Pengertian Desain

Berikut ini adalah berkas mengenai Pengertian Desain. Download file format PDF.

Pengertian Desain
Pengertian Desain

Pengertian Desain

Berikut ini kutipan teks/keterangan mengenai Pengertian Desain dari isi berkas Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain:

Desain dan Desainer

Desain adalah penciptaan nilai dari suatu pemecahan masalah.

Setiap orang memecahkan masalah dengan cara merancang tindakannya berdasar pada pertimbangan tujuan dan efek yang diinginkan. Ketika menghadapi permasalahan yang kompleks, orang akan menghubungi desainer karena dianggap memiliki kelebihan dalam mengolah permasalahan itu secara sadar dan intuitif sehingga dapat membentuk solusi yang lebih tertata dan bermakna. Dalam proses desain, desainer dan klien harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (user/consumer) dan pihak berkepentingan lainnya (stakeholder).

Desainer mengembangkan metode pemecahan masalah melalui optimalisasi fungsi yang ditampilkan dalam pengolahan bentuk (form); rekayasa tingkat pemahaman (content); dan/atau pertimbangan hubungan (context) antara hasil luaran (output) dan capaian (outcome) dengan penciptaan nilai yang memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, serta keindahan bagi manusia dan lingkungannya.

Desainer menggabungkan berbagai irisan pemikiran dan metode untuk menghasilkan solusi yang bernilai. Kualitas desain sangat bergantung pada kemampuan desainer dalam menerjemahkan kebutuhan dan mengkomunikasikan gagasannya kepada seluruh pihak yang berkepentingan.

Teknologi pintar saat ini mendisrupsi semua sektor sehingga gagasan apa pun terasa lebih mudah untuk diwujudkan. Kemampuan kreatif dan kolaboratif dalam menyelesaikan kompleksitas permasalahan sosial-budaya manusia menjadi keunggulan desainer yang profesional. Kemampuan tersebut tidak dapat dikerjakan oleh kecerdasan buatan dan mesin tercanggih saat ini. Dunia desain yang selalu berorientasi pada penciptaan inovasi dalam memecahkan berbagai permasalahan manusia, menjadikan profesi desain memiliki potensi untuk berkembang melampaui kemajuan teknologi tersebut.

Bidang-Bidang Profesi Desain

Peran desainer dapat menjadi ujung tombak aneka industri barang dan jasa dalam upaya industri tersebut meningkatkan nilai target konsumennya.

Sebuah kursi bukan hanya dapat berfungsi sebagai sarana duduk, melainkan dapat merepresentasikan sosok penggunanya. Sebuah mobil bukan sekadar alat transportasi, melainkan dapat berkembang merepresentasikan kelas sosial dan gaya hidup pemiliknya. Sebuah logo bukan lagi sekadar visual pembeda dari sebuah perusahaan, melainkan dapat menjadi identitas pembentuk jati diri perusahaan. Ruang kantor bukan lagi sekadar tempat bekerja, melainkan dapat menjadi sebuah identitas perusahaan, penciptaan pengalaman pengguna, dan peningkatan produktivitas kerja.

Secara garis besar gambaran mengenai bidang-bidang profesi lingkup desain adalah sebagai berikut: 

Bidang Desain Grafis atau Komunikasi Visual

Istilah Desain Grafis dan Desain Komunikasi Visual masih digunakan secara bergantian untuk menamakan suatu kegiatan desain yang menyinergikan kemampuan imajinasi, artistik, dan teknologi dalam mengkomunikasikan ide melalui elemen visual yang diselaraskan dengan suara dan gerak, baik pada media dua dimensi yang dicetak atau pada layar elektronik dan multimedia, maupun pada media non-dua dimensi.

Desainer melakukan eksperimentasi dan eksplorasi untuk mencapai fungsi informasi, persuasi, dan identitas dari suatu komunikasi.

Desainer dapat berkolaborasi dengan fotografer, ilustrator, animator, programer, dan pihak produksi lainnya dalam mewujudkan desain akhir agar ide-ide komunikasi yang kompleks menjadi lebih menarik, mudah dipahami dan dialami oleh penggunanya.

Dalam bidang publikasi, desainer sering bekerja secara multidisiplin dengan orang-orang dari bidang penulisan (copywriting), periklanan, promosi, pemasaran, hubungan masyarakat, media, dan lainnya. Perkembangan berikutnya peran desainer dalam perancangan identitas merek juga membuka peluang pengaplikasian desain di bidang branding yang menekankan pentingnya peran konsumen.

Bagi desainer yang memperdalam kepakarannya dalam bidang non-dua dimensi, mereka bekerja sama dengan para profesional dari bidang keilmuan arsitektur, desain produk industri, dan desain interior untuk menciptakan lingkungan buatan yang interaktif, misalnya pada pameran, museum, interior bangunan publik, dan ruang ritel.

Pertumbuhan teknologi digital interaktif kini menjadi salah satu kekuatan desainer bidang grafis atau komunikasi visual. Dalam perancangan game misalnya, desainer dapat memengaruhi tampilan permainan, memvisualisasikan tokoh dan karakter serta lanskap yang menghidupkan permainan, memilih suara, musik dan efek khusus untuk menciptakan gamification dan pengalaman pengguna yang menyenangkan. Sebagai perancang media interaktif, desainer dapat mengembangkan grafis web multimedia, animasi untuk perangkat elektronik dan desain antarmuka aplikasi untuk smartphone dan tablet, hingga pengembangan desain antarmuka untuk e-learning.

Agar tetap kompetitif, seorang desainer harus tetap memperbarui keilmuan dan praktiknya, baik mereka yang bekerja sebagai profesional di dunia usaha maupun di dunia pendidikan. Saat ini terdapat dua asosiasi profesional di bidang ini, yaitu ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) dan AIDIA - Asosiasi profesional desain komunikasi visual Indonesia yang terus bersinergi melakukan pengembangan tersebut. Kedua asosiasi ini juga saling berkoordinasi untuk melakukan berbagai aktivitas peningkatan profesionalisme anggota hingga program sertifikasi. Sertifikasi dapat menjadi ukuran tingkat kompetensi dan keunggulan kompetitif para praktisi bidang ini agar dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat secara lebih terjamin. 

Bidang Desain Produk Industri

Hampir semua barang yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari; mulai dari sepatu, peralatan makan hingga elektronik, dan mobil dirancang oleh desainer produk industri. Desainer produk industri menggunakan kemampuan inovasi dan pengetahuan teknisnya untuk meningkatkan cara kerja dan tampilan visual produk yang menarik perhatian dengan biaya lebih rendah. Di samping melakukan modifikasi bentuk, desainer produk industri juga dapat terlibat dalam pengembangan produk yang sepenuhnya baru. Untuk itu, ia harus mampu mengkomunikasikan desain dengan kolega dan kliennya, serta bekerja sama dengan para engineer, pembuat model, divisi penjualan dan pemasaran, serta berbagai profesi lainnya. Ia menggunakan gambar, model tiga dimensi, dan desain komputer untuk mengekspresikan ide-ide kreatifnya. Untuk itu, desainer harus memahami teknologi, metode dan material, sistem produksi, dan dapat memenuhi tenggat waktu serta bekerja dalam anggaran yang ditetapkan. 

Dalam proses kerjanya, desainer produk industri harus mempertimbangkan beberapa faktor strategis berikut: siapa pembeli produk dan bagaimana mereka menggunakannya; bagaimana cara membuat produk mudah dan aman digunakan serta secara visual menarik; bahan apa yang digunakan agar produk menjadi dapat diandalkan; bagaimana cara membuat produk hemat biaya dan ramah lingkungan. Lalu, yang terpenting, desainer produk industri harus cerdas dalam menjelaskan ide kepada orang-orang dengan berbagai tingkat pengetahuan teknis.

Desainer produk industri harus kreatif dalam pengolahan bentuk dan warna, memahami berbagai bahan dan metode produksi, memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis, praktis, dan ilmiah, serta memiliki ketajaman dalam membaca cara konsumen memilih dan menggunakan produk. Kemampuan, keterampilan, dan pengalaman desainer yang tinggi tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pada industri manufaktur yang semakin kuat. Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII) berkepentingan untuk menjaga mutu dan sekaligus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan terbaru anggotanya, untuk menghadapi berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh masalah lingkungan dan materi serta disrupsi teknologi baru. 

Bidang Desain Mebel

Secara umum, lebih dari 70% hidup manusia dihabiskan dengan duduk. Atas dasar itu maka desain sarana duduk menjadi hal yang sangat lekat dengan peradaban manusia. Saat ini, desain mebel berkembang jauh lebih kompleks daripada sekadar sarana duduk.

Desain mebel berkembang menjadi bidang keilmuan yang luas dengan struktur yang rumit karena berkaitan dengan dinamika perilaku manusia, dimensi, desain, fungsi, dan hal lainnya. Manusia semakin sadar tentang lingkungan tempat mereka berada dan makin menginginkan setiap hal sesuai dengan kebutuhan dan selera mereka yang semakin spesifik. Desain mebel sudah menjadi sebuah fenomena budaya yang menyatu dengan sistem perancangan ruang, yang bertindak sebagai latar untuk merepresentasikan gaya hidup dan pernyataan identitas penggunanya.

Desainer mebel yang merancang produk untuk klien perseorangan dan industri, harus memiliki kompetensi dalam menyeimbangkan inovasi, estetika, daya tarik, dan fungsi. Ia harus mampu membuat desain untuk produk mebel yang diproduksi dalam skala massal atau yang dengan buatan tangan. Ia harus mempertimbangkan fungsi, tampilan, dan batasan bahan dari desain yang dibuatnya. 

Untuk itu, desainer harus memiliki kemampuan bekerja multi disiplin dengan divisi produksi dan penjualan untuk mendapatkan solusi desain terbaik bagi klien dan pasar yang dituju. Desainer juga harus mampu menyiapkan cetak biru yang memuat spesifikasi teknis, baik untuk pengembangan purwarupa, produksi skala terbatas, maupun untuk manufaktur, seperti dimensi, jenis material, hingga metode, dan persyaratan produksinya.

Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) didirikan sebagai wadah profesional agar para desainer mebel di Indonesia dapat berbagi informasi, gagasan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pasar, estetika, budaya, sejarah, prosedur, material, teknologi, dan tren yang terkait dengan desain mebel. Dengan demikian, desainer mebel memiliki ketajaman visi dalam menciptakan inovasi pada pengembangan produk dengan berpegangan pada aspek ergonomi sebagai unsur penting di dalamnya. 

Bidang Desain Interior

Desainer interior mengoptimalkan fungsi ruang menjadi efektif dan efisien. Desainer interior memiliki tanggung jawab profesi untuk meningkatkan sisi fungsional, keselamatan, keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan keindahan (estetis) dalam satu paket aktivitas profesinya. Jasa perencana interior bisa diaplikasikan pada ruang-ruang berikut: museum/ruang pamer, gedung konser, teater/opera, sinema, istana negara, residensial (rumah tinggal, apartemen, SOHO), kapal laut, pesawat terbang pribadi, gerbong kereta, bus pribadi, bus eksklusif, karavan, auditorium, balai sidang, gedung lembaga tinggi negara, hotel, club house, spa/salon, restauran/kafe, fasilitas hiburan dan rekreasi (diskotek, pub, karaoke), pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, laboratorium), pusat rehabilitasi, fasilitas keagamaan, perkantoran, bank, bandara, pusat perbelanjaan, sarana olah raga, asrama, perpustakaan, dan lainnya.

Peran desainer interior harus dilibatkan dari awal sejak penentuan besaran dan hubungan antar-ruang terkait dengan pengguna dan aktivitasnya. Karena itu, profesi desainer interior kerap berurusan dengan berbagai bidang profesi lainnya, mulai dari teknik sipil, teknik elektro, teknik fisika, hingga arsitektur.

Ia juga harus mampu untuk menyelesaikan aneka permasalahan ruang, bahkan dapat juga bersifat perubahan konstruksi bangunan apabila dibutuhkan. Belum lagi tuntutan-tuntutan spesifik dari pihak klien yang acap kali berkaitan dengan aspek rasional (limitasi biaya dan waktu) serta emosional (permasalahan selera). 

Desainer harus memiliki standar keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang dapat menjamin keberhasilan proyek, mulai dari konsep, perencanaan awal, pengembangan desain, dokumen kerja, serta pengawasan berkala saat pelaksanaan.

Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) menghimpun semua pemangku kepentingan desain interior di Indonesia. Melalui HDII para desainer Interior di Indonesia dapat berbagi informasi dan gagasan dalam hal-hal yang dapat memperbarui wawasan keprofesian kepada seluruh anggotanya. Di samping itu, HDII juga memberikan layanan advokasi pada setiap anggotanya dalam menghadapi kompleksitas dunia profesinya yang banyak berurusan dengan berbagai disiplin ilmu dan keprofesian lainnya. HDII berupaya membangun kelompok profesional dalam bidang desain interior yang kompetitif dan mampu menyinergikan setiap jenjang kompetensi dan kepakaran dari semua anggotanya demi kebermanfaatan bersama. 

Kemampuan Desainer

Berdasarkan pemahaman definisi dan ruang lingkup desain tersebut maka terdapat beberapa kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang desainer sebagai berikut:

Kemampuan analisis
Desainer harus dapat melihat kerja kreatif mereka dari sudut pandang penggunanya, mengelaborasi manfaat desain yang akan dirasakan oleh penggunanya, mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas desain dalam membangkitkan keinginan pendayagunaan produk atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan harapan kliennya.

Kemampuan estetis
Desainer harus dapat membuat solusi estetis yang secara artistik mampu menarik perhatian serta memotivasi klien dan konsumennya sesuai dengan tujuan desainnya, menggunakan daya imajinasinya untuk membentuk suatu kebaruan nilai yang berlandaskan norma dan etika yang berlaku. 

Kemampuan kolaboratif

Desainer harus mampu berkomunikasi dengan klien, tim kerja, dan praktisi dari bidang profesi lainnya untuk memastikan proses dan arah desain sesuai dengan tujuannya secara tepat dan efektif. Desainer harus mampu bekerja sama dengan para profesional dari berbagai keilmuan dan praktik yang dibutuhkan untuk memperkuat dan melengkapi hasil akhir desain yang lebih bermakna dan bermanfaat untuk publiknya.

Keahlian teknologi informasi dan komunikasi
Sebagian besar desainer menggunakan perangkat lunak khusus untuk mengerjakan desain mereka. Untuk itu, desainer harus selalu memperbarui wawasan diri terhadap aneka perkembangan teknologi perangkat lunak yang ada, mengingat cepatnya perkembangan teknologi. Hal tersebut di samping dapat mempermudah dan mempercepat kerja, juga acap kali menjadi tuntutan target luaran yang diinginkan oleh pihak klien dan konsumennya. 

Kesadaran terhadap hukum
Dalam melaksanakan aktivitas keprofesiannya, desainer selalu melakukan proses kerja dan menggunakan bentuk kerja sama yang diikat secara hukum. Mulai dari proses penciptaan karya, persiapan tender, penyusunan kontrak kerja yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, standar mutu, limitasi waktu dan biaya, hingga penggunaan perangkat lunak. Oleh sebab itu, desainer harus dapat menyikapi secara benar permasalahan hukum yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Kesadaran terhadap hakikat manusia
Saat mengimplementasikan segala perkembangan bidang ekonomi, politik, sosial, serta budaya dalam kemasan sains dan teknologi menjadi sebuah artefak budaya, desainer haruslah menjadikan manusia sebagai subjek, bukan objek. Oleh sebab itu, desainer sebagai aktor yang memanusiakan seluruh perkembangan sains dan teknologi, sangat berkepentingan mengeksplorasi berbagai hal yang berkaitan dengan manusia dari seluruh aspek fisik dan psikisnya sebagai bagian yang tidak terlepaskan dalam proses desain. 

Keandalan daya inovasi
Desainer harus dapat memikirkan berbagai pendekatan baru untuk mengkomunikasikan ide kepada klien serta pengguna yang semakin menuntut kebaruan. Desainer dinilai berhasil jika mampu mengembangkan desain yang menyampaikan terobosan baru dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan dapat memberi inspirasi kepada klien serta penggunanya.

Kemampuan desainer tersebut sangat dibutuhkan karena desainer harus dapat mengerjakan proyek dengan klien yang berasal dari berbagai status, dengan berbagai karakter, aneka proyek yang memiliki lingkup dan spesifikasi berbeda, mengelola beberapa proyek dalam waktu bersamaan, menghadapi proyek dengan tingkat kerumitan berbeda dan situasi kondisi keragaman proyek lainnya. Hal yang menjadi kunci penyelesaian proyek adalah keterampilan desainer dalam manajemen proyek, mulai dari sisi waktu, mutu, dan anggaran sehingga proyeknya menjadi tepat dari sisi waktu, sasaran, dan kegunaan. 

Pada umumnya dalam pelaksanaan proyek desain masih sering terjadi miskonsepsi terhadap pengertian dan proses desain, baik dari sudut pandang klien sebagai pengguna jasa maupun dari desainer sebagai penyedia jasa.

Klien sering kali menilai pekerjaan desain semata-mata dari hasil luarannya, berupa representasi dari tampilan visual, dimensi, fungsi, material, biaya serta harga, dan hal-hal lain yang bersifat fisik kebendaan. Soalnya, hal itulah yang paling mudah dilihat dan dirasakan secara subjektif dari sudut pandang klien. Sementara di sisi lain, desainer juga masih memiliki kecenderungan untuk berorientasi pada hasil luaran desain―bukan pada prosesnya― sehingga merasa harus mempertahankan hasil desain yang dibuatnya dan memaksakan untuk dijadikan sebagai solusi oleh kliennya.

Miskonsepsi tersebut dapat dihindari dengan memperdalam pemahaman desainer tentang nilai dari proses desain yang matang dan meningkatkan kemampuan desainer dalam mengkomunikasikan nilai proses ini kepada kliennya. Dengan memahami prinsip dari proses desain, harapannya pihak klien dapat menyampaikan secara jelas tentang latar belakang, motivasi, kebutuhan, keinginan, batasan-batasan yang dimiliki, serta harapan yang ingin dicapai dari pekerjaan desain yang diselenggarakannya. Pemahaman terhadap nilai proses desain ini diharapkan mendorong klien memberikan apresiasi lebih tinggi terhadap pekerjaan desainer.

    Download Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain

    Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain (Proyek Desain) ini diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Deputi Bidang Kebijakan Strategis. Selengkapnya mengenai Pengertian Desain dalam Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain (Proyek Desain) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    [Download] Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain (Proyek Desain)

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai Pengertian Desain dan share file Buku Dasar Pengadaan dan Pengelolaan Jasa Desain. Semoga bisa bermanfaat.

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel