningkatan kegiatan ekonomi.
Dalam upaya pemberdayaan industri penerbangan nasional, Undang-Undang ini juga memuat ketentuan mengenai kepentingan internasional atas objek pesawat udara yang mengatur objek pesawat udara dapat dibebani dengan kepentingan internasional yang timbul akibat perjanjian pemberian hak jaminan kebendaan, perjanjian pengikatan hak bersyarat dan/atau perjanjian sewa guna usaha. Pengaturan tersebut mengacu pada Konvensi Internasional dalam peralatan bergerak (Convention on international interest in mobile equipment)  dan  protokol  mengenai  masalah-masalah khusus  pada peralatan  pesawat  udara  (Protocol  to  the  convention  on  interest  in mobile equipment on matters specific to Aircraft equipment), sebagai konsekuensi diratifikasinya konvensi dan protokol yang biasa disebut Cape Town Convention.
d. Dalam rangka menjamin penyelenggaraan kebandarudaraan sebagai pusat  kegiatan  pelayanan  angkutan  udara  dan  unit  bisnis  yang efektif,  efisien,  dan  mampu  menggerakkan perekonomian wilayah, Undang-Undang ini  mengatur  persyaratan, prosedur,  dan  standar kebandarudaraan, tatanan kebandarudaraan nasional, penetapan lokasi, pengoperasian,   fasilitas   dan   personel   bandar   udara, pengendalian daerah  lingkungan kerja,  dan  kawasan  keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara untuk kepentingan keselamatan dan    keamanan    penerbangan,    serta    kelestarian lingkungan. Dalam penyelenggaraan bandar udara diatur juga pemisahan yang tegas antara   regulator   dan   operator   bandar   udara   dengan dibentuknya Otoritas Bandar Udara, serta memberi peluang lebih luas terhadap peran serta swasta dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan bandar udara.
e. Untuk  menjamin  terwujudnya  penyelenggaraan  penerbangan  yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan, Undang-Undang ini mengatur penetapan program keselamatan penerbangan nasional, program keamanan penerbangan nasional, dan program budaya tindakan keselamatan yang mengacu pada regulasi Organisasi Penerbangan Sipil   Internasional   (ICAO).   Program   keselamatan penerbangan nasional memuat peraturan keselamatan, sasaran keselamatan, sistem pelaporan keselamatan, analisis data dan pertukaran informasi keselamatan    (safety data analysis and exchange), kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian (accident and incident investigation), promosi keselamatan   (safety promotion), pengawasan keselamatan  (safety oversight), dan penegakan hukum (law enforcement). Sedangkan program keamanan penerbangan nasional memuat peraturan keamanan, sasaran keamanan, personel keamanan, pembagian tanggung jawab keamanan, perlindungan bandar udara, pesawat udara, dan fasilitas navigasi, pengendalian dan penjaminan keamanan terhadap orang dan barang di pesawat udara,  penanggulangan  tindakan  melawan  hukum,  penyesuaian sistem   keamanan   terhadap   tingkat   ancaman   keamanan,   dan pengawasan keamanan penerbangan.
f. Dalam upaya memberikan jaminan pelayanan sertifikasi dan inspeksi keselamatan yang kredibel, transparan, dan akuntabel, serta meningkatkan kompetensi     sumber     daya     manusia     untuk penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik, Undang-Undang ini mengatur pembentukan penyelenggara pelayanan umum yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan pola penganggaran berbasis kinerja dengan skala prioritas, efisiensi, dan efektivitas.
g. Untuk mengetahui penyebab setiap kecelakaan dan kejadian serius pesawat udara  sipil  dan  dalam rangka menegakkan etika  profesi, melaksanakan mediasi, dan menafsirkan penerapan regulasi di bidang penerbangan untuk   mencegah   terjadinya   kecelakaan   dengan penyebab yang sama, diatur pula pembentukan komite nasional yang bertanggung jawab    kepada   Presiden,   dan    untuk    keperluan penyelidikan lanjutan,  komite  tersebut  membentuk majelis  profesi penerbangan.
h. Dalam Undang-Undang ini diatur pula sistem informasi penerbangan melalui jaringan informasi yang efektif, efisien, dan terpadu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya dalam     rangka     meningkatkan     penyelenggaraan penerbangan secara optimal, diatur peran serta masyarakat dengan prinsip keterbukaan dan kemitraan.
Dengan diundangkannya Undang-Undang ini, berbagai ketentuan yang terdapat  dalam  peraturan  perundang-undangan  nasional  dan internasional sepanjang tidak bertentangan tetap berlaku dan merupakan peraturan yang saling melengkapi.
Dalam Undang-Undang ini diatur hal-hal yang bersifat pokok, sedangkan yang bersifat teknis dan operasional diatur dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Download Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Selengkapnya mengenai susunan pasal demi pasal dan isi berkas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:
[Download] Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.pdf
       Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Semoga bisa bermanfaat.
